Bab 40 : Sayap kekuatan

26.9K 2.8K 1.5K
                                    

Haiii, siapa yang seneng MDC update?

Kalian baca jam berapa ini? 

Budayakan vote sebelum membaca, berikan komentar untuk menghargai penulis❣

Akan update jika vote dan komennya mencapai target

SELAMAT MEMBACA

________________________________


Biarlah takdir yang menentukan episode selanjutnya, biarlah kekuatan menjadi saksi dari dahsyatnya keikhlasan, biarlah tokoh-tokohnya bersiap menuju ending terindah. 

*MUTIARA DALAM CANGKANG*

***

"Udah dapat nama yang cocok, Kak?"

Seminggu seusai kepulanganku dari Amerika, aku meminta izin pada Mas Amir untuk pulang ke rumah Umi. Aku ingin ada di detik-detik Kak Amanda melahirkan buah hati tercintanya. Awalnya Mas Amir melarang, takut aku akan kecapekan dan banyak aktivitas, karena aku masih tahap pengobatan. Namun, pada akhirnya Mas Amir menuruti keinginanku ini dengan syarat aku juga harus menuruti semua perintahnya. 

Perintahnya, aku tidak boleh begadang atau tidur terlalu larut, tidak boleh sampai kecapekan, banyak istirahat, serta mengonsumsi vitamin secara rutin seperti yang disarankan oleh dokter di sana. Bahkan perintah terakhir dari Mas Amir, hanya dia yang boleh mengantarkanku. 

Dan hari ini aku telah berada di kota kelahiranku, bertemu keluarga kecil tercintaku, melepas rindu berbulan-bulan lamanya. 

Suamiku hanya menginap dua hari di sini, besok pagi sebelum matahari mengeluarkan teriknya Mas Amir berangkat pulang, melanjutkan kesibukannya sebagai direktur utama perusahaannya. 

"Sebenarnya udah ada, Kay. Tapi bingung milihnya, ada delapan nama yang aku suka." Detik kemudian Kak Amanda menodongkan dagu kearah suaminya, "Tuh, bapaknya malah santai, adem ayem nggak mikirin nama anaknya yang hampir mbrojol ini!" 

Refleks aku tertawa. Bang Rafa yang tadinya mengobrol dengan Mas Amir di sebelah sana akhirnya menoleh. Sepertinya dia juga mendengar percakapan kami. 

"Udah ada, Sayang." Bang Rafa bersuara. 

"Mana coba?"

"Rahasia. Kamu nggak boleh tahu."

"Bisa-bisanya ibunya nggak boleh tau. Gimana sih?!" 

"Kejutan," lontar Bang Rafa dengan santainya, mengedipkan satu matanya dengan senyuman teruntuk bumil di sebelahku ini. 

"UMIII!!" Lucu sekali, Kak Amanda justru mengadu manja pada umi yang berjalan menghampiri kami dengan membawa nampan berisi minuman hangat serta cemilan pagi ini. 

"Dia nggak mau kasih tau namanya," imbuhnya lagi hingga membuat umi geleng-geleng kepala. 

"Kasih tahu istrimu sekarang atau umi cubit kamu, ya!" 

Umi memberikan pelototan pada Bang Rafa setelah meletakkan nampan di meja. Suasana pagi ini benar-benar menyenangkan. 

"Kejutan, Umi." Bang Rafa menyatukan kedua tangan meminta ampun. Lalu pandangannya beralih pada istrinya, "Insyaallah namanya seindah wajah istriku."

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang