{Chapter 18}

3.4K 332 5
                                    

Hari hari terus berlalu. Gulf telah dinyatakana cukup stabil untuk menghadiri terapi mingguan bersama Din. Kedua pasangan ini juga sedang sibuk mengatur pernikahan mereka, tampak bahagia dengan satu sama lain. Kaownah telah membantu keduanya untuk memilih dekorasi pernikahan mereka dan meminta beberapa koneksinya untuk memeriahkan acara. Dia juga meminta seorang organizer profesional bernama Sam untuk mengatur seluruh acara pernikahan sahabatnya tersebut.

Sekarang Mew sedang menunggu Gulf untuk keduanya melakukan fitting mereka. Keduanya memutuskan akan mengenakan jas hitam dengan nuansa yang berbeda. Mew ingin mengenakan jas hitam classic yang akan menonjolkan aura maturenya, sedangkan Gulf akan mengenakan jas hitam dengan beberapa renda dan selendang untuk menonjolkan aura lembut yang dia miliki.

Pintu kamar kembali terbuka dan Gulf berjalan keluar dengan kaos putih dan celana hitam panjang. Sepatu sneakers yang dia gunakan berwarna baby pink, salah satu hadiah dari Mew saat Gulf keluar dari rumah sakit.

"Kau sudah siap?" Anggukan antusias dari Gulf berhasil mengundang senyuman lebar pada wajah Mew. Pemuda itu meraih tamgan Gulf dan menuntun calon istrinya menuju mobil sport miliknya. Hari ini keduanya akan mengendarai Ferrari Roma berwarna hitam metalik yang berhasil menarik perhatian Gulf beberapa hari lalu dan berhasil menjadi mobil kesukaan pemuda manis itu.

"Apa Kaownah akan ikut hari ini?"

"Kaownah sedang menjalani pemotretan untuk iklan parfum miliknya, dia tidak dapat datang. Apa kau ingin bertemu dengannya?" Gulf menggeleng, "Diantampak sibuk. Sepertinya tidak banyak merepotkannya."

"Oh, jangan sungkan pada orang itu. Aku akan sangat senang jika kau juga ikut membullinya." Gulf terkekeh, "Kau tahu pembullian itu tidak baik bukan?"

"Yah, mari katakan bahwa Kaownah adalah sebuah pengecualian." Keduanya melanjutkan perjalanan dengan percakapan percakapan kecil mengenai kehidupan mereka masing masing. Gulf banyak berbicara mengenai ketertarikannya untuk kembali belajar Bahasa dan mungkin strategi perang.

Mobil hitam tersebut berhenti tepat di depan gedung besar yang didominasi dengan warna hitam. Mew beranjak keluar dari mobil dan melemparkan kunci mobil tersebut pada pekerja disana sebelum membukakan pintu untuk Gulf. Pemuda manis tersebut tersenyum senang sembari menerima uluran tangan pemuda lainnya.

"Aku sudah memasukkan keinginan kita. Mereka akan memberikan beberapa desain dan mengambil beberapa notes sebelum mengukur."

"Kau memasukkan baju kita sebagai list custom?"

Mew menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Dia tahu Gulf telah memintanya untuk tidak merepotkan diri, tetapi dia tidak tahan. Dia hanya ingin pernikahan mereka menjadi spesial untuk keduanya. Mew tidak dapat membayangkan suatu hari nanti dia melihat sepasang pengantin yang mengenakan pakaian yang sama dengan yang mereka pakai.

Untungnya seorang wanita tua berjalan mendekati keduanya sebelum Gulf dapat mengatakan apapun lagi.

"Tuan Suppasit, selamat datang, kami telah menunggu kedatangan anda. Silahkan ikut saya." Mew tersenyum sebelum meraih tangan Gulf dan menuntunnya mengikuti wanita tersebut. Ketiganya berjalan menuju sebuah ruangan pribadi di toko besar tersebut. Wanita tua itu menekan sebuah tombol pada pintu dan cahaya diatas pintu tersebut berubah menjadi merah, menandakan bahwa ruangan sedang diguanakan.

"Silahkan masuk."

Kedua pasangan tersebut berjalan masuk. Ruangan tersebut tampak cukup luas dengan meja kecil di ujung ruangan. Gulf menatap sekitar yang dihaisi dengan tanaman dan jendela yang mengadap pada pemandangan kota.

"Tempat ini luar biasa."

"Kau menyukainya?" Gulf mendongak. Dia mengangguk senang yang membuat sang calon suami mencium keningnya.

"Aku akan mengingat desain ini. Bagaimana jika kita membangun rumah kita sendiri?"

"E-eh? Tapi kita bisa tinggal dengan ayah dan ibu. Lagi pula mansionmu jauh lebih baik dari apapun di dunia." Mew terkekeh mendengar penuturan Gulf. Dia kemudian meraih lengan pemuda manis tersebut dan menuntunnya untuk duduk di salah satu dari empat kursi yang mengelilingi meja kecil diujung ruangan tersebut.

"Desainer yang merancang baju kita akan datang sebentar lagi. Apa kau senang?" Mew mengelus kepala Gulf yang kembali mengangguk. Pemuda manis itu meraih sebotol teh yang telah disiapkan diatas meja. Beberapa menit berlalu dengan Mew yang mengelus rambut Gulf halus. Entah apa yang terjadi, sekarang Gulf telah duduk pad apangkuan Mew sambil bercerita mengenai istananya dulu.

"Aku memiliki seorang bibi yang suka membuat kue. Kau tidak tahu seberapa enaknya kue yang dia buat! Aku benar benar merindukan kue buatannya." Gulf menghela nafas sedih.

"Benarkah? Aku jadi penasaran. Oh, bagaimana jika setelah ini kita pergi untuk memilih kue pernikahan kita? Aku tidak ingin terlalu bergantung pada EO yang Kaownah pilih untuk kita."

"Apa boleh? Aku ingin kue red velvet." Mew mengangguk. "Aku memiliki kenalan yang cukup handal dalam pembuatan kue. Mungkin kita bisa pergi untuk mencoba kue miliknya dan lihat apa kau menyukainya." Gulf tersenyum dan mengangguk semangat. Dia tidak tahu apa harinya dapat menjadi lebih baik dari hari ini.

Perancang busana mereka akhirnya berjalan memasuki ruangan dengan sebuah folder tebal yang berisikan rancangan rancangan yang telah dia siapkan.

"Kami telah menyesuaikan rancangan busana anda dnegan keinginan anda. Anda dapat melihat beberapa proposal rancangan yang kami siapkan dan kita bicara mengenai detail busana setelah itu."

Keduanya sibuk dengan busana mereka masing masing. Gulf sesekali melirik pakaian pilihan Mew dan menyatakan pendapatnya, begitu juga sebaliknya. Keduanya berjalan keluar butik dengan tangan yang saling bertautan.

"Sekarang kita pergi ke bakery!" Mew meraih lengan Gulf dan membawa pemuda manis tersebut menuju mobilnya. Keduanya berakhir di sebuah bakery mahal dengan puluhan rasa kue dihadapan mereka.

"Kau yakin kau dapat mencicipi ini semua?"

"Jika hanya makan satu suap untuk setiap kue, aku bisa melakukannya." Gulf tersenyum, membawa suapn cake pertamanya dan mulai mengunyah. Kedua matanya tampak bersinar terang, menikmati setiap rasa yang menyapa lidahnya.

"Apa kau menyukainya?"

"Rasa madu. Ini pertama kalinya aku makan kue rasa madu." Gulf mengerjab, sendok kecil yang disediakan dia letakkan pada piring dihadapannya.

Keduanya kembali mencicipi beberapa kue lainnya hingga pilihan gulf jatuh kepada kue blueberry dan red velvet.

"Aku berpikir untuk memiliki satu kue besar yang bertingkat. Kue red velvet dibawah dan kue blueberry diatas. Bagaimana?" Mew mengelus rambut Gulf yang masih menyantap kue red velvet dihadapannya. Pemuda itu mengangguk, "Terdengar bagus. Apa kau akan membiarkan mereka membuat desain mereka sendiri atau kau ingin kita mendesain kue ini?"

"Entahlah, sepetinya membiarkan sang professional untuk mengerjakan hal ini bukan masalah."

Pasangan tersebut meninggalkan bakery setelah memasukkan pesanan. Satu tangan Mew membawa satu bungkus kue red velvet yang merupakan kue kedukaan Gulf. Mew yakin pernikahannya akan menjadi pernikahan terbaik yang pernah ada.

To be continue.

Broken crown (MewGulf)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang