Bab 1 : Garis awal

85.1K 5.8K 535
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Pembaca yang baik adalah pembaca yang selalu memberikan vote dan memperbanyak komentar, jika banyak orang yang tidak seperti itu, maka jadilah salah satunya 😊

Budayakan vote sebelum membaca ya, dan perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis. Terima kasih banyak orang-orang baik ❤

***



Pertemuan itu seperti burung-burung yang menghinggapi pepohonan, datang tak terduga namun juga akan pergi tanpa pamit. Pertanyaannya akankah dia kembali tuk menciptakan sejarah baru atau justru menghilang dengan menyisakan jejak.

***


Suara jarum jam berbunyi berbarengan dengan suara lantunan Al-Qur'an di bibirku, di atas sajadah hijau muda dengan mukenah putih yang seakan menyelimuti dari dinginnya shubuh ini. Suasana keberkahan terus merayapi ketenangan shubuh di bulan mulia yang sungguh tak ingin tertinggal sedetikpun.

Ya, aku sedang berusaha mengkhatamkan Al-Qur'an sebelum akhirnya hilal muncul nantinya, meskipun ini masih pertengahan Ramadhan tetapi, mengejar berkah bulan mulia adalah impian semua orang. Semoga segala kesibukan duniaku tidak membuat diri ini lupa pada sang illahi Rabbi.

Suara getaran di ponsel terus mengganggu konsentrasiku untuk melanjutkan ayat-ayat indah ini. Aku membiarkannya terus bergetar hingga menyelesaikan bacaan Al-Qur'an sampai selesai. Setiap hari tiada lelah sosok itu mengirimkan pesan di waktu shubuh.

Ku tutup benda suci itu di atas nakas kemudian mengambil benda pipih yang disebelahnya. Sudah pasti siapa lagi kalau bukan makhluk paling menyebalkan di dunia ini. Ya, Bang Rafa. Meskipun kami terpaut jarak tapi Abang satu ini tiada hentinya menggoda dan menggangguku.

Setelah mengusap layar aku langsung membuka pesan yang dia kirimkan untuk kesekian kalinya. Iya, sih bagus bahkan aku kagum dengan niatan baiknya tetapi, nggak segitunya juga. Apa kalian mau tahu?

From: makhluk menjengkelkan😏

Shubuh..
Shubuh..
Shubuh..
Shubuh..
Shubuh..
Woy shubuh woy..
Bangun woy..
Bangunlah wahai manusia..
Jika kamu manusia maka bangunlah..
🤣🤣🤣🤣🤣
Woy..
Hilangkan kantukmu..
Dan shalatlah..
Bro..bro..
Mohon dibuka..
Mohon bro..

Aku menggeleng pelan sembari memijat keningku, telat!

***


Langkahku berjalan cepat menyusuri basement dengan tangan kanan membawa satu kantong belanja berwarna putih. Jilbab biru tua yang kukenakan serasa beterbangan saat cara jalanku sungguh tergesa-gesa. Banyaknya mobil-mobil yang berjejeran membuatku sulit menyapa situasi, apalagi suara gemuruh di langit sudah bersahutan tanda hujan deras akan terjadi dalam hitungan detik kedepan.

Aku mengoceh kesal pada kejadian yang barusan terjadi di kasir, itulah salah satu penyebab yang membuatku telat.

Sungguh, rasanya aku ingin cepat melayang hingga memasuki mobil Avanza berwarna hitam, meminta maaf pada laki-laki paruh baya yang mungkin sekarang tengah duduk di belakang stir.

Baiklah, perkenalkan namaku Kayla Nisrina Humaira. Aku bekerja di klinik pamanku sendiri, yang selalu kupanggil Om Hilman. Dia bekerja sebagai dokter umum, seorang paman yang sudah cukup membuat hidupku bermakna.

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang