Udara di sore hari memang sangat menyejukkan. Di tambah lagi pemandangan anak-anak kecil sedang berlarian di taman itu. Varas tersenyum menyaksikannya.
Kini Varas duduk di sebuah bangku taman sambil memakan es krim rasa kopi kesukaannya. Sudah lama ia tidak bersantai seperti ini dan Varas sangat menikmatinya.
Tiba-tiba ada seseorang yang memeluk Varas dari belakang dan membuat Varas sangat terkejut. Varas mendongak untuk melihat siapa yang memeluknya. Ia masih tidak bisa mengetahui orang itu karena yang ia lihat hanya bagian bawah rahang dan leher orang itu.
"Siapa—"
Belum sempat Varas bertanya, orang itu menunduk dan tersenyum pada Varas. "Re—Reja?"
"Udah lama enggak ketemu sama lo. Gue kangen," kata Reja lembut sambil melepaskan Varas. Varas langsung berdiri dan membalikkan tubuhnya agar berhadapan dengan Reja.
"Perasaan kita baru kemarin ketemu." Varas menatap Reja bingung. Reja tidak seperti biasanya.
"Lo tahu nggak kalau satu detik itu berasa satu tahun?"
"Apaan sih?" Varas memukul lengan Reja pelan sambil tersenyum malu-malu.
"Cantik banget sih," kata Reja sambil mencubit kedua pipi Varas. "I love yo."
"I love you too." Varas masih bisa tersenyum walaupun kedua pipinya dicubit oleh Reja.
"I love you too."
"I love you too."
"I love you!"
"Heh! Varas! Apaan sih lo?" Vema mengguncangkan tubuh Varas yang memeluknya sambil mengucapkan kata 'i love you' dan tersenyum lebar.
Varas membuka matanya perlahan sambil mengerjap-ngerjap. Ia melihat Vema yang memandangnya dengan tatapan kesal. Sedetik kemudian barulah Varas sadar kalau ia memeluk Vema dengan erat. Ia langsung melepaskan pelukannya dan duduk sambil menunduk. "Maaf, Kak."
"Maaf terus! Lo mimpi apa sampai peluk-peluk gue gitu? Pasti lo lagi pacaran, 'kan? Iya, 'kan? Gue bilangin Mama sama Papa baru tahu rasa!"
"Eng—enggak kok, Kak. Namanya juga mimpi," cicit Varas pelan. Ia masih menundukkan kepalanya karena takut dengan Vema.
"Udah lagi ini. Mandi sana!"
"I—iya, Kak."
Varas segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.
🍁🍁🍁
"Kak Reja, bangun, Kak!" teriak Sessy sambil menggedor-gedor pintu kamar Reja. Jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh dan Reja belum bangun. Sementara Sessy sudah rapi dengan seragam sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MASCULINE (END)
Teen FictionMenyamar menjadi cowok kemayu? Tidak masalah bagi Reja Georiyan Madava, cowok emosian yang sifatnya seperti ranjau darat, bisa meledak walaupun cuma diinjak. Reja rela dibuli, direndahkan, dan dihina selama ia bisa sampai di tujuannya. Tidak sepenuh...