Katanya, biarkan kami bertemu dulu.
Katanya, jangan pernah bagikan perasaan cinta itu kepada orang lain.
Katanya, jangan membuat luka sendiri hanya karena perkataan orang lain.
Sialnya sekarang, tidak ada lagi yang bisa menguatkan di tengah badai ujaran kebencian dari orang sekitar.
Yangyang mengembuskan napasnya pelan, membiarkan si karbondioksida menyatu dengan udara yang berkeliaran tanpa dapat tertangkap oleh sepasang matanya. Sesekali dia menunduk dan kembali menengadah, menenangkan otak yang terus berpikir tanpa henti, menimbang keputusan yang masih sulit tergapai.
Tidak banyak yang dapat Yangyang lakukan untuk melanjutkan pencariannya, memang tiga per empat dirinya sudah menyerah, dan dia hanya perlu meyakini diri untuk benar-benar pergi melupakan Jaemin, separuh hidupnya yang berhasil membuat dirinya bahagia beberapa tahun lalu.
"Yangyang? Kau Yangyang, kan?"
Sewaktu Yangyang menoleh dan hendak mengiyakan, tetapi orang itu lebih dulu duduk di sebelahnya seraya tersenyum lebar.
"Jaemin banyak bercerita tentangmu," katanya yang langsung menggenggam kedua tangan Yangyang yang masih kebingungan. "Aku Jungwoo, salam kenal!"
"A-aku mengenalmu, tetapi, iya, salam kenal."
"Kau mengenalku?" Jungwoo menaikkan kedua alisnya tidak percaya, wajah terkejutnya benar-benar membuat Yangyang bingung harus merespon seperti apa.
"I-iya, begitulah .... Ngomong-ngomong, ada apa? Mengapa kau tiba-tiba datang dan mengajakku berkenalan?"
Jungwoo tertawa pelan. "Kau tidak suka basa-basi, ya? Baiklah jika seperti itu."
Tangan kanan Jungwoo beralih ke kantong celana hitam yang tengah dia gunakan, dirogohnya saku tersebut sampai mendapatkan kertas terlipat empat yang cukup kusam. Yangyang mengernyit heran, dia menunggu Jungwoo menjelaskan apa maksud dari kertas tersebut, tetapi hal itu tak kunjung terjadi sampai dia melihat ketiga orang yang semakin mendekat ke arah mereka.
Kedua mata Yangyang mengerjap, dia kenal jelas siapa saja di sana, salah satunya adalah orang yang sangat menentang hubungannya dengan Jaemin semasa mereka masih menjadi sepasang kekasih. Raut wajahnya berubah tanpa dia inginkan, Yangyang rasa hari ini akan menjadi hari yang sangat panjang.
Jika bukan karena cinta, tidak mungkin Yangyang mau berdiri dan menghadapi semuanya.
🌸🌸🌸
"Kau sudah mengurungku, sekarang kau juga ingin melukai Yangyang?!"
Jaemin tidak peduli dengan segala luka yang ada di lengan serta lehernya karena perbuatan laki-laki itu sendiri. Napasnya memburu, bahkan tatapan lembut yang dikenal oleh orang-orang banyak, sudah tidak terlihat sama sekali.
"Jangan main-main denganku!" serunya hingga membuat urat di leher yang penuh goresan dan darah kering terlihat jelas.
"Memangnya, apa yang bisa kaulakukan, Na Jaemin? Bahkan kau terkurung di sini."
"Jangan pernah sentuh Yangyang! Seujung kuku pun, jika dia tersentuh olehmu ... jangan hatap hidupmu akan baik-baik saja!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast (JaemYang) ✔
Fanfiction[Warn! BxB!] Jaemin tahu keputusannya untuk mengakhiri hubungan ini amat menyakiti Yangyang, tetapi dia juga enggan melihat dan mengetahui bagaimana sakitnya saat Yangyang mengetahui kebenaran. Keadaan sekitar tidak pernah membolehkan menyukai sesam...