Disarankan untuk sambil mendengarkan lagu NCT 127 - No Longer
Haekal hampir saja kembali limbung saat masuk ke perkarangan rumah, namun ada hal yang lebih membuat matanya membulat sempurna. Dengan tidak beraturan, Haekal berlari menuju hal yang ditujunya.
“Bunda ... mas ... mau kemana?” tanya Haekal lirih, setelah melihat jelas banyak sekali koper yang sudah dikemas ibunya.
“Besok, saya dan ayah baru kamu akan menjemputmu untuk ke pemakaman,” ucap Zoya tanpa ada kalimat pembuka.
“Pemakaman? Pemakaman siapa, bun?”
“Tidak perlu banyak tanya, kamu akan tau nanti,” singkat Zoya kemudian berjalan melewati Haekal, sembari tangannya menggenggam anak sulungnya.
Haekal berbalik, memandang punggung sang Ibu dan kakanya yang mulai menjauh darinya. Haekal juga melihat Zoya dan Dovian menaiki sebuah mobil mewah, setelah ia melihat pria dewasa yang ikut membantu Zoya memasukkan barang-barangnya.
“Bunda ... kenapa Echan ditinggal sendiri?”
Mobil itu perlahan menjauh dari pandangan Haekal, meninggalkan bekas basah di sudut mata Haekal. Rencana ibunya memang salah, tentang Haekal yang akan tinggal di gudang belakang rumah. Kenyataannya, Haekal yang akan ditinggal sendiri di rumah ini.
“Zoya, kamu nggak ajak anakmu yang kedua? Bukannya dia seumuran dengan Rendhi?” tanya Cahyo saat sudah dalam perjalanan.
“Susah, mas. Kalo ajak dia. Dia itu normal, tapi tidak ada tingkahnya yang bisa membuat untuk membanggakan aku, dia malah selalu merepotkan. Juga ....”
“Kenapa, Zoy?”
Zoya menghela nafasnya mempersiapkan diri, “dia yang membuat Mas Adhi meninggal. Dia yang buat hidup aku, sama Dovian hancur. Semenjak itu, aku nggak pernah ngerasain bisa sayang sama dia lagi.”
“Memangnya, Haekal membunuh Mas Adhi?”
“Mas Adhi menyelamatkan Dovian saat hampir tertabrak mobil, dan itu sebenarnya berawal dari kesalahan Haekal yang tiba-tiba saja meninggalkan Dovian sendirian di luar rumah.”
Cahyo menoleh sebentar, memandang sang Istri dengan menelisik, “Syanni ... apakah kau benar ingin aku menafkahi sahabatmu ini? Apakah aku benar, sayang?”
.
.
.
.
.
.
Prang!
Haekal tidak lagi sanggup menahan sakit di perutnya, tangannya yang tadi mencengkram meja bar di dapur, kini sudah tak sanggup ia genggam lagi. Tubuh Haekal meringkuk di lantai yang dingin, menahan ribuan rasa sakit yang menyerangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You [END]
Random"Senyum dan tawanya tidak akan pernah hilang, meski dunianya sudah kelam" Kadang memang dia menyebalkan, ibunya bilang dia merepotkan. Tapi, setidaknya dia sadar dia punya tanggung jawab, dia sadar dia satu-satunya harapan untuk keluarganya. Dia hid...