22

2.8K 317 33
                                    

"Kamu cuma perlu diam dan akan membereskannya."

Aku mengangguk saat Arga berbicara tepat di telingaku, berbisik pelan agar tidak ada seorang pun yang mendengarnya tanpa sedikit saja niat untuk menjawabnya.

Kasak-kusuk dari beberapa wartawan yang di izinkan masuk terdengar saat melihat pangeran menyebalkan ini melakukannya padaku, membuatku tanpa sadar tersenyum sinis melihat antusias mereka dalam memburu berita.

Rasanya menjadi orang penting yang di kenal banyak orang itu sangat tidak menyenangkan, bagaimana tidak, hanya perkara sebuah potret cium kening dengan embel-embel caption yang mengundang tanya sudah membuat geger separuh Negeri.

Aku yakin ada banyak orang yang melakukan hal serupa di luar sana dan tidak ada yang mempermasalahkannya karena mereka orang biasa, dan saat hal itu di lakukan seorang seperti Arga dan statusnya yang menjadi sorotan.

Dan Boooommm, semua itu meledak, menyeret banyak nama dan membuat spekulasi yang berkembang liar.

"Kamu mengerti?" aku hanya tersenyum kecil saat Arga mengulang pertanyaannya, sama sekali tidak berniat untuk menjawabnya lagi.

"Lagian, apa sih yang mau kamu lakuin, Ra. Apa pun yang kamu lakuin selalu buat aku jantungan." keluhnya dengan nada putus asa, sungguh lucu melihatnya frustasi sekarang ini, dan saat aku akan melangkah mengikuti Hasan yang sudah memberikan kode untuk masuk ke dalam ruangan bersama dengan Pengacara keluarga Heryawan, jas yang sebelumnya di gunakan Arga kini beralih ke bahuku menutup dress tanpa lenganku. "Jangan pamerin bahumu ke wartawan, mentang-mentang punya bahu glowing, kita mau konpers buat bersihin namamu dari kata Penggoda yang sudah mereka sematkan"

Kini aku bukan hanya tersenyum, tapi aku juga tergelak mendengar gerutuan Arga, bagaimana aku tidak jatuh hati padanya, jika di balik sikap dan mulutnya yang menyebalkan dia begitu hangat.

Tatapan mengancam terlihat di wajah Arga melihatku menertawakannya, tapi bukannya menakutkan untukku, tapi justru terlihat menggemaskan.

Argasatya di mataku tidak cocok dengan raut wajah serius dan garangnya, Argasatya lebih cocok dengan dengan wajah slengean dan menyebalkan yang bisa membuat orang darah tinggi.

Kilau blitz langsung menyambutku saat aku duduk di sebelah Arga, menghadap beberapa orang yang sudah tidak sabar mencecar kami dengan banyak pertanyaan. Jika biasanya aku di balik layar memantau setiap berita yang berkembang, maka kini aku berada di posisi yang sebaliknya, menjadi bahan sorotan untuk berita yang bisa saja semakin meresahkan.

Telapak tanganku terasa dingin, tapi sebisa mungkin aku tetap tersenyum, jika bisa memilih, aku akan dengan senang hati begadang untuk meretas situs-situs penebar teror dan ancaman yang berlindung di balik anonymous untuk mengganggu kedamaian Negeri ini dari pada duduk di balik kursi yang mendadak terasa panas untuk pantatku.

Jantungku bahkan berdetak kencang hingga aku khawatir jika aku akan terkena serangan jantung mendadak saat Pengacara Arga mempersilahkan para wartawan tersebut memberikan pertanyaan.

"Jadi bagaimana Mas Arga tentang berita yang beredar, apa benar berita tentang Letnan Aura yang menjadi orang ketiga di hubungan Anda dan Mutia Hilman?"

"Sebelumnya boleh saya menginterupsi?" aku menghentikan Arga yang hendak berbicara, sebelum semuanya terlanjur jauh aku ingin meluruskan satu hal yang paling penting dulu. Suasana yang awalnya begitu riuh kini menjadi sunyi, seolah memberiku waktu untuk berbicara, "perlu teman-teman media garis bawahi, di sini saya bukan sebagai Letnan Aura Ilyasa yang notabene merupakan salah satu pengawal dalam barisan protokol Mas Arga ini, tapi saya di sini sudah mendapatkan izin berbicara sebagai diri saya sendiri tanpa embel-embel institusi tempat saya bertugas. Jadi saya mohon, jangan semakin memperkeruh keadaan dengan mencantumkan institusi tempat saya bertugas di setiap pertanyaan Anda, Anda tidak perlu menekankan apa tugas saya, karena saya juga akan menyelesaikan masalah yang menurut Anda menggemparkan ini sesuai aturan yang berlaku di Institusi kami tanpa harus kalian tahu."

Beautiful KOWAD Ready On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang