"Nungguin apa, Neng?" tanya seseorang yang tiba-tiba berhenti di depan Adlyne dengan motor moge kawasaki berwarna hijau-hitam yang ditumpanginya, membuat Adlyne kontan mendongak dengan ekspresi kaget yang berganti dengan wajah malas.
Dia lagi, dia lagi. Kenapa sih ini orang muncul mulu? Nggak di kelas, di kantin, di lapangan, di mana-mana, bahkan di area tunggu jemputan yang ada di depan sekolah.
"Lo bisa nggak sih sehari aja nggak usah muncul depan gue?!" Adlyne berseru dengan wajah jutek.
Di balik helm-nya, Leon melebarkan senyum. "Nanti lo kangen lagi."
"Amit-amit jabang babu, haram banget gue kangen sama orang kayak lo," balas Adlyne.
"Ah yang boong?" goda Leon, membuat Adlyne menghela napas pelan.
"Bacot banget. Ngapain sih lo di sini?! Pulang sana! Nyepetin mata aja," ujar Adlyne, pura-pura main hape biar Leon cepetan pergi dari sana, padahal hape-nya kehabisan batrai karena lupa nggak di charger.
"Lo nunggu apaan? Jemputan?" tanya Leon, melirik ke arah ponsel Adlyne yang kayaknya mati karena kehabisan daya. Dikira Leon nggak lihat kalau daritadi Adlyne menggerutu di sini sendirian?
"Ngapain nanya-nanya? Peduli amat gue lagi nunggu apaan," balas Adlyne sewot.
Leon manggut-manggut. "Yaude. Nanya doang, bukan mau ngasih tumpangan, jangan ge-er ya," ujar Leon membuat Adlyne mendelik.
"Yang ngarep lo ngasih tumpangan juga siapa?! Udah, pulang sana lo, syuh!" Adlyne mengibas-ngibaskan tangannya, kembali mengusir.
Tanpa berkata lagi, Leon menyalakan mesin motornya, menekan klakson nyaring hingga Adlyne terlonjak kaget, lantas berlalu pergi tanpa rasa bersalah.
"Dasar setan!" maki Adlyne refleks mengusap dadanya karena kaget.
Padahal dia berharap ada orang yang nawarin tumpangan pulang, tapi harapan palsu banget kalau dia berharapnya sama manusia setengah setan kayak Leon. Coba aja di momen kayak gini, Kak Daniel tiba-tiba datang terus nawarin buat pulang bareng, pasti Adlyne langsung bingung buat milih mau honeymoon ke Paris apa ke London.
Membuang napas pelan, Adlyne menggelengkan pelan kepalanya. "Tau gini, gue numpang Denjel aja tadi," gerutu cewek itu, sembari menyeret kaki menyusuri trotoar.
Mau nggak mau di pulang jalan kaki hari ini, karena motornya lagi di bengkel, pagi tadi dia berangkat bareng Denzel, pulangnya sih dia udah ada niatan buat naik ojek aja, eh pas mau pesan malah mati ponselnya, mana Denzel juga udah pulang duluan.
Sebenarnya jarak rumah sama sekolah itu nggak jauh-jauh amat, mungkin sekitar 2 kilometer, Adlyne nggak keberatan buat jalan, tapi kalau sendirian begini rasanya kayak anak ilang aja.
Dengan wajah masam, Adlyne berjalan cepat melewati trotoar, hingga langkahnya spontan berhenti ketika melihat banyak motor berjejer tidak beraturan di dekat lapangan sekolah sebelah. Banyak anak cowok yang lagi nongkrong ria di sana, membuat Adlyne otomatis melangkah mundur.
Gawat, dia salah ambil jalan.
Adlyne menggerutu di dalam hati. Tidak ingin berlama-lama di sana, dia langsung putar balik cari jalan lain, tapi pas balik, dia malah nggak sengaja nabrak orang yang nggak tau sejak kapan udah berdiri di belakangnya. Karena perbedaan ukuran tubuh, Adlyne sampai terhuyung ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] REPUBLISH ( TELAH DIREVISI & ROMBAK ULANG ) ──────────────── Adlyne nggak pernah percaya sama yang namanya, "Enemies to Lovers." Karena sejak awal dia bertemu Leon, cowok tengil bin rese yang dia juluki manusia setengah se...