Disclaimer.
Cerita ini fiksi semata yang terinspirasi dari Prajurit tangguh di Negeri ini untuk hiburan.
Jika ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya itu adalah bentuk dramatisasi penulis.
Harap di maklumi dan tidak di permasalahkan tulisan yang bersifat hiburan ini.
Happy reading reader.
Enjoy"Apa, Ndan? Nggak salah dengarkan saya ini?"
Ndan Herman menggeleng-gelengkan kepala melihat sikap lancangku barusan, bagaimana tidak lancang, jangankan bersikap sopan sesuai peraturan, aku benar-benar syok sekarang ini mendengar tugas yang tiba-tiba di berikan padaku.
"Sikap, Letnan Aura!"
Untuk kali pertama dalam hidupku, aku begitu enggan bersikap hormat, begitu juga merasa enggan mengiyakan perintah atasan yang merupakan hal mutlak di Kesatuan kami. Sayangnya sejak aku mengucapkan sumpah setia dan kehormatan, semua itu akan kupegang hingga aku mati, "Siap, salah Komandan."
Ndan Herman terkekeh geli melihat wajahku yang sudah seperti akan menghadap pengadilan militer ini, bagaimana tidak, kepalaku sudah pening memikirkan bagaimana caranya membawa kamera hadiah Aira kembali dari tangan si menyebalkan Arga yang tidak sengaja terbawa olehnya, pagi ini, aku sudah mendapatkan perintah jika aku masuk barisan dalam pengawalan si Prince of Fucekboy itu.
Dan parahnya itu adalah permintaan langsung dari Pak Presiden secara pribadi, bagaimana aku akan menolaknya?
Coba kalian bayangkan, masuk ke dalam barisan pengawalan orang yang kalian nobatkan sebagai manusia paling menyebalkan sejagad raya.
"Mulai minggu depan kamu, Hasan, dan akan mengawal Arga, pengawalan di minimalisir karena permintaan Pak Heryawan langsung, beliau ingin Arga merasa tidak terkekang dengan kehadiran kalian, tapi beliau tetap ingin yang terbaik dari kalian, jadi pastikan kalian tidak akan kehilangan Arga, pak Heryawan ingin dia benar-benar mengurus perusahaan."
"Dasar menyusahkan, seusia dia seharusnya tanpa di minta dia sudah bekerja dengan sukarela..."
"Kamu ada interupsi, Aura?" teguran dari Ndan Herman menghentikan dumalanku akan sosoknya yang menyebalkan, sungguh aku tidak tahan untuk tidak mencibir sosoknya yang hanya bisa membuat onar itu.
Hafdduh, aku tidak bisa membayangkan bagaimana tidak semena-mena dirinya nanti saat akhirnya aku benar-benar menjadi tamengnya, sudah pasti manusia menyebalkan itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk membalas sikapku beberapa hari lalu yang sudah memaksanya meminta maaf, dan membuat beberapa bagian tubuhnya kesakitan.
Astaga, aku tidak bisa membayangkan jika sampai hal itu terjadi.
"Siap, tidak ada Komandan."
Ndan Hermawan melihatku dengan pandangan menyipit, tidak percaya dengan jawaban yang baru saja kukatakan, dan akhirnya pertanyaan yang juga menjadi tanyaku terlontar dari beliau ini.
"Kamu ada sesuatu yang seharusnya kamu ceritakan ke saya nggak sih, Ra." aku hanya meringis mendengar pertanyaan ini, tidak mungkin aku akan bercerita pada atasanku jika di saat liburku aku justru menghajar Argasatya untuk menghentikannya dari pelarian, "rasanya nggak masuk akal tiba-tiba Pak Presiden meminta namamu langsung masuk ke barisan Arga, kamu nggak ada affair sama Mas Arga, kan?"
Aku melongo, tidak menyangka jika Ndan Herman bisa berpikir sampai sejauh itu, dan mau tidak mau ingatan akan alinea cerpen tanpa nama pengirim itu melintas di kepalaku, salah satu part di mana aku akan menjadi pengawal manusia menyebalkan benar-benar terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful KOWAD Ready On Ebook
Lãng mạnSalah satu prinsip dalam cinta yang di yakini Argasatya itu adalah laki-laki yang melindungi si wanita. Hingga akhirnya saat dia di haruskan memimpin perusahaan, prinsip yang di yakininya selama ini menjadi ternoda karena Ayahnya menempatkan salah s...