Javaka POV
Matanya menatapku dengan nakal dari bawah sana. Tak sedikitpun beralih saat tangan Orchid mulai menurunkan track pants-ku.
"Jadi dari mana kamu?" Tanyanya saat tangannya berhasil menyentuh milikku.
"Morgan menelpon, macbooknya tertinggal jadi saya pergi mencari ekspedisi pengiriman untuk mengirim macbook itu" jawabku dengan nafas yang tertahan karena Orchid mulai memainkan milikku dengan lidahnya.
Permainannya benar-benar membuatku mendongakkan kepalaku karena sangat nikmat. Beberapa kali ku tahan kepalanya agar masuk lebih dalam di mulutnya. Orchid membuatku gila.
Orchid berdiri, menarikku ke arah ranjang dan mendorongku hingga aku terbaring di sana. Dia menaiki tubuhku. Tangannya dengan perlahan melepas kancing bajuku sementara pinggulnya menindih milikku yang menegang. Kini aku telah telanjang di bawahnya.
Tatapannya sangat menggodaku. Ku tarik wajahnya lalu ku lumat bibir itu. Lalu ku bisikkan sesuatu di telinganya yang membuat tubuhnya menegang.
"Jadi mau mengatakan sendiri atau saya yang harus menanyakan terlebih dahulu?" Tanyaku. Orchid terdiam di atasku.
"A..pa maksudnya?" Orchid gugup.
"Jadi sejak kapan kamu bekerja di restoran itu hmmm?" Pertanyaanku benar-benar membuat Orchid mematung.
"A..ku..."
"Kenapa tak memberitahu saya. Kenapa saya harus mendengarnya dari orang lain?" Tanyaku. Aku bangkit dan menyingkirkan tubuh Orchid dari atasku. Ku ambil celana yang tadi raib.
"Orang lain?" Dia berani menatapku. Aku mengendikkan bahuku. Aku memilih bersandar di tembok.
"Nanda menanyakannya kemarin karena melihatmu di sana" jelasku santai. Namun Orchid bergegas ke walkin closet dan mengambil kimononya. Dia memakainya.
"Oh dr. Nanda" ujarnya seakan meledekku. Orchid kembali duduk di tepi ranjang.
"Jawab saja pertanyaan saya Orchid" tekanku masih dengan suara yang normal.
"Bukankah dr. Nanda sudah memberitahumu? Kenapa masih bertanya?" Ujarnya dengan ekspresi yang tak dapat ku artikan. Aku mengernyit mendengar perkataannya.
"Apa maksud kamu? Saya bertanya sejak kapan kamu bekerja dan kenapa kamu tidak mendiskusikannya dengan saya. Just tell to me?" Tukasku dengan nada yang mulai sedikit naik.
Orchid membisu. Bukannya menjawab dia malah bergegas masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya. Aku mengusap rambutku frustasi. Aku merasa marah. Padahal tak ada niat untuk marah pada Orchid. Tapi tingkahnya yang seperti ini memancing emosiku.
Aku menunggu Orchid keluar dari kamar mandi. 10 menit berlalu. Tapi dia belum juga keluar. Aku mengetuknya.
"Are you ok?" Tanyaku. Namun tak ada balasan. Aku panik. Ku ketuk lagi.
"Orchidia. Keluarlah atau saya..." belum sempat aku menyelesaikan kalimatku kenop pintu bergerak. Munculah Orchidia dari dalam. Dia melewatiku dan keluar dari kamar. Aku mengikutinya.
"Mau kemana?" Tanyaku mencoba menahan langkahnya.
"Mau tidur di kamar bawah" ujarnya dengan suara dinginnya.
Aku semakin bingung. Apa dia marah? Bukankah aku yang seharusnya marah di sini karena dia menyembunyikan tentang fakta dia bekerja paruh waktu? Aku menarik nafas dalam agar tak terpancing dalam amarah yang Orchidia timbulkan. Aku mencoba memeluknya dari belakang. Orchida terdiam.
"Tapi saya gak bisa tidur sendiri" ujarku dengan suara hampir berbisik. Berniat mencairkan suasana.
"Tidur saja sama dr. Nanda" ujarnya membuatku melepas tautan tanganku di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder To Be Loved By You
Romance[HIATUS] Gadis itu terlihat fokus membaca sebuah novel tebal setebal skripsi anak-anak teknik. Namun sebenarnya pikirannya melanglang buana entah kemana. Hingga suara getaran ponselnya mengembalikannya ke tempat seharusnya. Lalu membaca sebuah pesan...