Bab 17 : Kebohongan besar

31.9K 2.6K 227
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Budayakan vote sebelum baca, perbanyak komentar untuk mengapresiasi penulis ❤

*Happy reading*

***


Semua kebohongan meskipun demi kebaikan, se-pandai apapun menyimpannya, se-cerdik apapun menyembunyikannya. Kebohongan tetap akan berakhir terbongkar.

*** 


Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un ...

Aku bergeming dengan perasaan berkecamuk tak karuan mendengar pernyataan yang baru saja terdengar. Luka kehilangan ini begitu terasa, ketakutan telah berganti dengan kesedihan yang amat mendalam. Allah telah mengambil anugerah terindah yang dititipkan sebentar di dalam rahim Kak Maya. 

Aku tidak sanggup, aku sungguh tidak sanggup menemui wanita yang kemungkinan sudah menangis di atas brankar itu. Perasaanku jelas teriris-iris mendengar ledakan tangisannya nanti. 

Dia sudah mengurungkan niat kejinya, dia sudah memutuskan mengakhiri karir demi mempertahankan janin dalam kandungannya. Namun, cobaan datang untuk menguji keimanannya kembali. Allah mengambilnya disaat wanita itu sudah berusaha menerima dan menyayanginya. 

Ya Allah, kuatkanlah dia. 

Ya Allah, tabahkan dia. 

... Ya Allah. 

Kulangkahkan kaki dengan pelan menuju sosoknya di ruangan penyekat hijau itu. Bibirku terhipnotis membentuk tangis saat melihat wajahnya, wajah penuh luka dan penyesalan luar biasa. Dirinya menangis tanpa suara di hadapanku. 

"Kayla ..." lirihnya dengan mata terpejam kuat. 

Aku langsung berlari mendekapnya, menenangkannya yang mulai memecahkan tangisan. 

"Aku bodoh! Ibu jahat! JAHAAAAT!"

"Kak, stop!" Aku menghentikan pergerakan tangannya yang mulai memukul kepala dengan frustasi, "Jangan ...." 

"Aku penjahat! Ibu nggak tau diri! Janinku tidak selamat karenaku! Karena aku tidak menginginkan kehadirannya!"

Tangisannya semakin meledak, "TAPI BUKANKAH AKU SUDAH MENGHARAPKANNYA, LALU KENAPA MASIH DIAMBIL! AKU SUDAH MEMUTUSKAN BERHENTI DARI CITA-CITAKU SEJAK KECIL DEMI DIA! KENAPA MASIH DIAMBIL, KAYLA?!" 

Punggungku bergetar hebat menangisi keadaannya yang begitu hancur, memejamkan mata dengan memeluknya lebih erat lagi, "Enggak, Kak, enggak! Allah mengambilnya karena Allah sayang sama Kak Maya, Allah ingin janin itu menjadi syafaat ibunya di akhirat kelak." 

"Allah sayang bangeeet sama Kak Maya ...." Tidak ada cara lagi selain menenangkan dan menyemangatinya. 

Aku paham betapa terlukanya dia, betapa menyesalnya pernah berkeinginan melenyapkan anugerah terindah itu. Allah mengujinya lebih lagi untuk mengetes keimanannya, Allah menyayanginya, Allah ingin dia kembali pada jalan yang benar melalui cobaan ini. 

"Kayla ...." Suara paraunya terdengar sehabis menarik diri dari pelukanku. 

"Iya, Kak."

"Kamu mau membantuku, kan?"

Aku mengangguk pelan. 

Satu detik setelah melihat anggukanku, dia tersenyum meskipun masih terpancar aura kesedihannya, "Berjanjilah untuk merahasikan masalah ini. Cukup aku dan kamu yang tahu."

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang