P'Mew 😍
Saat Gulf membuka matanya, dia sudah mendapati dirinya terduduk dibangku mobil dengan Mew menatapnya tajam disebelahnya. Mobil sedan tersebut tampak terlalu sempit untuk Mew yang berusaha menjauhkan diri dari Gulf. Kemana senyumnya saat dia meminta Gulf untuk ikut dengannya?
Perjalanan darat menuju mansion mewah milik keluarga Suppasit berlaju dengan tenang. Suhu tubuh Gulf sudah menurun sejak dia meminum obatnya kemarin siang, tetapi tubuhnya masih mengigil bahkan dengan udara sehangat apapun. Pakaian tebal yang dia gunakan tidak membantu sama sekali dan sekarang dia terlalu takut untuk menunjukkan tubuhnya yang mengigil. Dia hanya tidak ingin menjadi beban untuk Mew.
Mobil sedan tersehut berhenti di depan pintu besar mansion milik keluarga Suppasit. Gulf dapat melihat deretan pelayan yang menunggu kedatangan Mew di depan pintu mansion. Mew beranjak turun yang diikuti oleh Gulf dengan cepat. Pemuda itu berjalan mengekori Mew sambil menatap lantai granit indah dibawah kakinya.
"Pangeran Gulf, senang bertemu dengan anda." Seorang wanita tua yang masih memiliki wajah cantik dan elegannya berjalan mendekati kedua calon pasangan tersebut. Nyonya Suppasit, atau yang dapat dikenal sebagai ibu Mew menggenggam lembut tangan calon menantunya, membuat Gulf sedikit tersentak bingung.
"Claire, jangan buat menantu kita tidak nyaman." Seorang pria tua tersenyum dibelakang nyonya Suppasit, menarik lengan wanita tersebut lembut sebelum mengundangnya kedalam sebuah pelukan hangat. Pemandangan dihadapannya mengingatkan Gulf pada kedua orangtuanya. Dia merindukan keduanya.
"Maafkan aku. Aku hanya sangat antusias untuk bertemu dengan baby Gulf lagi."
Kedua calon pasangan tersebut mengernyit, "Apa ibu pernah bertemu dengan Gulf?"
Sang Ibu menghela nafas, "Kau benar benar tidak tahu diri. Apa kau ingat saat kau kecil dan kita sedang liburan menggunakan kapal baru ayahmu kita harus berhenti sejenak akibat kerusahan pada mesin? Kita akhirnya berhenti di kerajaan Kannawut dan dari sana ibu dan yang mulia Ratu menjadi dekat. Apa kau ingat saat kau menolak untuk pulang karena ingin melindungi Gulf? Kalian sangat lucu saat itu."
Wanita cantik tersebut tersenyum mengelus lengan kurus Gulf. Tampak tersenyum mengingat memori masa mudanya.
"Baiklah, cukup nostalgianya. Mew, bawa istrimu masuk! Aku ingin menyambutnya dengan benar."
Sang anak tidak menunggu untuk menarik lengan kurus Gulf dan buru buru berjalan masuk. Tidak terlalu memperhatikan bagaimana langkah sang pasangan terseret berusaha mengikutinya langkah besarnya. Tarikan Mew baru terhenti saat keduanya memasuki ruang baca pribadi Mew.
"Bertingkahlah baik dihadapan orangtuaku. Kau seharusnya senang mereka memintaku membawamu kesini, jadi buat mereka bahagia. Kau mengerti?!" Gulf hanya mengangguk takut sebagai jawaban. Mew benar benar menerikan saat dia sedang marah.
Dia tidak mengerti mengapa Mew sangat marah. Dia bahkan tidak melakukan apapun hingga saat ini kecuali berdiri dan bernafas.
Dia akan selalu marah selama aku hidup. Semua orang begitu.
Aku hamya beban yang mengganggu. Parasit bagi kebahagiaan orang lain.
Ketukan pada pintu berhasil mengalihkan perharian keduanya. Dalam beberapa detik, suara Mild terdengar dari luar ruangan, meminta kedua tuannya bersiap untuk acara penyambutan Gulf. Mew menatap pemuda yang lebih pendek darinya singkat sebelum menyeretnya menuju pintu dan meminta Mild mengantar Gulf ke kamarnya.
"Mari ikut saya, tuan."
Mansion besar tersebut terasa penuh dengan para pelayan yang sibuk memasang dekorasi dan menyiapkan makanan. Mild berkata bahwa semua ini dilakukan untuk menyambut kedatangannya hari ini.
Padahal aku tidak pantas untuk disambut. Aku hanya akan menyulitkan mereka. Dasae tidak berguna.
Keduanya berhenti di depan sebuah pi tu kayu berwarna putih dengan pinggiran hitam. Mild membuka pintu tersebut dan membiarkan sang tuan untuk berjalan masuk terlebih dahulu. Hal yang dilakukan oleh Gulf dengan langkah kaku. Selama dua bulan ini dia selalu menjadi orang terakhir yang memasuki ruangan, atau pun terkadang dia harus mendapat dorongan kasar dari orang orang untuk memasuki ruangan siksaannya.
Mild meninggalkan Gulf sendirian setelah memintanya untuk membersihkan diri san menyiapkan pakaiannya. Nonya Suppasit meminta Gulf untuk tampil formal malam ini, membuat Mild harus mencari setelah mewah yang pas dan cocok pada tubuh Gulf. Mild memutuskan untuk mengeluarkan sebuah setelan berwarna biru tua dengan bahan kain yang tampak dipadukan sengan celana yang sama. Sweater turtle neck berwarna abu abu muda menjadi pakaian dibawahnya. Mild mengangguk senang setelah membiarkan pakaian pilihannya tertata rapi diatas kasur sang tuan dan pamit undur diri untuk mengurus Mew.
Di dalam kamar mandi, Gulf masih sibuk memberishkan dirinya. Ini adalah mandi terlama dan ternyaman yang pernah dia dapatkan selama dua bulan belakangan ini. Air hangat yang keluar dari shower membasahi tubuhnya yang masih mengigil. Gulf tahu dia masih sedikit sakit dan mengigil, tetapi dia tidak dapat banyak menyulitkan Mew lagi.
Tak lama, terdengar suara ketukan pada pintu kamar mandinya dan suara ceria Techno terdengar setelahnya.
"Tuan, apa anda sudah selesai? Biarkan saya memeriksa keadaan anda."
Gulf keluar setelah beberapa menit mengeringkan tubuhnya. Bathrobe yang telah disiapkan didalam kamar mandi menjadi satu satunya yang membungkus tubuh kecilnya sekarang. Techno tersenyum manis pada sang tuan, kedua matanya memandang tubuh kecil Gulf dengan sedikit prihatin. Dia dapat melihat tulang tulang yang menonjol pada tubuhnya. Jelas sekali Gulf tidak mendapatkan nutrisi yang dia butuhkan.
"Tuan, silahkan duduk. Ijinkan saya untuk memeriksa suhu tubuh anda." Gulf menurut dan duduk di kursi rias miliknya. Techno, meraih kotak kecil yang dia bawa dan mengeluarkan sebuah termometer dari sana sebelum berlutut dan meminta Gulf untuk meletakkan alat tersebut pada mulutnya. Dalam beberapa detik, termometer berbunyi dan Gulf membiarkan Techno untuk meraihnya.
"37 derajat. Demam anda sudah menurun, tetapi tubuh anda masih mrngigil. Saya akan mempersiapkan obat setelah anda makan." Techno membersihkan termometer tersebut, kembali menyimpannya dan bersiap untuk keluar sebelum sebuah tangan menghentikan langkahnya.
"T-terima kasih."
Sang pelayan terbelalak. Dia cukup kaget dengan perilaku tuannya ini. Setelah dipikir pikir dia hanya pernah mendengar suara tuannya sebanyak dua kali, saat mereka membawa Gulf menuju dermaga dan saat Gulf mengucapkan selamat pagi pada Mew dikapal.
"Sama sama, tuan. Mohon jangan terlambat untuk hidangan anda, saya permisi." Techno berjalan keluar, tidak menyadari keberadaan Mew yang berdiri tak jauh dari pintu kamar Gulf.
"Menyebalkan."
Tbc.
Mau minta saran. Apa sebaiknya book ini menjadi book mpreg? 🤔

KAMU SEDANG MEMBACA
Broken crown (MewGulf)
Hayran KurguMenceritakan kehidupan seorang pangeran tampan nan manis, Gulf kanawut yang selalu menjadi kesayangan rakyat dan kedua orang tuanya. Kehidupannya nyaris menyentuh kata sempurna dengan seluruh kekayaan, kepintaran dan kehormatan yang dia miliki hingg...