Javaka dan Orchidia kini tengah berada dalam mobil yang bergerak menuju apartemen Javaka. Orchidia merasa penasaran dengan tujuan Javaka ke London. Namun urung ia bertanya. Takut dikira terlalu jauh mencampuri pria yang kini fokus dibalik setirnya. Sesekali Javaka menoleh ke perempuan yang duduk di sampingnya dan banyak diam dengan memandang keluar.
Berjarak kurang lebih 20 menit kini mobil Javaka memasuki kawasan salah satu apartemen mewah yang ada di ibu kota tersebut. Setelah memarkirkan mobilnya, Javaka keluar dan Orchid berjalan di sampingnya. Orchidia terlihat mungil berjalan berdampingan dengan Java yang notabene berpostur tubuh tinggi dan tubuh yang bisa dibilang bugar. Orchidia hanya setinggi dagu dari Javaka menambah kesan nampak kecil. Javaka menekan tombol angka 10. Lalu lift itu mengantar kedua insan ke unit bernomor 007.
Jangan tanyakan perbedaan apartemen Java dengan milik Orchid. Kesan simple namun nyaman sangat terasa ketika Orchidia menginjakkan kaki di apartemen pria tersebut. Apartemen itu didominasi warna putih dan grey. Pria sekali. Batin Orchid. Java mempersilahkan Orchid untuk duduk di sofa. Lalu mengeluarkan beberapa minuman kaleng dari kulkasnya.
"Kamu bisa ke perpus saya di sebelah sana. Saya mau izin ke belakang sebentar" Java menunjuk sebuah ruangan yang diikuti oleh pandangan Orchidia ke sana.
Orchidia mengambil satu kaleng minuman soda itu lalu meminumnya sebelum menuju ke ruangan yang Javaka tunjuk tadi. Orchidia menatap kagum melihat tatanan buku-buku disana.
"Pantas saja dibilang perpus" gumam Orchid tak mampu menghilangkan rasa kagumnya. Lalu mulai melihat-lihat buku-buku yang tertata rapi. Matanya tertarik dengan sebuah buku. Orchid mengambilnya dan berjalan ke sofa yang tersedia di sisi rak-rak buku itu. Lalu terdengar langkah kaki yang mendekat ke arah dimana Orchid tengah menikmati buku yang ia ambil.
"Udah dapat buku yang kamu butuhkan?" Tanya Java dengan kedua tangannya memegang nampan yang terisi minuman dan beberapa buah-buahan yang telah dikupas. Dan meletakkannya di depan Orchidia.
"Belum. Saya tertarik dengan buku ini" ucap Orchid sembari memperlihatkan sampul buku yang ia baca. Javaka berjalan ke arah rak yang paling belakang. Terlihat memilib beberapa buku.
"Setidaknya kamu harus membaca buku-buku ini jika kamu mau pembahasan kamu tidak mendapat coretan-coretan lagi" Javaka menyodorkan 5 buku yang tidak terlalu tebal ke meja. Orchidia hanya mengangguk.
"Saya bacanya di rumah saja ya. Boleh kan saya bawa pulang. Sama yang ini juga" pinta Orchid sambil menyengir.
Javaka hanya geleng-geleng kepala lalu mengiyakan permintaan perempuan yang penampilannya jauh berbeda dari saat masih di apartemennya sendiri. Orchid memilih dress selutut berwarna peach dengan rambut yang tetap ia kuncir kuda. Membuat Javaka tak bisa berhenti terpesona.
Keheningan tercipta diantara mereka. Javaka hanya memandangi Orchidia yang terlihat asik dengan buku ditangannya. Bahkan tak merasa jika pria di dekatnya tengah berperang dengan batinnya untuk tidak menarik kuncir rambut milik Orchida yang membuat lehernya sangat menggoda. Beberapa kali Javaka mengeluarkan deheman kecilnya untuk menahan hasratnya sendiri.
Javaka memilih untuk meninggalkan Orchid sendiri disana dan menuju ke ruang kerjanya. Menyalakan macbooknya untuk mengecek beberapa email. Mereka saling tenggelam di dunia masing-masing. Java dengan kerjaannya sedangkan Orchidia dengan buku-bukunya. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Orchidia menyadari ketika cahaya dari luar mulai redup, dia menutup buku yang ia baca lalu membawa buku-buku yang Java sarankan keluar mencari si empunya apartemen. Terlihat dari tempat berdiri Orchidia sebuah ruangan dengan pintu terbuka, lalu memutuskan untuk melihatnya. Nampaklah Javaka yang tengah berkutat dengan macbooknya di meja kerjanya. Merasa ada yang memperhatikannya Java mendongakkan wajahnya hingga bertemu pandang dengan Orchid yang berdiri di pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder To Be Loved By You
Romance[HIATUS] Gadis itu terlihat fokus membaca sebuah novel tebal setebal skripsi anak-anak teknik. Namun sebenarnya pikirannya melanglang buana entah kemana. Hingga suara getaran ponselnya mengembalikannya ke tempat seharusnya. Lalu membaca sebuah pesan...