Orchidia POV
Berkat buku-buku Javaka, kemarin pembahasanku langsung di acc oleh dosen pembimbingku dan memintaku segera mengurus berkas-berkas untuk keperluan seminar hasil. Dan hari ini akan cukup melelahkan mengingat banyak hal yang harus aku selesaikan. Kali ini aku kembali ke rumah karena mama ditinggal papa yang ada urusan bisnis di luar negeri. Hal ini menjadi hal yang biasa. Bahkan hampir dua kali dalam sebulan papa melakukan perjalanan bisnis baik ke luar kota ataupun ke luar negeri.
Aku bukanlah morning people jadi bisa bangun pukul 6 pagi merupakan keajaiban bagiku. Pun pagi ini. Aku harus segera bersiap jika tak ingin terjebak macet dan berakhir kesiangan untuk sampai di kampus. Aku gag mau rencana hari ini berantakan.
Berbicara soal Javaka, ya pria itu tengah berada di London sejak beberapa hari yang lalu. Semenjak kejadian di mobilnya, membuatku tak bisa berpikir jernih ketika mengingat pria itu. Aku hanya merasa nyaman didekatnya. Entah. Hatiku pun setuju dengan apa yang aku rasakan. Benar kata Java, tak ada salahnya untuk saling mengenal dan menjalin hubungan sebelum memutuskan untuk langkah selanjutnya. Selain itu aku juga tak memiliki alasan lain untuk menolak perjodohan ini. Aku juga tak ingin mengecewakan mama papa.
Benar. Aku hanya belum mencoba. Selama kepergian Javaka, dia pun sesekali mengiriku pesan hanya untuk hal-hal kecil. Seperti menanyakan kegiatanku hari itu apa saja. Aku tak sungkan untuk membagi cerita padanya. Pun Javaka. Dia akan menceritakan agendanya selama di London. Mulai dari ketemu klien, meeting ataupun hanya berdiam diri di hotel. Mengingat hal itu membuat hatiku menghangat.
Apa benar Javaka jodohku? Tanyaku pada diriku sendiri. Dalam sudut hatiku berharap sedikit tentang hal itu. Ketika tengah asik melamun, ku dengar ponselku berdering. Melihat nama yang tertera disana membuatku sedikit kesal. Ah apa aku berharap orang lain yang menelponku? Batinku.
"Iya kak ada apa?" Jawabku
"Idih kok kesel gitu. Ngarepin orag lain ya yang nelpon?" Ledek Morgan padaku seakan tau pikiranku.
"Yeee. Gak gitu. Ngapain juga nelpon sepagi ini" jawabku kesal.
"Bilang aja ganggu tidur kan? Jangan-jangan belum bangun. Dan fyi disini masib tengah malam. Jadi terserah gue mau nelpon jam berapa" terdengar suara Morgan yang merusak moodku pagi ini.
"Udah gitu aja? Gak penting Orchid matiin nih" ancamku
"Eh eh bentar. Yakin gak mau nanya gue lagi dimana sama siapa?" Ini kenapa sih Morgan gag jelas banget batinku.
"Sama siapa? Sama calon kakak iparku? Orchid aduin ke mama ya kalau kakak berduan sama cewek tengah malam gini" aku mulai tertarik dengan topik ini.
"Bukan kakak ipar tapi gue lagi sama calon adik ipar" ucap Morgan yang membuatku mengangkat alisku terheran dan penasaran.
"Hah calon adik ipar?" Tanyaku penasaran.
"Iya. Kenapa emang?" Balas Morgan.
"Emang kakak punya adik selain Orchid?" Cicitku seperti orang bodoh.
"Sepertinya nyawa adik gue belum ngumpul nih Jav". Morgan seperti berbicara ke orang lain. Dan hanya mendapat balasan kekehan. Tunggu dulu. Apa katanya tadi? Aku gag salah denger? Jav? Dan suara tawa itu gag asing. Lalu tiba-tiba aku merasa gugup.
"Orchid mau siap-siap berangkat ke kampus buat ngurus berkas seminar hasil. Jadi kalau gak ada yang penting Orchid matiin nih" aku ku. Padahal hanya alibi untuk menghindari topik lainnya. Seperti tentang Javaka mungkin.
"Ya udah deh sana berangkat. Biar cepat sidang. Ntar gue kasih hadiah" aku bernafas lega ketika Morgan tak membicarakan Java lagi. Meskipun aku sangat ingin mendengar suaranya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder To Be Loved By You
Romansa[HIATUS] Gadis itu terlihat fokus membaca sebuah novel tebal setebal skripsi anak-anak teknik. Namun sebenarnya pikirannya melanglang buana entah kemana. Hingga suara getaran ponselnya mengembalikannya ke tempat seharusnya. Lalu membaca sebuah pesan...