Mendengar Haekal muntah di kamar mandi, sontak langkah Taesya ia percepat untuk masuk ke kamar mandi mengikuti Haekal. Taesya langsung menopang tubuh Haekal yang hampir limbung kalau saja ia tidak menangkapnya.
Sepersekon kemudian, mata Taesya membulat sempurna, muntah Haekal bukan hanya cairan bening yang biasanya, tapi ada darah juga disana dan di sisi bibir Haekal. Taesya memandang wajah Haekal yang pasrah dan begitu pucat itu.
“Mas ... keluar aja. Jijik ... nanti,” lirih Haekal, tubuhnya menggeliat pelan dalam pelukan Taesya.
“Lo tuh ... beneran bego apa gimana sih?!” teriak Taesya, membuat gema di kamar mandi. Taesya mengangkat tubuh kurus Haekal yang ada di pelukannya.
Dyah dan Amara masuk tergesa ke kamar tamu yang sudah menjadi seperti kamar Haekal itu setelah mendengar dengan jelas teriakkan Taesya. Kala itu juga, keduanya terkejut dengan Haekal yang sudah lemas dalam bopongan Taesya.
“Mas ... Haekal kenapa?” tanya Dyah, wanita itu duduk di pinggir kasur setelah Taesya membaringkan tubuh Haekal disana.
“Ara, panggil dokternya ayah sekarang.” Taesya memerintah Amara, dan gadis itu langsung mengambil ponselnya dan segera menghubungi dokter yang sudah biasa menangani ayahnya, tanpa bertanya lebih.
Dyah mengerti kepanikan Taesya, maka dari itu ia tidak perlu bertanya berkali-kali. Dyah memilih untuk mengelus surai hitam Haekal yang sedikit basah akan keringat, tangan Haekal dipergunakan empunya untuk meremat perutnya yang terasa nyeri lagi.
“Perutnya sakit lagi ya?” tanya Dyah lembut, kemudian tangan Dyah dibuat untuk mengelus pelan bagian perut Haekal dimana disana ada organ hatinya Haekal.
Haekal menggeram kesakitan, tubuunya bergetar karena sakit itu tak lagi bisa tertahan. Matanya memejam, berusaha meredam nyeri dan pening di kepalanya. Giginya menggigit bibir bawahnya, menyalurkan rasa sakitnya.
“Adek! Udah dihubungin belom?!” Dyah agak berteriak pada Amara, rasanya begitu panik.
“Udah, ma. Mama tenang dulu,” ucap Amara mendekati ibunya dan Haekal.
“Dek, gimana bisa tenang, ini Haekal kesakitan banget,” balas Dyah masih terus mengelus surai Haekal, berharap anak itu sedikit tenang.
Tak berapa lama, Taesya masuk ke kamar itu bersama dokter yang tadi sudah dipanggil oleh Amara. Dokter itu langsung saja menangani Haekal yang terlihat sangat kesakitan, Dyah dan Amara segera menyingkir dan memberi ruang untuk dokter itu memeriksa Haekal.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You [END]
Random"Senyum dan tawanya tidak akan pernah hilang, meski dunianya sudah kelam" Kadang memang dia menyebalkan, ibunya bilang dia merepotkan. Tapi, setidaknya dia sadar dia punya tanggung jawab, dia sadar dia satu-satunya harapan untuk keluarganya. Dia hid...