{Chapter 17}

3.8K 366 24
                                    

Gulf telah dipulangkan dari Rumah sakit beberapa hari yang lalu. Pemuda itu mendapati perawatan yang terbaik dan seorang terapis bernama Din. Perlahan lahan Gulf kembali pulih. Mew selalu tinggal didekatnya. Dia bahkan meminya tuam Suppasit untuk mengambil ahli perusahaa selama perawatan Gulf.

Hari ini adalah hari terakhir Din akan mendatangi Gulf secara rutin. Membutuhkan sekita tiga bulan untuk Gulf lepas dari PTSD yang dia miliki dan sekarang Din menilai kondisi Gulf sudah sangat baik dan memutuskan untuk melakukan check up sebulan sekali.

"Apa kau siap untuk bertemu Din?"

"P'Mew, aku bukan akan kecil!" Gulf menggerang keaal saat Mew mengangkat tubuh Gulf dengan kedua tangannya. Mereka tidur di kamar Gulf semenjak kepulanhan Gulf. Awalnya Gulf menolak, merasa bahwa Mew terpaksa melakukan hal itu dan lebih memilih untuk tidru sendiri, tetapi Mew berhasil membujuknya. Pemuda tampan itu selalu ada saat Gulf terbangun akibat mimpi buruk yang dia alami dan memeluknya erat. Terkadang menciumi seluruh wajahnya untuk menenangkan pemuda manis pada dekapannya.

Keduanya berjalan menuju ruang tengah dan mendapati Din yang telah berdiri disebelah sofa mahal pada mansion tersebut.

"Din, bagaimana kabarmu?"

"Saya merasa baik, walau sedikit sedih karena hanya dapat bertemu dengan anda sekali setiap bulan setelah ini. Namun saya senang anda telah pulih, tuan Kannawut."

"Kenapa kau memanggilnya Kannawut?! Namanya adalah Gulf Suppasit sekarang." Kedua mata Gulf terbelalak. Dia memukul lengan Mew dengan cukup keras, tetapi tidak cukup kuat untuk menyakiti calon suaminya tersebut. Mew terkekeh saat mendapati wajah calon istrinya yang merona hebat. Dilain sisi, Din hanya terkekeh. Dia selalu menyukai interaksi antara pasangan tersebut. Mereka tampak serasi dan akrab.

Din memulai sesi terapinya dan membiarkan Gulf mengatakan apa yang dia rasakan sepanjang hari ini. Mew menatap sang pujaan hati yang duduk dengan ceria disampingnya. Dia benar benar tidak percaya bahwa dulu dia pernah menganggap Gulf bukan apa apa kecuali seorang pelacur, dia tidak menyadari seberapa bodohnua dia untuk tidak menuadari seluruh keindahan yang ada pada calon istrinya tersebut.

Sesi terapi selesai yang terasa lebih cepat dari biasanya. Gulf berjalan mendekati Din dan memeluk pemuda diakhir 20annya itu dan hampir mendapat tonjokan dari Mew yang tampak membara dibelakamh Gulf. Sang terapis berpamitan setelah mendiskusikan jadwal check up bulanan dengan Techno yang adalah pelayan pribadi Gulf.

"Sekarang kita sepenuhnya berdua!" Mew tersebyum lebar. Dia menatap lekat Gulf yang duduk disebelahnya dengan kedua tangan menopang dagunya.

"P'Mew apa yang kau inginkan? Berhenti menatapku seperti itu." Gulf mendorong wajah tampan Mew menjauh. Mengundang kekehan dari sang calon suami.

"Aku hanya berpikir untuk mulai membicarakan mengenai pernikahan kita. Jika dipikir piki kita seharusnya sudah menikah sekitar empat bulan yang lalu, bukan?"

"Salahkan siapa yang terus menganggapku sebagai pelacur dan malah membenciku?" Gulf memutar bola matanya malas. Mew disebelahnya terbelalak, "G-gulf, aku benar benar minta maaf mengenai kesalahan bodohku itu! Apa kau akan memaafkanku?"

Gulf melipat kedua tangannya didepan dada, mengerucutkan bibirnya. Mew menghela nafas. Sia meraih kedua tangan Gulf dan menciumnya lembut, berusaha untuk mendapatkan perhatian dan pengampunan dari sang calon istri.

"N'Gulf, maafkan phi ya, Nong boleh memukul phi, teapi Nong maafkan ya." Gulf melirik Mew yang menatapnya dengan kedua mata bersinar, berusaha untuk membujuk pemuda manis tersebut. Gulf menghela nafas sebelum memukul kepala Mew menggunakan satu tangannya yang terlepas dari genggaman Mew.

"Ack!"

"Sudah aku maafkan." Mew mengelus kepalanya yang terasa cukup sakit. Dia tidak pernah tahu Gulf dapat memukul sekencang itu. Ringisan pada wajahnya menghilang setelah dia menyadari Gulf yang tersenyum sambil mendekap wajahnya.

"Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Karena sudah menolong dan menerimaku." Keduanya tersenyum. Saling menatap satu sama lain dengan wajah yang semakin mendekat. Mew tersenyum tipis dan mengalihkan pandangannya menuju bibir pink sang pasangan yang mengundang rona berwarna merah pada kedua pipi Gulf yang sudah kembali tampak berisi.

Hampir saja kedua bibir tersebut tersentuh saat Mild membuka pintu ruangan dan menyadarkan keduanya.

"Mild apa yang aku katakan mengenai mengetuk." Mild menatap sepasang kekasih tersebut datar, "Oh, maafkan saja. Tuan Suppasit ingin bertemu, dan sahabat anda juga mengunjungi anda." Mew mengangkat satu alisnya, Kaownah memang mengatakan mengenai mengunjunginya, tetapi untuk apa ayahnya memintanya bertemu.

Mew mengangguk sebelum bangkit dan menjulurkan tangannya pada Gulf yang langsung menerima uluran tangan pemuda tampan tersebut. Keduanya berjalan melalui lorong mansion hingga mencapai ruang kerja sang ayah. Mew mengetuk pintu tersebut pelan dan berjalan masuk, masih dengan Gulf pada genggamannya.

"Oh, Mew! Kau sudah datang, kau membawa Gulf! Bagaimana kabarmu, nak?"

"Saya baik baik saya, ayah." Tuan Suppasit tersenyum saat melihat Gulf yang tersenyum manis padanya. Dia tidak dapat berbohong, dia sangat bangga dengan anaknya yang berhasil mengembalikan Gulf seperti semula.

"Baiklah, ayah akan langsung berbicara pada intinya. Aku dan ibumu akan pindah dalam waktu dua bulan, dan itu berarti kami ingin kalian untuk cepat menikah."

"Tunggu, kemana kalian akan pergi?"

"Mew, kau ingat pulau pasir yang ibumu selalu dambakan? Ayah berhasil membeli pulau tersebut dan membangun sebuah rumah minimals yang selalu ibumu dambakan, tetapi ayah tahu ibumu tidak akan mau pergi jika kalian berdua belum menikah. Itu sebabnya ayah ingin kalian mempersiapkan pernikahan kalian secepatnya."

Kedua pasangan tersebut saling menatao satu sama lain dan tersenyum.

"Aku dan Gulf akan melaksanakan pernikahan kami secepat mungkin. Sebenarnya aku sudah meminta Kaownah untuk datang agar dapat membantu kami untuk mempersiapkan pernikahan kami."

"Benarkah? Syukurlah kalau begitu. Ayah memilih hari ini karena ayah tahu Gulf telah pulih. Maaf jika ayah terkesan mendorong kalian."

Gulf menggeleng, "Tidak ayah. Kami memang telah memikirkan untuk menikah dalam waktu yang singkat ini."

Sang pria tua yang masih tampak menawan tersebut tersenyum dan membiarkan kedua pasangan tersebut melanjutkan hari mereka. Sekarang, Mew dan Gulf akan memulai rancangan pernikahan mereka yang sesungguhnya.

Tbc.
Tinggal satu/dua chapter lagi sebelum tamat XD
Bagaimana perasaan kalian setelah akhirnya melihat dua manusia ini bahagia dengan satu sama lain?

Broken crown (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang