꒰20꒱ Berjuta Rasa Sakit

5.7K 618 47
                                    

Pagi itu, suasana keluarga Bramasta menjadi panik akibat kabar buruk yang baru saja mereka dapatkan dari Narendra. Dengan segera, Taesya melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang diberitakan teman dekat yang belum bisa dibilang pacar adiknya itu.

Sesampainya disana, Taesya langsung disapa oleh wajah tersenyum Narendra di depan ruang instalasi gawat darurat, dimana Haekal telah dilarikan kesana satu jam yang lalu. Narendra memang jadinya tidak jadi menjemput Amara karena harus cepat membawa Haekal ke rumah sakit. Kala itu, Taesya mendekati Narendra, "Gimana Haekal?" tanya Taesya, tercetak jelas raut khawatir disana.

Didengar Taesya, Narendra menghela nafasnya, "Nggak tau, mas. Tadi di rumahnya, Haekal pingsan sama dia sempat muntah darah di mobil gue. Udah lama banget, tapi dokternya belom keluar," terang Narendra.

Taesya mengusap wajahnya kasar, kalau saja semalam ia tidak terlelap dalam tidurnya, pasti Haekal tidak akan kabur dan collapse seperti ini. Ada banyak kata seharusnya yang bersarang di hati Taesya sekarang, hingga lamunannya buyar saat ada elusan hangat mendarat di bahunya. Taesya menoleh, mendapati sang Ibu dengan senyumannya.

"Haekal itu anak yang kuat, mas. Tapi ada saatnya nanti dia menyerah, dia nggak bisa selamanya terlihat kuat." Dyah berujar sambil menahan tangisnya, kalau bisa ia akan memasukkan nama Haekal Chandrisyi Adhitama dalam kartu keluarganya sekarang juga, membiarkan ia saja yang akan dengan tulus menjadi ibunya Haekal.

Perbincangan singkat Dyah dan Taesya itu terhenti kala melihat seorang dokter keluar menghampiri mereka, Dokter Bayu yang keluar dari ruangan instalasi gawat darurat itu langsung menangkap sosok Taesya di dekat Narendra, "Tuan Taesya, bisa bicara sebentar? Soal Haekal."

Taesya mengangguk, kemudian menghampiri Dokter Bayu. Dalam raut wajah dokter itu, sama sekali tidak terhias kabar baik yang akan disampaikan, "Untuk sementara, Haekal harus dipindahkan ke ruang ICU, agar bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Karena organ hatinya sudah sangat rusak, ada kemungkinan ia tidak bisa lagi mengonsumsi makanan dengan baik."

"Kalau kemoterapi apa masih ada harapan?" tanya Taesya.

Dokter Bayu tersenyum, ia mengingat bahwa Taesya dan Haekal sendirilah yang menolak kemoterapi atau pengobatan apapun itu, "Baik, saya akan mencoba, tapi kalau tidak berhasil, kami tidak bisa lagi berbuat lebih dengan kondisi Haekal. Itu juga tergantung pada Haekal, ia harus sepenuhnya mendukung pengobatan ini."

Taesya mengangguk pasti, "Aku akan menemaninya."

.




.




.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.




.




.

Taesya memandang wajah Haekal yang begitu pucat dengn matanya masih memejam erat. Taesya menahan tangisnya di hadapan Haekal, di ruangan itu dia sudah memakai baju khusus untuk menemui Haekal. Jemari Taesya menggenggam tangan Haekal, karena hari ini meungkin saja akan begitu menyakitkan bagi Haekal. Dokter Bayu sudah siap bersama beberapa perawat di belakang Taesya, pengobatan itu akan segera dilakukan.

Sunshine Becomes You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang