꒰7꒱ Paruh Waktu

3.5K 558 43
                                    

Haekal menatap langit-langit di kamar Dovian. Beberapa jam lalu, ia memutuskan untuk menemani kakaknya saja tidur setelah Amara dan ibunya pamit pulang. Namun kini giliran pikirannya yang melayang jauh.

Ceklek!

"Sedang apa kau disitu?"

Haekal menoleh menemukan sosok sang Ibu yang sudah menatapnya marah, Haekal segera turun dari ranjang kakaknya. Kemudian berdiri menunduk di hadapan sang Ibu.

"Kembali ke kamarmu," titah sang Ibu lagi.

"Maaf, bunda ...," cicit Haekal begitu pelan.

"Kal ...."

Haekal bergegas berbalik kemudian menghampiri ibunya cepat, "Iya, bunda?"

"Saya akan menikah dengan seorang laki-laki. Dia juga punya anak."

"Iya, Echan tau. Echan tidak boleh merepotkan, karena harus tau Mas Doy itu yang paling spesial. Echan sama sekali nggak boleh menyusahkan ayah tiri Echan nanti," potong Haekal sambil menahan tangisnya.

"Kalo kamu mau kembali bekerja paruh waktu silahkan, karena bunda akan berhenti memberimu uang untuk sekolah."

Haekal membelalak terkejut, "Bunda ... tapi Haekal kan--"

"Pengeluaran untukmu tidak akan masuk dalam pengeluaran bunda dan ayah tirimu nanti."

"Bunda ... tapi Echan juga anak bunda. Kenapa dari dulu cuman Mas Doy yang diperhatikan? Kenapa cuman ayah yang bisa nunjukkin rasa sayangnya sama Echan? Sampai Echan pernah merasa menyesal terlahir tanpa ada kurang sedikitpun, nggak cacat kayak Mas Doy."

"Cukup, Haekal!" bentak Zoya, berhasil membungkam mulut Haekal, "Dovian tidak cacat, dia spesial! Malah kamu yang sudah dikasih sempurna tapi nggak pernah bersyukur, kelahiran kamu itu menambah beban saya tau nggak?"

Deg!

Haekal sering mendengar kalimat itu, tapi kenapa rasanya sekarang beribu kali lebih menyakitkan, "Lalu ... kenapa harus pertahanin Echan?" lirihnya begitu pelan.

"Karena ayahmu yang memaksa, kami sudah membicarakan soal anak. Dovian sudah cukup buat kami, saya membenci kamu semenjak sudah dalam kandungan, menyusahkan, kamu buat saya menderita. Kalau bukan karena Mas Adhi, saya sudah meninggalkanmu di panti asuhan."

Haekal menahan dengan kuat keinginannya untuk menangis, menahan rasa sesak di dadanya, "Echan janji, nggak akan menyusahkan bunda barang sekalipun lagi. Echan nggak akan minta uang apapun sama bunda lagi. Echan ... tidak akan mengganggu akhir pekan bunda lagi ...."

"Bagus. Gudang penyimpanan di belakang rumah, bisa kamu pakai untukmu tinggal. Kadang saya merasa beruntung kalau kamu tidak pulang ke rumah. Maka, saya harap kamu tidak usah masuk rumah ini lagi."

.



.



.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine Becomes You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang