21 - For you.

3 0 0
                                    

Lisa's POV.

Aku melangkahkan kakiku keluar dari kampus. Mata kuliah hari ini cukup membuatku pusing, dan ditambah Niall yang punya jadwal berbeda denganku. Ah, hari yang menyebalkan!

Tak sampai disitu, aku juga mendapat peringatan karena terlambat masuk setelah waktu istirahat habis. Bukan karena aku memang sengaja nongkrong di kantin, tapi beberapa pria yang kurasa anggota geng motor karena menggunakan jaket kembar itu menggangguku.

Mereka menahan jalanku menuju kelas dan selalu seperti itu secara bergantian. Mereka ada lima orang. Ya, aku tau aku tidak punya teman disini makanya mereka mengganggu gadis kesepian sepertiku. Sejujurnya mereka tidak melontarkan ucapan menyebalkan ataupun bertingkah kasar, mereka hanya menghalangi jalanku sampai salah seorang diantara mereka mendapat telepon dan mereka pergi begitu saja. Siapa yang tidak marah dihalangi tanpa sebab? Tentu saja aku marah-marah dan melontarkan berbagai umpatan.

Dan sudah kuduga! Di kelas aku diberi peringatan oleh guru yang terkenal dingin itu. Huft, dan sekarang aku harus menunggu bus atau jalan kaki sampai apartemenku yang berjarak lima kilo meter dari sini.

Duduk di halte sendirian. Sebagian besar mahasiswa pulang pergi dengan kendaraan pribadi. Biasanya kulihat di halte ini ada sekitar tiga atau empat orang yang menunggu bus, tapi kali ini hanyaku sendiri.

Sudah sepuluh menit aku menunggu. Oke, aku sudah tudak tahan menunggu lagi!

Aha, ini dia!

Di dering ketiga Louis mengangkat panggilanku.

"Kak, jemput aku di kampus."

"Naik bis aja, sih! Atau becak atau delman kek."

"Tai, mana ada becak sama delman disini!"

"Yaudah pulang sama temen lo aja!"

"Gapunya temen. Ini aku udah nunggu bis sejam, duh capek. Cepet si jemput, kak!" kataku dramatis.

"Huh! Emang lo nggak ketemu si Heri? Dia kan juga masuk sore, bego banget sih!"

"Heri sapa tuh?"

"Keriting pe'a! Dah sana lo pulang sama dia, gue sibuk, bye!" kakakku yang sangat kusayangi itu mematikan telepon dengan sangat lembut.

Huh, dari tadi aku nggak ketemu si Heri. Eh Harry maksudku. Huh, dari tadi aku nggak ketemu si Harry. Tapi apa dia masih di kampus? Telfon aja kali ya?

Oke, aku menelponnya.

Tiga kali panggilan tak terjawab. Selalu begitu, heh.

Oke, kalau sekali lagi nggak diangkat aku bakal ngamuk.

Diangkat!!

"Lama banget sih angkatnya!"

"Duh, sorry! Gue.. Eh ada apa?" jawabnya ngos-ngosan.

"Lo habis ngapain megap-megap begitu?"

"Gue.. dikejar orang. Capek.. huh.. lari dari tadi. Mana orangnya bawa golok lagi! Tapi sekarang mereka udah nggak kejar lagi, jadi gue aman."

"Oh gitu ya? Kenapa nggak lo lawan?"

"Mereka rame, gue sendiri. Temen gue udah pada pulang. Kenapa lo telfon?"

"Ohiya, lo dimana? Pulang bareng dong. Kan tetangga, hehe."

"Sip, gue balik ke kampus dulu mau ambil motor."

"Hah, emang lo dimana?"

"Iya gue lupa ngasih tau. Tadi gue.. Eh gue lihat lo di halte lagi duduk sendiri sambil megang hape. Pasti lo lagi telfonan yakan?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 23, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wrong WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang