Bab 6

908 102 19
                                    

"Lo gila ya? Kalau lo mau gila gak usah ngajak-ngajak gue," ujar Bintang kepada Langit.

"Iya gue Gila, kenapa Lo takut ha?" ujar Langit.

"Pantesan, Mana ada orang waras yang gak peduli sama bapaknya, lo tau gak kalau bapak lo masuk rumah sakit dan meninggal?" ujar Bintang.

Mak Deeeeggg....

"Jaga ucapan Lo, bokap gue masih hidup dan sehat Walafiat." ujar Langit.

"Oh baguslah, berarti Om Jaya baik-baik saja. Dan lo, dimana saat bokap lo sekarat di rumah sakit, terkapar dan butuh donor darah? Kemana lo dan nyokap lo? Gak ada kan? Kalau bukan gue yang bawa bokap lo kerumah sakit, bokap lo tinggal nama." ujar Bintang, kemudian Bintang pergi keluar kelas.

Langit masih diam mematung di tempatnya, matanya mulai berembun. Terutama saat tau dan dengar ayahnya sakit. Langit sebenarnya sangat menyangi ayahnya tetapi karena satu hal ia jadi membenci ayahnya. Langit terduduk di bangku dekatnya, sementara Bintang mengintip dan memperhatikan Langit yang sedang dirundung kesedihan. Ingin rasanya Bintang duduk di sana menemani Langit, namun niatnya ia urungkan karena mengingat siapa laki-laki itu.

"Bodo amat ah, mau dia sedih mau gak, lagian bukan siapa-siapa gue." seru Bintang sambil berjalan menuju kantin.

Bintang sampai di kantin, lalu ia membeli minuman Boba yang lagi kekinian dan viral  sekarang ini. Lalu Bintang membeli dua minuman itu, niatnya akan ia berikan kepada Langit, namun saat di tengah perjalanan akan kekelas ia melihat si cabe-cabean maksudnya gadis yang wajahnya putih beda dengan leher sedang berbicara dengan  pria lain. Ya gadis itu bernama Renata dan laki-laki itu adalah Nathan sang model ternama dan terkemuka saat ini. Saat melihat Bintang, Renata langsung ketakutan lalu ia mengancam Bintang.

"Heh orang miskin, awas kalau berani mengadu dengan Langit." ujar Renata.

"Ciiih, apa peduliku ha? Mau lo pacaran dengan pejabat pemerintah sekalipun gue gak peduli,  dan kalau gue mau juga udah gue aduin lo dari dulu," ujar Bintang.

"Oh lancang lo ya," ujar Renata.

Plaaaaaak

Renata menampar Bintang, lalu Bintang berbicara. "Untung perempuan, kalau bukan sudah gue tabok lo."

"Emang kalau gue perempuan kenapa ha? Lo takut sama gue, cemen lo." ujar Renata.

"Tangan gue terlalu mahal buat nampar muka cewek murahan kayak lo. Muka dan leher warna tidak singkron, rambut pirang kayak ketumpahan kuah sate, make up menor kayak, dasar Cabe lo. Ngaca dulu mbiak sebelum bergaya, apakah itu pantas buat lo apa gak." sahut Bintang.

Lagi-lagi Renata menampar Bintang, lalu Nathan pun ikut memukul Bintang. Lalu Langit melihat itu semua, kemudian ia memukul Nathan dan menampar Renata kembali. Lalu Langit berbicara. "Berani kalian nampar atau mukul dia lagi, gue gak segan-segan sama kalian berdua."

"Ayang kok kamu gitu, jelas-jelas dia yang salah duluan." ujar Renata merengek.

"Mulai saat ini kita putus, lo bukan cewek gue lagi. Gue sudah melihat semuanya." ujar Langit sambil berlalu pergi dan memapah Bintang dan membawa Bintang keruangan UKS.

Bintang dan Langit sampai di ruangab UKS lalu Langit mengobati luka lebam itu. Lalu Bintang berbicara. "Gue bisa sendiri,"

"Diam..." ujar Langit. Langit berkonsentrasi mengobati luka Bintang.

"Aduuuuh, pelan-pelan begok, sakit." ujar Bintang.

"Maaf, gara-gara gue lo jadi kayak gini." ujar Langit.

"Huh? Lo ngomong apa barusan?" ujar Bintang.

"Lupakan..." ujar Langit.

Bintang memanyunkan bibirnya, lalu ia mengambil boba yang ia beli, tapi bobanya cuman satu karena yang satunya jatuh akibat Renata dan Nathan tadi. "Maaf ya bobanya cuman satu, tadinya gue beli dua buat lo satu. Tapi jatuh tadi gara-gara cabe dan terong itu."

BxB- STAR IN THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang