[0.9] lembar sembilan

318 60 2
                                    

"Besok aku ikut ya, Bang."

Leon yang lagi rebahan santai di sofa menoleh saat mendengar suara diikuti kehadiran adik perempuannya.

"Ikut ke mana?" tanya Leon, heran. Perasaan dia nggak ngajak bocah ini ke mana-mana.

"Ihh, 'kan besok Abang ada turnamen futsal! Aku ikut nonton, nanti aku semangatin Abang!"

Leon menggangguk-anggukkan kepalanya, membuat Dara tersenyum, tapi sepersekon berikutnya, senyum Dara mengendur ketika Leon berkata, "Oh itu ... nggak usah, nanti lo berisik, malu-maluin."

Dara memukul lengan abangnya dengan bantal sofa. "Jahat banget sih! Lagian, namanya nonton futsal ya selalu berisik lah, kalau diem namanya ujian!"

"Kaga, nanti lo malu-maluin," balas Leon menggoda adiknya.

Dara mendesis kesal. "Yang ada malah Abang malu-maluin!"

Leon menaikkan satu alisnya. "Oh berani lo? Mau ikutan kaga?"

"Ya Abang kayak gitu!" sungut Dara.

"Lo jangan genit besok," ujar Leon, membuat Dara mendelik.

Genit? Nggak salah bilang?

Ada malah abangnya itu yang genit, kenapa malah dia yang dibilangin kayak gitu?

"Bukannya kebalik ya?"

"Lo kalau lihat cowok cakep 'kan langsung di-crush in, tukang cilok cakep aja lo taksir, gue cakep begini kaga di-crush in juga apa?"

Dara melotot heran. "Lo abang gue bego!" serunya geram.

Membuat Leon mengangkat punggungnya karena dengar dia dikatain bego sama adiknya. "Oh berani ya lo? Gue peluk nih." Leon merentangkan tangannya, berancang-ancang buat meluk Dara.

Karena adiknya itu anti banget buat diajak skinship kecuali di momen-momen tertentu yang memang dia mau. Apalagi kalau Leon udah keadaan shirtless begini.

Dara sendiri sampai heran, padahal cuaca di luar lagi cerah ceria, kipas juga dihadap sendiri, tapi abangnya itu ngeluh gerah mulu.

"Jangan macem-macem, ya! Aku aduin Mama nih!" peringat Dara, beranjak pergi untuk menghindar.

Tertawa, Leon kembali ke tempatnya. "Macem-macem gimana, lo tepos begitu, kaga minat gue."

"Astagfirullah, Bang nyebut, sehari aja mulut Abang nggak bikin kesel, bisa?"

"Mulut gue gurih, mau nyicip?" tawar Leon sembari menaikkan kedua alisnya.

Dara menggeram kesal. "Lidahnya licin banget ya, itu lidah apa kepala botak guru sejarah?!" seru Dara final, terlanjur kesal dia milih buat pergi ninggalin abangnya yang setengah sinting.

Dengan tatapan malas, Adlyne menatap Alice yang kelihatan rapi dengan pakaian casual-nya lagi senyum kayak nggak ada dosa. Pada akhirnya, karena bosan dipaksa Adlyne milih buat ngalah dan ikut ajakannya Alice buat nonton futsal.

"Komuk lo aneh banget masa," ujar Alice ketika melihat air wajah Adlyne yang lagi nunggu di depan teras.

"Berisik. Ayo buruan, sebelum gue berubah pikiran," sahut Adlyne sambil makai helm, samperin Alice yang masih mejeng di motor.

Sekitar lima belas menit, akhirnya mereka sampai di tempat turnamen yang tengah berlangsung, tanpa menunggu lama lagi, mereka berdua masuk, ikut duduk di antara kerumunan orang yang ada di tribun, barengan sama anak-anak dari sekolah mereka.

Bittersweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang