Bab 7

859 97 21
                                    

Langit membawa Bintang kerumah sakit dimana Edy bekerja. Saat tau pasien yang ia tangani, ia langsung sigap dan segera menghubungi Satria, lalu Edy pun langsung keruangan operasi untuk menjahit luka tusuk itu.  Langit menunggu di luar, ia nampak frustasi, lalu tidak lama Satria pun sampai.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" ujar Satria.

"Maaf, a-abang siapa?" ujar Langit.

"Saya abang kandungnya, kau Langit kan? Apa yang terjadi sama Bintang? Katakan?" ujar Satria.

"I-itu..." ujar Langit gemetaran. Tetapi belum sempat menjawab pertanyaan itu Edy keluar.

"Satria, Bintang sudah tidak apa-apa. Lukanya tidak dalam dan sekarang di sudah sadar. Masuklah," ujar Edy.

Satria masuk kedalam, Langit hanya menunggu diluar. Lalu Edy duduk di samping Langit. "Terimakasih sudah menolongnya."

Langit hanya mengangguk, ia gugup ia tidak bisa berbicara apa-apa. Lalu Satria keluar dan memanggil Langit. "Langit, Masuklah. Adikku mencarimu, bahkan ia menanyakan keadaan orang lain bahkan dalam keadaan terluka seperti ini. Lain kali kalau ada rampok itu jangan dilawan, lari atau teriak. Jangan sok jaguan kalian,"

Langit hanta mengangguk, lalu ia masuk kedalam dengan wajah penuh penyesalan. Matanya berembun, ia tidak tau harus berbicara apa. Ia malu sekali, ia bahkan tidak berani menatap wajah Bintang. Lalu Langit berbicara. "M-maafin gue, gue..."

"Gak perlu minta maaf sama gue. Minta maaf sama diri lo sendiri, sekarang lo lihat kan apa akibat dan efek obat itu? Lo akan menjadi gila dan lepas kendali. Kalau lo gak sayang sama orang tua lo, paling tidak lo sayang sama diri lo sendiri." ujad Bintang.

"Gue sayang sama lo, gue gak mau lo rusak gara-gara itu. Cukup gue yang rusak, cukup gue yang hancur. Lo gak tau betapa sulitnya hidup gue," ujar Langit.

"Hidup tidak ada yang sulit, lo aja yang membuat semuanya sulit. Lo tau, kedua orang tua lo sayang sama lo, lo masih beruntung punya orang tua yang peduli. Nah gue, gue udah gak punya orang tua, tapi gue coba jalani dengan lapang dada." ujar Bintang.

Langit diam, ia tidak banyak bicara. Bintang pun berbicara. "Lo pulang aja sana, gue lagi males liat muka lo."

Langit terkesiap, tanpa mengucapkan sepatah kata pun Langit pergi. Bintang hanya menggelengkan kepalanya saja, lalu Satria dan Edy masuk kedalam ruangan. Melihat adiknya yang murung, Satria sedikit sedih. Lalu ia berinisiatif membuat adiknya tersenyum. "Aaaah, lihatlah jagoan abang... Sayang, lihat ada suparman."

Bintang melempar bantal kearah Satria. "Bang Sat bege..."

"Nah gitu dong, adik abang yang cakep jangan cembetut terus, hilang imutnya. Oh ya tadi itu?" ujar Satria.

"Anaknya Jayadiningrat," ujar Bintang.

"Aaah, lihatlah betapa profesionalnya kamu. Kemarin bapaknya sekarang anaknya, dek... Tolong jaga keperawananmu." ujar Satria.

"Baang Saaaat, begok tolol... Lo kata gue apaan ha? Pergi sana, malesin tau gak." ujar Bintang kesal.

Edy yang melihat itu pun langsung memarahi Satria. "Kamu, adik lagi sakit malah di becandain. Ayo keluar, biar adik ipar istirahat."

Satria pun mencium kening Bintang, lalu ia dan Edy pergi keluar dari ruangan itu. Entah kenapa ia tiba-tiba kepikiran sama Langit, ia takut kalau Langit akan menggunakan obat-obatan itu. Bintang pun tertidur, sementara di rumah Langit mandi, lalu setelah mandi ia melihat ayahnya tengah duduk di kursi kerjanya. Lalu Jayadiningrat yang sadar kedatangan anaknya langsung berdiri dan menyapa anaknya.

"Langit, ada apa nak?" ujar Jaya yang melihat wajah sedih anaknya.

"Papa, maafin Langit." ujar Langit sambil meluk Jaya.

BxB- STAR IN THE SKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang