"Liz, lo kenapa?" tanya Varas yang melihat Liza melamun sejak pembelajaran dimulai. Kini Varas pindah ke tempat duduk Morris untuk sementara agar tidak duduk sendiri di belakang.
"Gue lagi mikir sesuatu." Pandangan Liza fokus ke depan sambil mengingat percakapannya dengan Reja di parkiran.
"Mikir apa?" tanya Varas penasaran. Tidak biasanya Liza banyak pikiran karena biasanya Liza selalu enjoy seperti tanpa beban.
"Reja minta bantuan gue buat cari bukti kalau Zakka bunuh diri." Varas jadi teringat rekaman perpisahan Zakka yang kini ada di tangan Bu Yalan. Ia tidak tahu harus mencari Bu Yalan ke mana karena tidak ada petunjuk sama sekali.
"Jadi?"
"Gue punya buktinya," kata Liza sambil menunduk. Video yang bisa menjadi bukti tindakan diskriminasi yang Zakka terima kini berada di ponsel Liza. Ia masih menyimpan video itu dengan aman.
"Apa?" Varas tampak terkejut. Jika Liza mempunyai bukti yang cukup untuk mengungkapkan Zakka bunuh diri, ia tidak perlu merasa bersalah lagi karena telah memberikan video itu pada Bu Yalan. Varas tidak perlu lagi mencari Bu Yalan yang keberadaannya entah di mana.
"Nanti gue kasih tahu," kata Liza sambil menggenggam erat ponselnya.
Tanpa mereka sadari, Jenny mendengar semua percakapan mereka dan segera melaporkannya pada Nasha yang ada di belakangnya. Entah apa yang akan The Angel lakukan pada Liza.
🍁🍁🍁
Reja dan kawan-kawan bukannya kembali ke kelas, mereka malah pergi ke kantin. Kantin masih sepi karena belum waktunya istirahat. Hanya ada mereka berempat di sana.
"Ampun," kata Ghanu dengan nada memelas. Ia menunduk saat Reja menatapnya tajam.
Tiba-tiba Reja menarik saku kemeja Ghanu sehingga lencana yang selalu ia pakai malah terlepas. Kemudian Reja melempar lencana itu ke tempat sampah dan membuat ketiga temannya menganga lebar.
"Lo—lo kenapa buang …?" Ghanu menatap miris bak sampah tempat Reja membuang lencana miliknya.
Tidak hanya lencana milik Ghanu, Reja juga mengambil dan membuang lencana milik Deros dan Yuga. Mereka tambah terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa lagi.
"Mereka gak guna, buang aja," kata Reja santai. Memang lencana itu ia buat dengan tujuan agar ia bisa mengingat mana teman mana lawan. Namun, nyatanya ia tetap lupa diri saat sedang emosi. Ia tidak bisa mengontrol emosinya sendiri dan berkali-kali temannya mendapat pukulan darinya.
"Gak mesti dibuang, Ja. Sayang banget itu buatnya dari emas asli," lirih Ghanu yang masih tidak rela lencana itu dibuang ke tempat sampah yang sangat kotor. Ia ingin mengambil, tetapi terlalu jijik dengan sampah-sampah bau itu.
"Gak usah kayak gembel lo," kata Deros sambil menoyor kepala Ghanu.
"Itu emas beneran, bego! Belinya pake duit, bukan pake daun!" hardik Ghanu kesal. Sementara Reja hanya diam sambil memakan sosis yang ia pesan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASCULINE (END)
Teen FictionMenyamar menjadi cowok kemayu? Tidak masalah bagi Reja Georiyan Madava, cowok emosian yang sifatnya seperti ranjau darat, bisa meledak walaupun cuma diinjak. Reja rela dibuli, direndahkan, dan dihina selama ia bisa sampai di tujuannya. Tidak sepenuh...