18

1.6K 359 21
                                    

"Buuukkk!!"

Kupandang Julian dengan sengit, melihat wajahnya yang menyeringai mengejekku, aku kembali melayangkan tinjuan padanya.

"Buuuukk!!!"

"Buuuukkk!!!"

Bukan hanya tinjuan, tapi juga tendangan pada sosok yang kini semakin meremehkanku, aku membalasnya dengan senyuman yang sama, melihatnya yang sudah bersimbah keringat tidak karuan, juga nafasnya yang mulai terengah-engah, membuatku terpacu ingin mengalahkan seniorku ini.

Sama sepertinya yang menganggapku bukan sebagai perempuan, tapi sebagai seorang prajurit yang sebenarnya, dalam latihan kali ini aku juga mengerahkan seluruh kemampuan yang aku miliki.

"Buuukkk!!"

"Buuuukkk!!"

"Brakk!!"

"Blam!!"

Aku sudah tidak peduli jika nanti aku akan mendapatkan teguran jika sampai latihan melebihi batas dan membuat Julian cedera, tapi kepalaku yang terus berdenyut-denyut karena rasa amarah yang tidak tahu harus aku salurkan kemana membuat sesi latihan kali ini menjadi saranaku melampiaskan emosiku.

Bukan Julian yang ada di dalam pandanganku, tapi sosok menyebalkan bernama Argasatya, wajahnya yang berlalu tanpa dosa dari hadapanku kemarin membuatku benar-benar geram setiap kali mengingatnya.

Apa yang dia lakukan bukan hanya mematahkan hatiku, tapi juga melukai perasaanku, aku bukan type perempuan yang akan menangis karena patah hati, karena mengenal cinta pun baru kali ini terjadi, tapi apa yang aku rasakan kini benar-benar membuatku begitu sakit.

"Brak!!" pukulan Julian yang mengenai rahangku menghentikan pukulanku yang membabi buta, sakit rasanya, tapi tidak lebih sakit dari pada rasa sakit di hatiku.

Julian yang sejak tadi hanya berusaha mengelak dari pukulan atas pelampiasanku kini mulai membalasku, sama sekali tidak memberi ampun, membuatku yang sejak tadi memikirkan Argasatya dan segala sikapnya yang membingungkan kini benar-benar terfokus untuk menyelamatkan diriku, menyelamatkan wajahku dari lebam, aku tidak ingin besok kembali bertugas dengan rahang dan pipi membiru.

Aku sudah cukup mengenaskan dengan cinta pertamaku yang harus pupus bahkan saat belum sempat kusadari, dan aku tidak ingin tambah menyedihkan dengan penampilanku yang mungkin saja akan terlihat mengenaskan di mata mereka.

"Aaaarrrgggghhhhhh, mampus lu, Jul!"

Untuk terakhir kalinya dalam latihan ini aku melayangkan tinjuanku padanya, sayangnya Julian justru dengan mudahnya menghindar, bahkan tanpa melakukan perlawanan, membuatku jatuh terjerembab dengan begitu memalukan.

Aku begitu konyol. Kekonyolan yang membuat Julian dan juga beberapa orang yang turut memperhatikanku latihan kali ini tertawa. Aku terlalu fokus menumbangkan Julian, hingga aku melewatkan satu celah yang merusak semuanya, membuat semuanya gagal dan justru mempermalukan diriku sendiri.

"Niat hati mau mampusin gue, malah lo yang ada mati konyol."

Nafasku terengah, turut tertawa terbahak-bahak mentertwakan kebodohanku ini, tawa yang justru terdengar miris di telingaku sendiri, tawa yang menutupi pedihnya rasa kecewa yang ada di hatiku.

Astaga, seorang Aura yang bahkan tidak pernah memikirkan laki-laki kini telah di buat gamang dan patah oleh seorang yang dia labeli menyebalkan.

Sungguh lucu takdir dalam mempermainkan seseorang.

"Kalian ini latihan apa mau bunuh-bunuhan, sih?"

Aku mendongak, mendapati Aria dan Hasan  juga Kapten Riko yang kini menatap kami dengan prihatin, tampak geram dan juga kebingungan melihat kami nyaris mati selesai duel gila barusan.

Beautiful KOWAD Ready On EbookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang