Bab 20 : Mencintaiku dengan caramu

38.9K 3.5K 817
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

⚠ WARNING ⚠ 

Diharap tidak membaca dulu sebelum mengikuti rules-rules berikut ini :

1. Vote dulu sebelum membaca 

2. Komen di paragraf ketika membaca nanti, jangan jadi siders! Karena nggak akan up sebelum komentarnya menembus 500

3. Follow akun Wattpad aku bagi yang belum 

4. Kalo kalian suka dengan cerita ini, tolong bantu share atau promosiin dongg, kalian ss part MDC terus diupload di sw juga bisa, kalian upload di IG juga bisa, kalian upload di Tiktok juga itu udah makasiiiiii bangeeeeet akunyaaa 😢

***

Aku pernah ragu mencintainya, pernah bimbang memilihnya. Tetapi kini demi Allah aku bersyukur ditakdirkan menjadi makmumnya. 

***


Sejak di dalam kamar sampai sarapan pagi di meja makan Amir masih saja bersikap dingin kepada Kayla. Ya, meskipun Kayla tidak mungkin tinggal diam, wanita itu tetap berceloteh menanyai sesuatu yang diinginkan sang suami. Jangan tanya bagaimana dengan semua orang, suasana sarapan masih dengan keheningan dan tidak hidup seperti biasanya. 

Apalagi Maya sampai detik ini masih tidak ingin keluar kamar. 

Reyhan sudah memaafkan, bahkan Zakiyah mulai meluluhkan hatinya sejak Reyhan menjelaskan dari awal masalah tentang kebohongan itu. Tetapi menghidupkan suasana seperti hari-hari biasanya memang bukanlah hal yang mudah. 

"Mas Amir, tunggu!"

Kayla bergegas lari menyusul suaminya yang berjalan menuju halaman. Tidak berkeinginan berbalik badan ataupun menjawab panggilan, lelaki itu justru memasuki mobil. Tak berpikir panjang, Kayla langsung memasuki mobil pula hingga duduk di sebelah pengemudi. 

"Keluar," titah Amir pelan seraya memasukkan kunci mobil. 

Kayla malah memposisikan diri seenak mungkin, "Aku ikut."

"Turuti atau aku akan marah?" ancamnya meski dengan nada rendah. 

"Enggak mau, Mas Amir. Kemanapun kamu pergi aku ikut."

"Jangan seperti anak kecil, Kayla! Aku mau kerja," tukasnya dengan nada mulai naik. 

"Ya udah nggak papa. Mas Amir kerja, aku nunggu di ruangan lain mungkin. Atau bisa juga jajan di kantin, atau--" Ucapannya terpotong saat Amir menghidupkan mesin hingga melajukan mobil melewati gerbang mansion. 

Tidak ada rasa takut sedikitpun, Kayla justru senyum-senyum bahagia. Sibuk mengumpulkan ide agar lelaki kulkas itu memaafkannya. 

Kayla kini melirik sang suami dengan sedikit meringis, "Mas?" panggilnya malu-malu. 

"Jika kamu ikut hanya untuk minta maaf, maka lebih baik tidak perlu. Karena itu percuma," balasnya masih sibuk menyetir. 

"Terus sampai kapan kita kayak gini, Mas? Aku lebih baik kamu bentak atau marahin aku sepanjang-panjangnya, dibanding hubungan kita dingin tanpa ada penyelesaian kayak gini."

Amir hanya terdiam. 

"Jangan buat aku menderita karena kesalahan ini, Mas. Aku mohon maafin, aku ...." Kayla memohon, "Kak Reyhan bahkan udah maafin kami berdua, kenapa justru Mas Amir--"

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang