Kalian pasti tahu nama siapa yang akan kuteriakan setelah ini.
"LOUIS!!!" teriakku begitu kubuka pintu apartemen tempat yang kutinggali sekarang. Masa bodoh jika ada yang mendengar.
"Ngapa, sih? Teriak-teriak macam orang tak waras lah kau." jawabnya datar sedatar tembok.
Jujur aku lelah di hari pertama kuliahku. Dan satu hal lagi, aku belum dapat TEMAN. Kalian tahu apa sebabnya? Karena aku sangat sebal dengan Louis sehingga aku memasang muka judes sepanjang waktu. Dan saat ada yang mengajakku berkenalan.. Oh, tunggu! Mana ada orang yang mau mengajak berkenalan dengan first impression super judes sepertiku?
Pasti dia nggak waras.
Hellooo, yang ada sepanjang jalan justru aku lebih sering mendapat tatapan sinis daripada ramah.
Wajar sih, wajahku juga tak kukondisikan. Tapi tetap saja beda! Aku hanya bermuka judes saat aku sedang tidak menatap siapapun, sedangkan aku berwajah datar saat menatap orang lain. Sama saja? Ah, lupakan! Itu tidak penting untuk saat ini. Yang terpenting adalah..
Mengapa aku bisa ada di Irlandia?!
"Woy, udah ngebatinnya?" Louis memutar matanya.
"Lo!" kataku sambil menunjuknya. "Kenapa lo bawa gue ke Ireland, hah?" kataku nyolot. Terserahku, dong!
"Njir, nggak usah nunjuk-nunjuk lah. Lo sendiri yang minta dibawa kesini. Jangan salahin gue lah pea'!" andai aku tak ingat kalau dia kakakku pasti sudah kulayangkan ribuan umpatan padanya.
"Apaan! Kapan gue minta?" aku menurunkan nada bicaraku karena Louis ikutan nyolot. Jika kami sama-sama nyolot, aku yakin yang ada malah aku diusir olehnya.
"Yaelah, pake acara pura-pura pikun segala." nada bicaranya kembali normal.
Benar, kan... Aku tahu bagaimana cara menjinakan binatang.
"Serius, Louis." aku menariknya duduk. Kurasa berbicara dengan kepala dingin akan mempermudah semuanya.
"Hm, serius gue." dia masih menjawab ogah-ogahan.
"Shit. Males gue ngomong sama lo!" sebelum berlari masuk ke kamar, kusempatkan diri menjatuhkan kakakku hingga terjungkal dari kursi.
Tepat saat aku menutup pintu kamar, Louis memukuli pintuku. Aku tidak peduli. Lagipula jika pintu ini rusak, Louis yang akan bertanggung jawab.
Akhirnya dia berhenti. Mungkin dia lelah karena aku mendengar dia menghela nafas sangat keras.
Bagaimana ini? Aku harus bertanya pada siapa? Niall? Tapi nanti yang ada si pirang itu bertingkah seperti Louis. Harry? Aku tidak tahu dia tinggal dimana. Zayn? Iya, dia pasti bisa membantuku. Aku tahu dia tinggal paling pojok di lantai yang sama denganku.
Aku akan menyusulnya. Kebetulan Louis baru saja keluar, dia pasti pergi menemui Thomas atau mengurus pekerjaannya. Dia itu sebenarnya benci pekerjaan yang terikat, tapi dia bilang ingin seperti ayah.
Ah, mengingat ayah kembali membuatku sedih.
Aku mengetuk pintu apartemen Zayn. Lima menit sudah aku mengetuk belum terbuka. Dia budeg, ya?
Saat aku memutar balik untuk kembali, pintu terbuka. Memperlihatkannya yang hanya menunjukan kepalanya keluar. Ngapain sih dia?
"Oh, hai Lisa. Ayo masuk!" aku masuk, tapi "Bentar, aku pakai baju dulu." oh, ternyata dia habis mandi, pantas wangi banget.
"Kau pakai sabun apa sih, Zayn?" tanyaku saat dia sudah mengganti handuk yang semula ia lilitkan di pinggang menjadi kaos oblong dan celana selutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Way
FanfictionKematian orang yang yang kusayang menjadikanku makhluk yang dikuasai dendam. Bahkan kini muncul kepribadian lain dalam diriku. Kepribadian yang sangat bertolak belakang. Ketika melenyapkan nyawa bukan menjadi hal yang sulit bagi para pembunuh. Begi...