"Berhubung rapatnya belum selesai, saya kasih kalian tugas ya, bisa kalian buka halaman 259, paling bawah, itu ada tugas kelompok, untuk waktu pengerjaannya saya beri waktu dua minggu, kira-kira cukup, ya?" Suara lantang guru biologi itu memenuhi ruang kelas sepuluh MIPA empat yang beberapa muridnya ada serius mendengarkan, dan ada pula yang sibuk dengan dunianya sendiri.
Seperti Adlyne contohnya, semenjak kembali dari rooftop tadi, dia sama sekali belum kedengaran suaranya. Masih kepikiran sama satu hal yang daritadi betah banget nangkring di kepalanya, sampai-sampai dia yang biasanya paling keras buat ikutan protes temannya sewaktu dibacain kelompok yang ternyata melenceng dari ekspetasinya pun sama sekali nggak gubris karena kalut sama pikirannya sendiri.
Alice yang daritadi perhatiin Adlyne pun ikut heran, tumben banget ini anak nggak teriak protes apalagi barusan guru biologi sebutin nama kelompok mereka.
"Masih kepikiran soal tadi?" tanya Alice, tapi nggak ada sahutan dari Adlyne.
Cewek itu masih sibuk melamun sendiri, sampai akhirnya dia baru sadar sewaktu Alice menyenggol lengannya.
"Hah? Apa?" responsnya kaget.
"Masih kepikiran yang di kantin tadi? Nggak usah dipikirin elah, nambah beban aja."
Adlyne terdiam, menatap Alice yang juga tengah menatapnya.
Sebetulnya bukan perkara itu yang sedang sibuk berkeliaran memenuhi kepala Adlyne saat ini, tapi perkataan Leon sewaktu di rooftop tadi, nggak ada angin, nggak ada hujan, nggak tau ketempelan setan darimana juga, tiba-tiba cowok itu bilang mau kenal Adlyne lebih jauh lagi. Lebih jauh gimana maksudnya? Ngajak pdkt gitu?!
Adlyne 'kan jadi overthinking.
"Tuh 'kan, ngelamun lagi. Lyne!" Alice kembali menyenggol lengan Adlyne.
"Hm? Nggak ada kok, siapa juga yang mikirin itu, btw lo satu kelompok sama siapa?" tanya Adlyne mengalihkan topik pembicaraan.
"Sama lo," jawab Alice.
"Terus? Siapa lagi?"
"Leon, Kevin, Denzel sama Jevano."
Mendengar empat nama manusia setengah setan yang disebutin sama Alice, kedua bola mata Adlyne kontan membulat.
"Serius?!" tanya Adlyne kaget.
Alice mengangguk.
Detik itu juga, Adlyne langsung kesetanan buat protes ke guru biologi.
"Lice, bantuin protes dong, emangnya lo mau satu kelompok sama anak setan? Gue sih ogah banget sumpah, nauzubillahi min zalik!" seru Adlyne berlebihan, seolah lupa sama apa yang dia pikirin tadi.
Sekarang yang perlu diselamatkan adalah anggota kelompoknya. Kenapa juga itu guru biologi kasih dia satu kelompok sama cowok yang belum disebut namanya aja udah bikin istigfar.
Alice menghela napas malas. "Males. Buang-buang tenaga aja, nggak ada gunanya lo protes, tuh guru bentar lagi juga pamit keluar buat lanjutin rapat di ruang guru."
Kedua sudut bibir Adlyne tertekuk ke bawah. Gimana mau menghindar kalau orang yang berusaha dia hindari malah dapat satu kelompok sama dia. Mana sepaket lagi sama tiga teman setannya.
Seketika Adlyne menyesal dapat kelas yang lebih banyak anak cowoknya daripada yang cewek.
Dan benar yang dikatakan Alice, tak lama setelahnya guru biologi itu mengakhiri kelas dan berpamitan untuk kembali ke ruang guru, meninggalkan kelas yang suasananya berubah gaduh begitu ia tinggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] REPUBLISH ( TELAH DIREVISI & ROMBAK ULANG ) ──────────────── Adlyne nggak pernah percaya sama yang namanya, "Enemies to Lovers." Karena sejak awal dia bertemu Leon, cowok tengil bin rese yang dia juluki manusia setengah se...