Pada raka’at terakhirnya dalam sholat shubuh pagi ini, Haekal mulai merasakan kepalanya yang pening, pandangannya juga sudah mulai berkunang-kunang. Kedua tungkainya sudah bergetar kala merasakan nyeri hebat di perutnya.
Haekal bertahan, hingga gerakan kepalanya yang menoleh ke kiri dan setelah ucapan salam. Pada akhirnya, tubuh ringkih itu tumbang. Untuk kedua kalinya, tubuhnya tidak sanggup menuruti keinginan sang Pemilik. Haekal masih ingin bertahan, tapi tubuhnya menolak, tubuhnya tidak sekuat tekad Haekal.
“Haekal!” Taesya berteriak, saat baru saja selesai mengusap wajahnya, dan menyadari pergerakkan di belakang tubuhnya. Haekal sudah terbaring lemah di lantai, di atas sajadah yang tadi digelar Taesya.
Taesya mengangkat tubuh Haekal ke atas ranjang pasien. Taesya menyadari, Haekal mungkin tidak menjaga pola makannya selama ini, dengan berat badan yang begitu ringan dibandingkan remaja seumurannya. Jemari Taesya menekan tombol merah di belakang ranjang pasien Haekal.
Tak membutuhkan waktu lama, Dokter Bayu datang bersama beberapa suster di belakangnya. Awalnya, memang dokter ahli onkologi itu terkejut dengan infus Haekal yang terlepas, “Bagaimana bisa infusnya dilepas?!”
“Dia mau wudhu tadi, jadi dia melepasnya.” Taesya menjawab tanpa ragu.
“Kenapa kau membiarkannya?! Dia bahkan tidak menerima asupan nutrisi sejak kemarin!”
Taesya berdecak, “Kau seharusnya tau sendiri bagaimana pasienmu yang satu ini.”
Dokter Bayu tertegun, ia menatap Haekal yang masih menutup matanya. Ia menghela nafasnya kasar, seharusnya ia tidak terpancing emosi seperti ini. Dokter macam apa dirinya yang marah-marah tidak jelas bagai seorang amatir.
.
.
.
.
.
.
Hari sudah mulai siang, dan lagi Taesya masih tidak mau pergi dari sisi Haekal. Entah ada apa dengan dirinya, tapi Amara saja bisa mengakui kalau Taesya itu kakak yang paling penyayang dan tanggung jawab. Taesya tidak pernah mengecewakan adiknya.
“Kau bukan kakaknya, tapi kenapa mau bertanggung jawab dan menjadi walinya?” tanya Dokter Bayu pada Taesya.
“Kalu aku hanya tau dia anak SMA yang tengil dan menyebalkan, aku bahkan bertemu dengannya begitu malas. Tapi, aku akhirnya tau dia yang sebenarnya. Kau tau? Haekal mengalami hidup yang jauh berbanding terbalik dengan setiap lelucon yang ia katakan kepada kami.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You [END]
Acak"Senyum dan tawanya tidak akan pernah hilang, meski dunianya sudah kelam" Kadang memang dia menyebalkan, ibunya bilang dia merepotkan. Tapi, setidaknya dia sadar dia punya tanggung jawab, dia sadar dia satu-satunya harapan untuk keluarganya. Dia hid...