Enam : Hari Pertama

1.7K 374 17
                                    

Disclaimer.
Cerita ini fiksi semata yang terinspirasi dari Prajurit tangguh di Negeri ini untuk hiburan.
Jika ada beberapa bagian yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya itu adalah bentuk dramatisasi penulis.
Harap di maklumi dan tidak di permasalahkan tulisan yang bersifat hiburan ini.
Happy reading reader.
Enjoy
"Siniin kuncinya! Lo tahu, gue ada rapat penting dan nilai proyek kali ini nggak main-main. Gue nggak mau hari pertama gue ngantor setelah sekian lama cuma jadi manusia di balik layar kacau gara-gara kalian."

Baru saja pintu mobilku terbuka, aku sudah mendengar suara dari sosok menyebalkan kini tengah berdebat hebat di Basement Apartemen.

Tampak seorang yang kukenali sebagai Pratu Gesang dan Pratu Ajun tengah berusaha menenangkan sosok arogan tapi ngeyel dalam balutan jas designer terkenal tersebut.

"Sebentar Mas Arga, ada pergantian posisi Mas, sampai_" belum selesai Gesang menyelesaikan kalimatnya dia melihatku yang kini mendekat, sikap sempurna kini dia berikan padaku yang kutanggapi dengan senyuman tipis. "Mulai hari ini, Letda Aura dan Letnan Hasan yang akan memutuskan pengawalan Mas Arga, menggantikan Sertu Yudha yang ditarik untuk menjaga Ibu."

Aku meraih kunci mobil dari Gesang, menatap datar pada Arga yang kini ternganga melihatku, seperti kali pertama saat bertemu denganku, dengan tatapan menghina dan meremehkannya, Arga menatapku berulangkali, menilai tampilanku yang kini memakai kaos polo hitam dan celana skinny hitam sama seperti yang lainnya.

"Kalian bercanda benar-benar masukin perempuan ini buat jaga gue?" suara kerasnya bergema di Basement, matanya melotot marah pada setiap laki-laki yang ada di belakangku.

Aku mendekatinya, membuat Arga sedikit mundur dan menatapku dengan ngeri, sepertinya pertemuan terakhir kami membuatnya sedikit takut padaku.

Dan entah kenapa aku menyukai bola mata coklat itu bergerak liar, mengikuti pandanganku, membuatku tidak bisa menahan diri untuk tersenyum.

"Apa salahnya dengan perempuan, untuk lolos seleksi Paspampres kami harus bisa menyelam dan berenang tanpa alat, jalan cepat 1 km dalam waktu 1 menit, bahkan kami harus bisa menggunakan senapan dan membidik target dalam posisi motor yang sedang bergerak dan kami diwajibkan minimal sabuk coklat dalam beladiri, seleksi kami sama seperti para laki-laki."

Perlahan Arga menggeleng, dengan sebelah tangannya dia mendorong bahuku untuk mundur. Dehaman terdengar darinya sebelum dia kembali berbicara.

"Bisa nggak sih lo jangan kurang ajar, posisi lo bikin gue ngerasa di lecehin oleh perempuan barbar macem lo! Lo udah bikin gue terhina karena harus dapat keamanan perempuan dan stop ngomong besar di depan muka gue."

Ku tepuk bahunya kuat, sedikit gemas bercampur kesal karena mulutnya yang tanpa filter tersebut tidak hentinya mencemoohku, jika dia bukan Putra orang nomor satu di Negeri ini, bisa ku pastikan, mulutnya tersebut tidak akan berada di tempatnya.

"Mulai sekarang, biasakan Pangeran Egois dan Biang Onar sepertimu terbiasa dengan wajahku, karena mulai kamu membuka mata hingga menutup mata kamu akan melihat wajahku."

"................"

"Dan ini permintaan langsung dari Ayahmu. Ingat, kamu masih mempunyai hutang padaku."

🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵🔵
"Harus banget yang nyetir kamu?"

Baru saja aku menutup pintu, suara dengan nada dongkol itu sudah terdengar lagi. Membuatku menoleh dan hanya menatapnya sekilas sebelum melajukan mobil mewah ini perlahan keluar dari Basement Apartemen.

Beautiful KOWAD Ready On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang