"Bang, Teteh tadi nanyain." Cewek dengan short pants yang baru membuka pintu kamar Leon itu masuk sambil membawa sebuah ponsel di tangan kanannya.
Namun eksistensinya tidak membuat sang abang mengalihkan perhatian barang sedetik saja. Hanya menyahut tak acuh dan seperlunya.
"Ya terus?"
"Ngasih tau aja sih."
Adalah Adara Meidina Zarbian, atau lebih kerap disapa Dara, saudara perempuan Leon satu-satunya, yang berumur dua tahun lebih muda.
"Biarin. Jawab seperlunya aja, nggak usah ngobrolin hal nggak penting sama dia," jawab Leon, memberi peringatan.
Sedangkan Dara malah tersenyum menggoda. "Nggak mau balikan aja, Bang? Kan lumayan, cantik."
"Kaga harus balikan, kalau nyari yang cantik doang mah banyak," sahut Leon, menoleh ke arah Dara. "Kenapa nggak lo aja sana balikan sama mantan lo yang mukanya kayak satpam komplek itu?" ledeknya, mengundang amarah sang adik.
"Sembarangan! Gantengan juga dia daripada Abang! Abang mah nggak ada apa-apanya!" balas Dara tak terima karena mantannya diejek mirip satpam komplek.
"Gantengan gue," ujar Leon dengan percaya diri, menyisir rambut ke belakang, membuat Dara bergidik, pura-pura muntah mendengar ucapan lewat ke-pede-an abangnya.
"Hueekk, muka suram kayak gitu dibilang ganteng."
Leon menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa lo? Belum juga gue sentuh udah mual aja," ujar Leon, membuat Dara kembali bergidig.
Mulai kumat deh mulut sialan abangnya itu.
"Nyebut, Bang! Nyebut!" Dara geleng-geleng kepala.
Tiba-tiba Leon beranjak dari posisinya, membuat Dara mengerjap bingung.
"Mau ke apotek?" tawar Leon, mengundang ekspresi bertanya dari adiknya.
"Buat apa?" tanya Dara heran.
"Beli tetspack?"
Pupil mata Dara kontan melebar.
"NAUZUBILLAHI MIN ZALIK!" serunya galak, lalu melengos pergi dari sana, membuat Leon tertawa puas melihat adiknya pergi dengan wajah bersungut-sungut kesal.
✿
Kembali lagi dengan tiada hari tanpa berantem, adegan pertengkaran dan baku hantam Adlyne sama Leon itu mustahil buat terlewat, udah jadi tontonan sehari-hari penghuni kelas, jadi mereka nggak heran tiap kali Adlyne sama Leon mulai cek cok bahkan sampai jambak-jambakan.
"Balikin nggak?" Adlyne berteriak galak, menagih karet rambutnya yang tiba-tiba ditarik sama Leon, membuat ikatan rambut Adlyne yang tadinya rapi jadi terurai.
"Balikin dulu hape gue." Leon ikut mengulurkan tangannya, menagih ponselnya yang kecolongan diambil sama Adlyne.
"Karet rambut gue dulu!" Adlyne kembali berteriak galak.
Tapi Leon dengan santai malah menggeleng. "Nggak usah dikaretin, diurai gitu aja biar cantik."
Alah sia boy. Dikira Adlyne bakalan mempan sama kardusan receh kayak gitu?
"Najis," balas Adlyne ketus. "Balikin nggak?! Atau hape lo gue buang?" ancam Adlyne, berancang-ancang buat keluar dari kelas.
Namun langkah cewek itu tertahan ketika Leon menarik tangannya. "Karet rambut lo juga gue buang." Leon mengancam balik.
"Buang aja, gue bisa beli lagi." Adlyne menjulurkan lidahnya dengan tampang mengejek.
Berdecak pelan, Leon menggerakan cepat tangannya untuk merebut ponsel yang dipegang Adlyne, tapi ia kalah gesit, karena Adlyne lebih dulu mengangkat tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] REPUBLISH ( TELAH DIREVISI & ROMBAK ULANG ) ──────────────── Adlyne nggak pernah percaya sama yang namanya, "Enemies to Lovers." Karena sejak awal dia bertemu Leon, cowok tengil bin rese yang dia juluki manusia setengah se...