Taesya menuruti Amara tadi, memutuskan untuk memilih camilan untuk begadangnya malam ini bersama sang Komputer. Belum sampai mendapat satu camilan, sudah ada saja yang mengganggu dirinya itu.
Drrt
“Kenapa sih?”
“Mas, maap nelfon lo dadakan kayak gini.”
“Yaudah buruan mau ngomong apa, nggak usah basa-basi.”
“Gue udah sampe rumah sakit, tapi lo, Ara, ataupun Haekal nggak ada.”
“Emang nggak ada, orang yang mau dijenguk kabur.”
“Maksud lo, mas?”
“Kalo mau nyamperin Ara, ke toserba deket komplek rumah aja.”
“Otewe, mas.”
.
.
.
.
.
.
“Ra, gue mohon sama lo ..., jangan kayak gini cuman karena lo udah kenal siapa kakak gue, jangan kayak gini cuman karena lo kasihan sama gue.” Haekal menatap Amara nanar, menandakan betapa hancurnya ia saat ini.
“Chan ... gue kayak gini karena gue tau nggak ada orang yang mau dengerin lo, nggak ada orang yang mau mendengar curahab hati lo dikit aja! Chan ... gue cuman peduli sama lo!”
Haekal menatap mata Amara lekat, setelah begitu lama akhirnya ia menemukan kembali mata itu. Amara menatapnya dengan ketulusan, bukan kemarahan, kebencian, atau hanya sebuah bualan. Haekal sadar kalau gadis di hadapannya ini, tulus.
Haekal menghela nafasnya panjang, menyiapkan hatinya untuk mengungkapkan semuanya, “Lo ... tau kalo bokap gue udah meninggal empat tahun yang lalu?”
Amara mengangguk, “Waktu itu, yang tau Almarhum Pak Adhitama cuman bokap-nyokap gue, sama Mas Taesya. Gue cuman datang sebentar waktu pengajian sama pemakaman, jadi mungkin belum menyadari keberadaan lo.”
“Bokap meninggal karena mengorbankan nyawanya demi Mas Doy, tapi itu tetap salah gue,” lanjut Haekal.
“Kenapa salah lo?”
“Karena saat itu gue sama Mas Doy habis bertengkar, sampai ia kabur dari rumah, dan setelahnya lo bisa menyimpulkan sendiri.”
“Makanya, sekarang lo harus banget jagain Mas Doy. Terus kenapa sekarang harus merokok?”
“Karena bunda––“
“Ara!”
Amara menoleh saat mendengar panggilan itu, bersamaan dengan ucapan Haekal yang terputus di tengah cerita. Haekal juga ikut menatap orang yang menghampiri Amara saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You [END]
Random"Senyum dan tawanya tidak akan pernah hilang, meski dunianya sudah kelam" Kadang memang dia menyebalkan, ibunya bilang dia merepotkan. Tapi, setidaknya dia sadar dia punya tanggung jawab, dia sadar dia satu-satunya harapan untuk keluarganya. Dia hid...