Expectation

8.3K 592 8
                                    

Pertemuan pertama Orchid dan Javaka sepertinya memberikan kesan yang terpatri pada diri mereka masing-masing. Dan berharap akan ada pertemuan-pertemuan lainnya.

***

Seminggu semenjak Orchid dan Javaka bertemu untuk pertama kalinya, mereka kembali disibukkan dengan rutinitas masing-masing. Seperti Orchidia yang harus kembali pada realitasnya sebagai mahasiswi akhir dengan setumpuk revisian yang harus segera ia selesaikan demi sebuah toga di akhir tahun ini.

Tak hanya Javaka yang heran kenapa cewek secantik Orchidia berkeinginan untuk mengambil jurusan yang mayoritas tidak disukai oleh cewek-cewek cantik lainnya seperti kata Javaka. Orchida hanya beralasan karena dia mencintai tanaman dan sangat suka dengan yang namanya berkebun.

Meskipun awalnya keputusan Orchidia mengambil jurusan inipun ditentang oleh kedua orang tuanya terutama sang papa yang jelas menginginkan anaknya untuk mengambil perbisnisan untuk bisa melanjutkan perusahaan papanya. Namun Orchidia kekeh menolak mengikuti keinginan papanya dengan alasan masih ada kakaknya yang bisa meneruskan urusan bisnis keluarganya.

Ya kakaknya, Sativa Morgan Bramanto kini tengah menyelesaikan program S3 nya di London demi bisa berkarir di perusahaan papanya.

Kembali lagi pada revisian milik Orchid, kini dia tengah dipusingkan dengan beberapa pustaka yang sangat sulit dicari. Bahkan Orchid sudah wira-wiri ke perpustakaan dan membaca puluhan jurnal baik nasional maupun internasional yang membuatnya sangat jenuh dan pusing.

"Sya mau bantuin gue gak? Pustaka gue kurang yang ini nih" Orchid tengah mengganggu Tasya yang juga tak kalah pusing dengan Orchid.

"Bentar deh Chid. Gue selesein punya gue. Abis itu gue bantu" jawab Tasya dengan jarinya dengan lincah mengetikkan sebuah rangkaian kalimat yang panjang.

"Ok deh. Gue tunggu. Janji ya lu" todong Orchid.

"Iya-iya. Eh kalau lu buru-buru bisa tu tanya ke Sam. Dia kan jago" saran Tasya.

"Ogah ah. Gue insecure kalau harus berdampingan dengan para otak jenius seperti mereka" balas Orchid sambil melihat sekelompok orang yang berjarak 4 meja dari tempatnya dan Tasya.

"Yeee ya udah. Sabar nungguin gue selesai" Tasya mulai kesal dengan sahabatnya itu.

"Baik tuan putri" ledek Orchid. Lalu perhatiannya tiba-tiba menuju notifikasi di ponselnya.

Lagi dimana? Bisa ketemu?

Orchid hanya melongo melihat pesan tersebut. Keanehan ini tak luput dari mata Tasya dan langsung merebut ponsel yang berada di tangan Orchid.

"Siapa Javaka A.F.?" Tasya tersenyum penasaran dengan tatapan matanya menyelidik.

"Apasih lu. Siniin ponsel gue" Orchid berusaha merebut ponselnya. Namun tak semudah itu.

"Jawab dulu baru gue kembaliin" desak Tasya

"Iya-iya. Gue jawab tapi balikin dulu" pinta Orchid dengan puppy eyes-nya. Mau tak mau Tasya mengembalikan benda persegi panjang pipih itu.

"Jadi?" Tanya Tasya menggantung menunggu penjelasan Orchid.

"Dia yang kemarin gue ceritain ke lu" aku Orchid pada Tasya.

"Yang mau dijodohin?" Tasya semakin penasaran yang hanya dibalas sebuah anggukan saja oleh Orchid.

"Kemarin ogah-ogahan sekarang mau ketemuan" lagi-lagi Tasya meledek Orchid.

"Bodo" balas Orchid kesal. Lalu mengetikkan sesuatu.

Masih di kampus. Ketemu dimana? Kapan?

Tak lama kemudian balasan Orchid terima.

Jam makan siang di kafe Part of Me. Can you?

Sorry. Tapi saya ada janji temu dengan dosen jam 12.30. Balas Orchid.

It's ok. Nanti saya hubungi lagi. Balas Javaka.

"Gimana? Mau ketemuan dimana?" Tasya kepo.

"Gak jadi ketemuan. Puas lu?" Jawab Orchid berapi-api karena kesal. Entah kesal karena apa. Apa karena batal bertemu Java? Ah tidak mungkin. Batin Orchid. Melihat Orchid yang terlihat jelas sangat kesal membuat Tasya meledakkan tawanya.

***

Di sebuah apartemen

Javaka tengah disibukkan dengan kepergiannya London lusa. Jadi dia harus menyelesaikan semua pekerjaannya yang bisa dikerjakan untuk seminggu ke depan. Hari ini memilih work from home karena memang dia bisa. Semasa pandemi ini perusahaannya memberikan pilihan untuk karyawan untuk WFH bagi yang mau dan bisa. Tapi sebagian tetap ada yang bekerja langsung jika ada urusan dadakan seperti rapat atau lainnya dengan tetap membatasi jumlah orang.

"Cindy, apa masih ada berkas yang harus saya baca dan saya setujui?" Tanya Javaka pada sekretarisnya yang mau tak mau mengikuti Javaka ke apartemennya.

"Sepertinya tidak ada Pak. Untuk satu minggu ke depan sudah bapak selesaikan" jawab Cindy sambil mengecek tab nya untuk memastikan tidak ada yang tertinggal.

"Selama satu minggu ke depan jika ada keperluan mendadak kamu bisa menemui Pak Brian. Karena saya sudah berpesan untuk menghandle jika ada berkas penting selama saya pergi" jelas Javaka.

Di apartemennya memang ia buat ruang kerja yang tak kalah nyaman dengan yang ada di kantornya. Pun dengan ruang sendiri untuk sekretarisnya jika memang harus ikut kerja dari apartemennya. Namun jangan salah. Ketika seperti ini mereka tidak hanya berdua. Javaka selalu meminta mamanya untuk datang ke apartemennya. Pun hari ini.

Pekerjaannya telah selesai, Cindy pun sudah pergi dari apartemennya. Tersisa Javaka dengan sang mama.

"Sudah ngasih tau ke Orchid kalau kamu mau pergi ke London seminggu besok?" Tanya sang mama yang tengah menyiapkan makan malamnya.
Javaka hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Lhah kenapa?" Desak perempuan berusia 50 tahun itu.

"Java sudah ngajak bertemu. Tapi calon mantu mama gag bisa" jelas Javaka dengan masih berkutat dengan macbook dipangkuannya.

"Ya ajak lagi dong. Gitu aja langsung nyerah" ledek mamanya.

"Mama gak mau banget ganti calon mantu" balas Javaka mencibir mamanya.

"Pokoknya mama gak mau kalau bukan Orchidia yang jadi mantu mama titik" jelasnya yang dibalas kekehan sang anak.

Beberapa menit kemudian makan malam siap dan mereka pun larut dengan lezatnya masakan mamanya. Mamanya tak pernah mau menginap di apartemen Javaka dengan alasan papanya sendiri di rumah. Yang ada Javaka harus rela mengantarkan pulang ke rumah dengan jarak 30 menit itu. Pun malam ini.

Wonder To Be Loved By YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang