Disclaimer.
Cerita ini fiksi semata yang terinspirasi dari Prajurit tangguh di Negeri ini untuk hiburan.
Jika ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya itu adalah bentuk dramatisasi penulis.
Harap di maklumi dan tidak di permasalahkan tulisan yang bersifat hiburan ini.
Happy reading reader.
EnjoyAura Rembulan Ilyasa, siapa yang tidak mengenalnya? Di antara laki-laki berbadan tinggi dan berpotongan cepak ini, wajah cantik dengan rambutnya yang selalu dia ikat tampak semakin menonjolkan keberadaannya.
Bukan hanya menjadi penyemarak barisan para Abdi Negara yang tampak gagah dalam seragam lorengnya, tapi Aura juga merupakan bagian dari mereka.
Aura ingin menunjukkan pada dunia, sekali pun dia seorang perempuan, dia tetaplah seorang Ilyasa, seorang yang menjaga perdamaian seperti Sang Ayah, yang mampu membangun nama besarnya sendiri di Kesatuan Militer.
Dan nyatanya berhasil bukan, sebagai KOWAD yang berada di bidang Intelejen, Aura turut berperang di medan pertempuran yang sesungguhnya, berperang dengan mereka yang ingin mengacaukan dan meresahkan Negeri ini melalui teror dunia maya.
Satu keberhasilan yang membuat Aura merasa, dia sudah berada di titik tertinggi kepuasan atas apa yang sudah di raihnya, hingga Aura merasa dia sudah sempurna dengan apa yang di milikinya sekarang. Dia sudah merasa cukup bahagia menjalani setiap tugasnya sebagai KOWAD.
Terdengar naif memang, seorang KOWAD yang hanya fokus pada kehormatannya, hingga tidak pernah terpikir untuk menjalin kasih, bahkan sering kali Aura menjawab jika kehormatannya di Kesatuan adalah cinta pertamanya, dan setiap tugasnya adalah kekasihnya, benar-benar jawaban yang naif dan lugu bagi seorang yang tangguh tapi sama sekali tidak mengenal apa itu cinta.
Dan Aura tidak pernah tahu, jika satu waktu nanti dia akan di pertemukan Takdir dengan seorang yang berbeda pola pikir dengannya, seorang yang membuatnya sering kali kesal setengah mati, tapi sayangnya membuatnya rindu tanpa sebab.
Ini tentang Aura Ilyasa, malaikat kematian bagi sebagian orang, dengan Argasatya Heryawan, seorang yang Takdir bawa masuk ke dalam hidupnya, dan menyeretnya masuk ke dalam lingkaran Prince of Fucekboy tersebut.
"Wooy, ini siapa sih yang bikin tulisan kayak gini? Kalian ada yang cerita soal gue ke orang lain, ya!"
Baru saja aku pergi dari jam makan siangku di Koperasi, dan aku sudah menemukan file PDF yang berisikan tentang cerpen atau entah apa sebutannya ini di layar komputerku, semakin aku membacanya semakin aku di buat mual oleh cerita yang mencatut namaku tersebut.
Seluruh bulu kudukku meremang membaca tulisan yang menunjukkan betapa bodohnya diriku dalam mengejar dan meyakinkan Argasatya dalam hal omong kosong bernama cinta.
"Wooooyy!! Siap sih yang kirim file ini? Ngaku nggak kalian!"
Aku sudah tidak peduli dengan sopan santun, persetan dengan semua itu, di tim kami, semua masalah sudah membuat kami cukup pusing, termasuk diriku tanpa harus do tambah sebuah file yang membuatku diare mendadak ini.
"Kamu bisa cari sendiri siapa yang nulis cerita halu tentang dirimu itu, Ra. Nggak usah ngadi-ngadi, deh. Kerjaanmu emang buat masuk sana-sini, tukang nyelonong masuk web orang."
Aku mendengus sebal mendengar teguran dari Julian, Lettu yang selalu mengomeliku setiap saat, tapi paling pertama mencariku jika ada berita tidak mengenakkan tentang keluarga Presiden ini memang manusia tidak peka.
"Nambah kerjaan gue dong, Jul!" keluhku kesal, aku sudah cukup lelah dengan pekerjaanku ini tanpa harus di tambah mencari seorang yang begitu iseng menulis fan fiction tentang diriku, dan lihatlah siapa pun yang menulisnya, dia sepertinya mengenalku dengan baik, aku yang sekarang berada di divisi pengamanan kepresidenan memang mungkin banyak di kenal di antara para laki-laki berseragam loreng ini, tapi di dunia luar, aku hanyalah bagian dari Paspampres dari matra angkatan darat yang jarang turun ke darat, dan sang penulis cerita mendeskripsikan diriku dengan begitu baik.
"Letnan Aura, kayaknya cerita ini datang dari masa depan deh?"
Aku menoleh ke arah Kapten Riko yang turut membaca di belakangku, mengernyit keheranan tidak paham dengan apa yang dia katakan.
"Apaan sih, Kap! Gaje banget."
Kapten Riko tersenyum jahil, khas para anggota kami jika sedang tidak dalam tugas serius. Dengan tatapan menyebalkan dia menunjuk Putra satu-satunya Presiden Heryawan yang baru saja turun dari mobilnya, turut bersama Ayahnya menghadiri sebuah acara kenegaraan di daerah pusat.
"Ya siapa tahu kalo Argasatya yang sering kali kita intai ini adalah jodohmu, who's know?"
Dan saat Mas Riko menepuk bahuku sebelum berlalu, aku benar-benar di buat tidak habis pikir olehnya. Di antara perbincangan paling tidak masuk akal para staff divisi ini dan juga Detasemen Elite Bayangan yang sering kali kudengar, mungkin perbincanganku dan Kapten Riko adalah hal paling mustahil.
Argasatya Heryawan, tanpa sengaja tatapanku teralih pada layar besar di depanku, melihat sosoknya yang selalu membuat keonaran dengan segala sikapnya, entah kebetulan atau tidak, kedipan matanya yang jahil terarah kepadaku, seolah tahu dengan benar kamera tersembunyi yang sengaja kami pasang untuk mengintai keamanan keluaga mereka.
Astaga, tolong !!
Apa tidak ada manusia lain di dunia ini hingga ada yang membuat kisah halu antara aku dan manusia yang tanpa dia sadari sering membuatku kelimpungan."Gue pasti gila kalo sampai jatuh cinta sama laki-laki modelan fucekboy kek dia, tukang tebar pesona dan playboy kacangan."
"Ganteng loh Mas Arga itu, ya emang sih kelewat santai sampai mendekati gesrek, tapi overall dia worth it buat jadi menantu."
Aku menggeleng keras, berusaha mengenyahkan pikiran absurd yang mendadak muncul karena kata-kata Kapten Riko, bahkan jika seandainya aku terjun ke lapangan dalam barisan Paspampres yang mengawal, mungkin aku tidak akan betah dengan orang yang sudah kuberikan stempel menyebalkan tersebut.
Sayangnya gidikanku akan kalimat Kapten Riko justru mendapatkan toyoran dari Lettu Julian.
"Nggak usah anti pati kayak gitu, Ra. Kotq nggak tahu gimana itu jodoh, bisa jadi jodohmu itu seseorang punya segala hal yang bisa bikin lo kesal setengah mati."
Belum sempat aku menyela, salah satu dari mereka juga menambahkan, membuatku semakin masam di buatnya.
"Sama kayak cerpen halu yang barusan di kirim ke kamu barusan, berawal dari benci akhirnya jadi cinta mati."
"Apa lagi buat kita yang tanpa mereka tahu bersinggungan langsung dengan mereka."
Aku mendorong kursiku dengan kesal, menatap satu persatu yang ada di ruangan ini, entah kenapa aku merasa begitu jengkel hanya karena gambaran cerita fiksi tentang diriku yang mengejar-ngejar si Playboy menyebalkan ini, dan sekarang para seniorku justru menggodaku.
Dan rasa frustasi karena hal ini lebih menyebalkan dari pada kita harus memecahkan mereka yang mengirimkan teror pada Presiden. Rasa kesal yang tidak tersalurkan justru membuat dadaku terasa sesak.
"Siapa pun yang nulis cerita sinting ini, gue nggak akan maafin dia!" janjiku penuh keyakinan, dan tepat saat itu, dengan tidak tahu dirinya layar besar yang ada di depanku memperlihatkan wajah menyebalkan sosok Argasatya.
Seolah dia ada di hadapanku, tidak peduli jika rekanku akan mengataiku gila aku menunjuk wajah tampan yang sering mendapatkan pujian dari wanita yang hanya melihatnya menjadi putra orang nomor satu di Negeri ini.
"Dan gue, nggak akan pernah masuk dalam barisan pemuja lo, catat itu Pakboi."
Bodohnya, Aura yang tengah berapi-api di depan wajah Arga tidak pernah tahu, jika cerita halu fiksi penggemar yang menceritakan tentang dirinya adalah sinopsis dari kisah cintanya yang sebentar lagi akan di bawa Takdir ke hadapannya.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful KOWAD Ready On Ebook
RomanceSalah satu prinsip dalam cinta yang di yakini Argasatya itu adalah laki-laki yang melindungi si wanita. Hingga akhirnya saat dia di haruskan memimpin perusahaan, prinsip yang di yakininya selama ini menjadi ternoda karena Ayahnya menempatkan salah s...