Bab 13

728 86 23
                                    

Langit sampai dirumahnya, lalu ia membanting pintu kamarnya. Ia melempar semua barang-barang yang ada didepannya. Hatinya sangat sakit, sakit sekali melihat Bintang di peluk-peluk oleh orang lain. Ia melihat foto Bintang yang terpampang nyata di kamarnya sebesar pintu kamarnya. Langit mencetak foto Bintang sebesar itu entah buat apa. Langit menangis dan menyesali perbuatannya selama ini kepada Bintang, ia selama ini pura pura baik dan pura-pura mencintai Bintang lalu menjadikan Bintang bahan taruhan, tapi siapa sangka Langit benar-benar memiliki perasaan dan jatuh hati kepada Bintang. Ia benar-benar merasakan cinta yang begitu kuat saat ia tak lagi dekat dengan Bintang, ia benar-benar merasakan cinta yang tumbuh begitu kuat. Langit frustasi, dimatanya kini benar-benar Bintang, segalanya tentang Bintang. Bahkan saat ia makan dan minum bisa bisanya di gelas itu wajah Bintang.
Halu yang keterlaluan kau Langit.

Langit pergi keluar, ia tidak tau mau pergi kemana. Ia pergi ketukang Tatto, entah kenapa ia ingin pergi kesana. Lalu Langit membuat Tatto di punggungnya, lalu di dadanya. Ia mengukir nama Bintang di dada kirinya. Entah apa yang ada dipikirannya kini, setelah selesai ia langsung pergi. Langit menjadi sedikit lebih urakan penampilannya, cuek dan acuh tak acuh. Sama halnya dengan Bintang yang berpenampilan apa adanya. Ia meniru apa yang Bintang pakai, otaknya sedikit tidak waras sekarang. Ia bahkan tidak perduli mau makan di emperan atau makan dimana saja, sekarang Langit bahkan menaiki sepeda pergi kesekolah.

Hari senin dan masuk sekolah sekarang tiba. Kecuali Surya dan Bintang, dirumah Surya sedang mengemasi barang-barangnya. Ia terpaksa pergi dan ikut kedua orang tuanya pindah ke Sidney, Australia. "Maafin gue ya, gue gak bisa ngelindungin lo lagi."

"Gak apa-apa kok, lo hati-hati ya." ujar Bintang.

"Gue pasti bakalan kangen banget sama lo," ujar Surya.

"Jangan rindu, rindu itu berat." ujar Bintang.

"Ahhahahah, sa ae lo. Ya sudah gue pergi, semoga di lain waktu kita bisa bertemu lagi." ujar Surya.

Bintang mengangguk sambil melambaikan tangannya, saat mobil Surya pergi Bintang melihat seseorang naik sepeda kearah rumahnya. Saat ia tau siapa orang itu, ia memasang wajah datarnya. Langit melambaikan tangannya, lalu Bintang membuang muka.

"Mau apa lo kemari? Mau jadiin gue bahan taruhan lagi? Pergi sana, gue gak sudi liat muka lo." ujar Bintang.

Langit turun dari sepedanya, lalu ia menghampiri Bintang. "Bintang, maafin gue. Gue tau kalau gue salah, gue minta maaf sama lo."

"Maaf? Lo pikir harga diri gue sama dengan nilai taruhan lo ha? Lo pikir gue barang yang bisa lo jadiin gue bahan taruhan? Otak lo dimana? Kalau punya otak tu di pakek sebagaiman mestinya. Jangan mentang-mentang lo anak orang kaya lo bisa seenaknya sama gue. Orang kaya sombong, pergi dari sini." ujar Bintang.

"Bintang Please, gue nyesel udah lakuin ini sama lo. Gue mohon maafin gue," ujar Langit.

"Lepasin gue, lepas." Bintang mendorong Langit sekuat tenaganya, sehingga Langit limbung dan kepalanya terbentur tembok dan berdarah.

Bintang pergi masuk kedalam rumah, lalu saat ingin menutup pintu Langit masih duduk memegangi jidatnya yang berdarah. Bintang berbicara lagi. "Pulang sana, hari mau hujan. Gue gak mau liat muka lo lagi."

Bintang membanting pintu rumahnya, hujan mulai turun. Tetapi Langit tidak pergi dari sana, Langit menangis di tengah derasnya hujan. Ia masih disana menunggu Bintang membukakan pintu dan memaafkannya. Hujan tidak kunjung reda sampai malam hari, sementara Biantang masih menunggu di tengah hujan yang lebat. Bintang mengintip dari jendela, lalu ia terkejut saat melihat Langit masih di sana. 'Ni anak maunya apa sih?'

Bintang masih belum membuka pintu, hari sudah mulai tengah malam, Langit masih bertahan disana. 'Gue gak akan pergi dari sini, gue bener-bener tolos minta maaf sama lo Bintang. Gue...'

BxB- STAR IN THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang