[0.2] lembar dua

577 80 23
                                    

‘Cewek' itu kayaknya udah jadi pembahasan yang absen terlewat dari obrolan cowok pas lagi kumpul, apalagi kalau perkumpulannya cowok-cowok setengah buaya kayak sohib-sohibnya Leon begini.

Berisi tujuh manusia dengan nama geng HZSQ, kepanjangan dari Henzem Squad, yang konon berisi para cowok dengan tampang cakep, makanya dinamain begitu. Jangan tanya kenapa namanya alay banget, ya karena isinya juga orang-orang alay.

Ada Ergaf, Kevin, Damex, Jevano, Denzel, Stevan, dan Leon sendiri. Mereka semua satu angkatan kecuali Ergaf. Terus gimana ceritanya kok bisa jadi temen satu geng?

Jawabannya, berantem.

Ergaf yang notabene-nya senior dan salah satu anggota OSIS itu awalnya nggak begitu disukai sama Leon, katanya sih sok iya banget. Si doi yang tau dikatain sok iya sama juniornya pun nggak terima, terus mereka baku hantam, dan berakhir jadi temen deket sampai sekarang. Bahkan satu geng, satu tongkrongan, kalau kata barudak jaman sekarang mah, partner in crime ceunah.

"Joy anak cheerleader itu mantan lo, Pin?" tanya Ergaf seraya menggulir layar ponselnya yang menunjukkan beranda aplikasi chat di mana banyak pesan-pesan belum dibalas dari kontak yang kebanyakan berfoto profil cewek.

"Iye, ngapa? Mau lo pacarin?" sahut Kevin tanpa mengalihkan pandangan dari game online yang ia mainkan di ponsel pintarnya.

"Kaga. Nanya doang, hard to get anaknya, males," respons Ergaf, meletakkan kembali ponselnya dengan ekspresi bosan.

"Justru yang begitu tuh yang menarik," sahut Denzel ikutan nimbrung.

"Mungut bekasan temen mah kaga ada menarik-menariknya," Stevan angkat bicara. Cowok yang daritadi sibuk ngunyah ciki sambil nyeruput kopi itu agaknya juga tertarik ikutan nimbrung obrolan sohibnya.

"Ke pasar beli babat, bekasan sahabat kok di embat," seru Jevano menimpali.

"Bagi gua kalo mantan ya mantan, mantan diambil kok panas, gamon yaa, hahaa," balas Kevin sambil ngakak lebar dengan ekspresi tengilnya.

Ergaf ikut menyuarakan tawa. "Cakeepp, kasih paham, Pin."

"Ah, ngomong mulu lo, Pin, kalah nih, tai lo." Damex mendengkus kesal, melempar pelan ponselnya, udah hapal, tiap kali mabar bareng si Kevin pasti akhirnya begini.

"Au ni Kepin, coba anteng kek si Lele tuh." Stevan menunjuk Leon yang daritadi cuma diem sambil mesam-mesem liatin hape. Entah lagi balesin chat apa lagi nonton maksiat.

"Senyam-senyum kayak bujangan kurbel," komentar Denzel ketawa.

"Paling juga lagi chating-an sama doi." Jevano mengigit bibir bawah sambil naikkin alis, kayak abang-abang jamet yang sukanya cat calling di tanah abang.

"Sape? Zara?" tanya Ergaf, mengundang lirikan tidak enak dari Leon.

"Ye, si manis jembatan ciliwung mah udah lalu, Yut, yang baru dong, sape lagi kalau bukan si Adlyne," jawab Jevano.

Ergaf senyam-senyum lihatin Leon. Nggak tau aja kalau yang dilihatin itu udah masang tampang males.

"Ape lo?" sewot Leon.

Ergaf menaikkan alisnya. "Kemarin lusa gue liat Adlyne, Le, doi ke ruang OSIS ngasih formulir pendaftaran, nggak mau join juga lo?"

Leon melengos. "Buat ape? Suka-suka dia mau daftar OSIS, ngapain juga gue ikutan."

Jevano yang duduk samping Leon menggerakkan sikunya, menyikut cowok itu. "Lah katanya doyan, gimane sih lo?"

"Ngadi-ngadi lo, doyan jailin mah iya." Leon membuat pembelaan.

Bittersweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang