DUKK
Bola yang ditendang dengan keras, hingga melesat tiga senti meter dari atas permukaan tanah itu berhasil mencetak gol, mengundang senyuman bangga dari dalang yang menjadi penyebab melesatnya bola itu.
"Mantul!" seru teman satu rekannya memuji.
Sedang Leon yang dipuji cuma nyengir sambil naikin dua alisnya.
"Istirahat dulu!" Kali ini giliran sang kapten dari tim mereka yang berseru.
Mematuhi intruksi, para manusia dengan jersey futsal itu berlari menepi ke pinggir lapangan, di mana air mineral tengah dibagikan oleh sang kapten.
"Hari ini latihan terakhir kita, lusa udah tanding, gue harap tim inti sama cadangan harus udah pada siap," ujar Gerald selaku kapten tim, di sela-sela waktu istirahat mereka.
"Lawan kita nanti anak SMAN 3 'kan? Halah, easy," sombong salah satu dari mereka yang memiliki potongan rambut cepak.
Tak!
Satu jitakan mendarat di kepalanya setelah selesai berkata demikian. "Jangan sombong dulu, nanti pas udah liat mereka ketar-ketir duluan lo takut."
"Kaga lah, gue mah pemberani," sombongnya lagi.
"Kita udah bahas ini minggu lalu, jangan lupa strategi yang udah kita susun, di sini kita main tim, butuh kekompakan, jangan egois, maunya maju sendiri." Gerald menengahi, ekor matanya melirik Farel yang juga tengah menatapnya.
"Iye Bang, iye, peka gue mah," sahut Farel, si cowok rambut cepak tadi, mengerti lirikan yang diberikan kapten tim futsal mereka.
"Iya iya doang lu," timpal Leon mengompori.
"Lo juga kimak, yang ngajarin songong kan elo," sungut Farel, mengepalkan tangan dengan gaya ingin meninju.
"Eii, santai dong," goda Leon tengil.
"Kita sampe malem lagi 'kan, Bang?" Damex yang daritadi cuma diam ikutan buka suara, melontarkan tanya pada kapten tim.
Gerald mengangguk sebagai jawaban. "Iya. Sekarang kita siap-siap dulu buat shalat magrib, habis isya' kita lanjut latihan."
✿
Leon menghela napas panjang, sembari merebahkan tubuhnya di kasur, udah satu minggu ini dia selalu pulang malam buat persiapan turnamen lusa nanti, karena turnamen nanti adalah first time buat dia, setelah berbulan-bulan cuma jadi pemain cadangan, akhirnya bisa rasain juga main di lapangan sebagai tim inti.
Meraih ponsel yang berada di sampingnya berbaring, Leon menyalakan benda pipih itu, ada banyak sekali notif masuk dari aplikasi whatsapp-nya, terutama grup chat dengan nama HZSQ yang mejeng di bagian atas sendiri, membuat Leon tertarik untuk mengetahui apa yang lagi dibahas sama teman-temannya.
Paling-paling juga nggak jauh dari cewek, motor, ekskul, atau soal turnamen nanti, mengingat dia sama Damex juga anggota futsal yang ikut main nanti.
HZSQ
Leon:
Gue tampol lo pada kalo kaga nontonJepano:
Apanih, dateng-dateng ngajakin ributKepin:
Baru pulang dimarahin, ngajak berantem?Ergap Buyut:
Iye, soalnya anak cheers sman 3 kyk dewi yunani, makanya gue ikutan nontonDamex:
Cewek mulu lo, YutErgap Buyut:
Yadong, charger semangat tuh
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] REPUBLISH ( TELAH DIREVISI & ROMBAK ULANG ) ──────────────── Adlyne nggak pernah percaya sama yang namanya, "Enemies to Lovers." Karena sejak awal dia bertemu Leon, cowok tengil bin rese yang dia juluki manusia setengah se...