13 - "Ayo!"

4 1 0
                                    

Part ini dan beberapa part kedepan bakal pakai sudut pandang orang ketiga ya.

Enjoy this story :)

••••••

Pukul 08

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 08.00 WIB di pemakaman.

Kakak beradik itu tengah duduk sambil mengusap tanah pemakaman. Kepergian sang ayah menorehkan luka yang teramat dalam bagi kedua insan itu.

Kini mereka yatim piatu.

Sang ayah telah menyusul ibunda yang telah mendahului pergi sepuluh tahun lalu. Segala peristiwa di dunia ini telah tertulis dalam garis takdir sehingga mengharuskan dua orang itu menerima semuanya dengan ikhlas.

Bukan hanya kakak beradik itu yang sedang dilanda duka mendalam. Orang terdekat dan rekan kerja almarhum pun turut menghadiri acara pemakaman itu. Mengantarkan almarhum menuju tempat peristirahatan terakhir.

Sedikit demi sedikit para pelayat meninggalkan pemakaman setelah acara berdoa selesai. Kini hanya tinggal orang terdekat. Thomas salah satunya.

"Louis, Lisa, paman harap kalian sabar dan tabah menerima semua ini. Paman tau kalian orang yang kuat" katanya sambil merangkul kakak beradik yang bermata sembab itu.

"Makasih, paman." kata Louis sambil membalas rangkulan Thomas. Sedangkan adiknya kini tengah menatap kosong batu nisan yang bertuliskan nama ayahnya.

Pingsan.

****

Gadis itu kini telah sadar dari pingsannya. Dia langsung terduduk sambil memanggil ayah dengan lirih berharap yang dipanggil akan kembali. Namun sayangnya itu tidak mungkin.

"Lisa, tenanglah. Kamu masih punya kakak." kata Louis sambil memeluk adiknya. Dia tau kalau Lisa adalah orang yang paling merasa kehilangan.

"Kak. Kok ramai banget? Suruh mereka keluar. Lisa nggak mau ketemu orang-orang jahat." Lisa meraung hingga seisi ruangan mendengar ucapannya.

Tidak banyak orang di ruangan itu. Hanya ada Niall, Zayn, Harry, kedua orang tua Niall dan Thomas—atasan ayah.

Mereka semua keluar dengan perasaan kasihan melihat keterpurukan yang terlihat jelas di kedua matanya. Meski ada seorang diantara mereka yang merasa sakit hati dengan ucapan gadis itu. Dia benci jika sepupunya itu merasa terancam atas kehadirannya.

Niall pergi ke dapur kemudian mengambil segelas air mineral dan meminumnya pelan. Sungguh dirinya pun merasa kehilangan. Niall menenggelamkan wajahnya dengan ditumpu kedua tangannya di atas meja.

Wrong WayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang