[0.3] lembar tiga

503 67 0
                                    

"Lo gimana sih, kok bisa jatuh dari tangga gitu?" tanya Alice yang membantu Adlyne untuk berjalan menuju kelas. 

"Tau deh, apes banget emang gue hari ini. Mana kaki gue masih sakit lagi," keluh Adlyne.

Tiba-tiba Alice tersenyum jail. "Sakit apa sakit, gue kira lo bolos, tumben amat, ternyata di UKS sama si Leon, enak banget ya, berduaan?" godanya.

"Sembarangan lo, siapa juga yang berduaan," sewot Adlyne.

"Ah udah, ngaku aja. Orang gue liat Leon keluar dari UKS kok tadi. Untung hari ini mapelnya Pak Botak lagi kosong, kalau engga, mampus lo disuruh ringkas materi 10 lembar." Alice berujar enteng lalu tertawa.

Sedang Adlyne cuma gerak-gerakin bibirnya, mencibir. "Bodo amat. Gue 'kan lagi sakit, besok gue mau bolos ahh,"

Alice menoleh dengan ekspresi tawa yang tertahan. "Kayak berani aja," gumamnya. "Lagian, besok kimia ada kuis, yakin lo mau bolos?"

Adlyne berdecak dengan wajah malas. "Pake diingetin segala kenapa sih?!" sungutnya.

Dan yang disungutin malah ketawa nggak berdosa. "Biar lo nggak lupa belajar."

Adlyne hanya mendengkus malas, sebelum punggungnya menegak sewaktu teringat alasan dia kesiangan pagi ini. "Habis ini fisika, Lice?!" serunya, membuat Alice terkejut.

"Bukannya iya?"

Mampus,

Dan saat itu, Adlyne langsung mengibaskan lengan Alice yang merangkulnya, berjalan kilat menuju kelas, membuat Alice yang tiba-tiba dicampakkan itu terheran-heran.

"Itu kakinya beneran sakit?"

Gawat, ternyata firasat Adlyne benar. Dia lupa bawa tugas fisikanya. Karena terburu-buru pagi tadi, Adlyne sampai terlupa kalau bukunya semalem masih nangkring di meja belajar, yang herannya kenapa nggak sekalian dia masukin ke dalam tas sih?

Sekarang, harapnya cuma satu; Leon bawa buku fisika punya Adlyne yang sempet diambil dengan dalih "minjem, nyalin catetan"

"Heh, mana buku fisika gue?!" teriak Adlyne dengan gaya menagih yang udah sebelas dua belas sama rentenir.

Leon yang lagi cengar-cengir becandaan bareng temennya pun mendongak sambil masang tampang cengo. "Buku fisika naon?" tanyanya sok polos.

"Cih, nggak usah pura-pura lupa ya, lo bawa buku fisika gue 'kan? Mana sini, balikin!" tagih Adlyne makin garang.

"Oh itu." Leon angguk-angguk sok pasti, taunya pas dia gali-gali itu isi ransel malah nggak ada buku fisika.

"Sus banget tuh ekspresinya si Lele, kayaknya lupa bawa ya, Le?" Niatnya Jevano bilang gitu cuma buat ngeledek, tapi ternyata emang bener. Leon lupa bawa, nggak cuma buku punya Adlyne, tapi punya dia juga.

Jadi ini sebetulnya niat sekolah nggak sih?

"Bener nggak lo bawa?!" Adlyne udah mulai naik pitam duluan.

Leon menoleh sambil pasang cengiran watados. "Kayaknya masih di rumah deh, Lyne, ambil yuk?" ajaknya enteng, iya seenteng timbangan pahalanya.

Ngajak ambil buku kayak rumah dia tetanggaan aja sama sekolah.

"Gila ya lo?! Cari yang bener coba, mana sini biar gue aja yang cari!" pekik Adlyne, menarik ransel Leon dan mengeluarkan satu persatu isinya.

Ternyata benar, zonk. Bukunya lupa dibawa.

Tuhan, kesialan apalagi ini?

Rasanya, Adlyne pengen nangis sambil dada-dada ke kamera dan bilang, "Halo-halo saya udah nggak kuat."

Bittersweet Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang