Narendra siang ini tengah memandang punggung Haekal yang perlahan semakin menjauh dalam penglihatannya. Rasa khawatir itu tetap ada di hatinya, bagaimana pun Haekal tetap sahabat baiknya sejak sekolah dasar.
“Na!”
Narendra menoleh mendengar panggilan itu, kemudian sebuah senyuman ia ukir di bibirnya, menambah persentase ketampanan yang Narendra miliki. “Haekal mau pulang naik apa?” tanya Amara ikut memandang punggung Haekal.
“Aku udah ngajakin bareng tadi, lagipula tujuan kita sama, dia juga akan mulai bekerja di rumahmu kan?” terka Narendra.
Amara mengangguk pelan, “Harusnya. Memangnya dia bilang apa?”
“Dia bilang mau olahraga sebentar, setelah itu baru ke rumahmu untuk bekerja.”
Amara berpikir sejenak, kemudian pandangannya teralih pada langit yang sudah menunjukkan suasana tidak enaknya, “Langitnya aja mendung, Na.”
Narendra mengangguk, “Aku rasa ini semua karena aku yang terlalu keras padanya agar tidak mendekatimu.”
“Na ....”
“Harusnya, aku nggak gitu, Ra. Kalau dia juga suka sama kamu ya ... terus mau bagaimana. Dia bener, yang penting kan kamunya milih siapa. Bukan siapa yang menyukai kamu. Terus, tau kalo dia punya penyakit separah itu, aku nggak akan pernah marah padanya waktu itu.”
Amara menghela nafasnya pelan, “Dia akan bekerja bersama Mas Taesya nanti. Semoga saja tidak ada yang buruk terjadi.”
.
.
.
.
.
.
“Halo, dengan Haekal Chandrisyi Adhitama? Pasien kelas satu pada hari Minggu kemarin?”
“Iya, saya sendiri. Ada apa ya?”
“Saya Bayu, dokter yang akan menangani kamu mulai sekarang. Bagai––“
“Saya tidak perlu dokter.”
Terdengar helaan nafas panjang dari seberang sana, “Saya ingatkan saja, kalau misalnya berubah pikiran dan bisa berobat, kamu bisa langsung ke rumah sakit kemarin bertemu saya. Juga, tolong berhenti merokok, kamu pasti mengalami mimisan hebat? Itu bisa saja efek dari tubuhmu yang sebenarnya tidak ku––“
Haekal merotasikan matanya, sudah lebih dari ribuan kali ia mendengar nasihat ini, dan dirinya sudah mengerti soal kesalahannya sendiri, “Siapa yang meminta anda menghubungi saya?”
“Apa itu penting?”
“Dokter mana yang segitu kurang kerjaannya hingga menelepon pasiennya yang sudah tidak berada di area rumah sakit? Jawab saja, siapa?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunshine Becomes You [END]
De Todo"Senyum dan tawanya tidak akan pernah hilang, meski dunianya sudah kelam" Kadang memang dia menyebalkan, ibunya bilang dia merepotkan. Tapi, setidaknya dia sadar dia punya tanggung jawab, dia sadar dia satu-satunya harapan untuk keluarganya. Dia hid...