Sembilan :

1.6K 369 22
                                    

Disclaimer.
Cerita ini fiksi semata yang terinspirasi dari Prajurit tangguh di Negeri ini untuk hiburan.
Jika ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya itu adalah bentuk dramatisasi penulis.
Harap di maklumi dan tidak di permasalahkan tulisan yang bersifat hiburan ini.
Happy reading reader.
Enjoy

"Jatuh hati denganmu?" ulangku perlahan, atas kalimat yabg baru saja terlontar dari laki-laki tampan yang ada di depanku sekarang ini.

Senyuman lebar terlihat diwajahnya, seolah percaya diri jika aku memang salah satu dari sekian wanita yang menggilainya. Dia tidak tahu saja, semenjak cerpen tanpa nama mendarat di emailku, dia sudah kuberikan predikat laki-laki terakhir yang akan menjadi pilihanku.

"Tentu saja, lihatlah di sekeliling kita, setiap mata perempuan, baik yang lajang maupun yang taken melihatku penuh minat. Tidak normal jika kamu tidak tertarik denganku."

Aku ternganga, tidak tahan dengan sikap narsis Arga yang patut kuberikan tepukan tangan yang meriah. Diantara orang yang kukenal, baru kali ini aku menemukan seorang yang sepercaya diri sepertinya.

Sepertinya dia dirumah bisa menghabiskan banyak waktu untuk mengagumi wajahnya yang sialnya tampan itu.

Melihatku yang diam membuat Arga mendekat, menunduk mendekat padaku, hingga aku bisa melihat dengan jelas bulu matanya yang begitu lentik, mengerjap pelan meneliti wajahku dengan seksama.

"Banyak dari perempuan itu ingin menggantikan tempatmu disampingku sekarang ini, mungkin saja mereka sudah gatal ingin menyingkirkanmu yang sangat tidak stylist ini dengan mereka."

Aku tersenyum, sekalipun wajah Argasatya adalah wajah laki-laki tertampan yang pernah kulihat, tapi seluruh sikap minusnya di mataku membuatku tidak tertarik lebih jauh dengan Pangeran Egois nan bebal ini.

"Maaf Mas Arga!" ucapku pelan, perlahan sebisa mungkin untuk tidak melukainya, aku mendorongnya mundur, sedikit menjauh dari tubuhnya yang bisa membuat orang lain salah sangka. "Tapi saya sama sekali tidak berminat dengan laki-laki lemah macam Anda, bagaimana saya akan jatuh hati pada laki-laki yang gemetaran karena saya todong revolver. Jika saja Pak Wisnu tidak menghubungi saya secara langsung, saya selalu berharap jika pertemuan kita tempo hari di Kota Tua adalah pertemuan terakhir, Anda tahu, Anda sudah merusak hadiah dari adik saya, dan satu lagi, jika saya berniat mendekati Anda, sudah sejak hari itu saya menghubungi Anda, Anda lupa jika Anda memberikan kartu nama Anda pada saya. "

Aku berdiri, meninggalkan Arga yang ternganga di tempatnya dia duduk sekarang ini, kembali pada sikap siaga dan profesionalku.

"Jadi lo mau bilang kalo selain pengecut, gue nggak cukup menarik?" aku tidak menjawab, hanya menatap lurus kedepan berusaha mengabaikannya yang mulai uring-uringan tidak terima.
Dengusan sebal terdengar darinya, sebelum Arga kembali bersuara, "Gue diam bukan berarti gue lemah, apa kata dunia kalo gue ngelawan perempuan."

Dasar manusia yang tidak mau mengakui kelemahannya, terang saja pembelaan Arga membuatku mencibir.

"Mas Arga sendiri yang bilang pengecut, saya sama sekali tidak menyinggung kata itu."

Jika tadi Arga hanya mendengus sebal, maka sekarang geraman keras yang memperlihatkan betapa dia kesal pada ejekanku barusan mengundang banyak tatapan mata bertanya.

"Baiklah, mungkin gue emang terlalu tinggi kelasnya buat perempuan biasa kayak lo. Kalaupun lo jatuh sama pesona gue, gue pasti nggak berminat sama lo. Jadi lebih baik jangan jatuh hati sama gue sebelum hal itu terjadi." Arga dan sikap narsisnya yang membuatku hanya bisa menggelengkan kepala.

Beautiful KOWAD Ready On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang