Bab 24 : Sejuta cinta bersamamu

35.9K 3K 957
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Assalamualaikum para pembacaku. Mana nih yang seneng banget MDC update? 😍

Aku mau ngucapin terima kasih banyak teruntuk kalian semua, akhirnya komennya bisa mencapai target. Kalian keren banget! Lope sekebon ❤❤❤ 

Oh, ya. Bagi yang tanya-tanya "Kak kok lama banget up-nya?" Hey guys, kan komentarnya belum mencapai target, jadi aku masih gak bisa update 😢 

Aaa pokoknya maaciiw buat pasukan MDC yang terus meramaikan cerita ini, semoga kalian sehat selalu dan bahagia 🥰

PART INI MENGANDUNG KEBAPERAN TINGKAT AKUT YANG BISA MENIMBULKAN PEMBACA SENYUM-SENYUM TIADA HENTI ⚠ 

***


Wahai dzat pemilik cinta, terima kasih telah menganugerahkan sosok imam yang luar biasa seperti dia. Yang selalu mengajarkanku untuk semakin mencintai-Mu, yang selalu membuatku semakin bersyukur atas semua karunia yang engkau berikan. 

~ Kayla Nisrina Humaira

***

Di dalam perjalanan menuju Cappadocia aku tiada henti menggoda serta menjahili CEO tampan dan berwibawa ini. Menoel-noel lengan kekarnya yang tertutupi jaket bahkan sampai menggelitiki telapak tangannya yang dimana itu hanyalah pekerjaan sia-sia, karena dirinya tidak merasakan geli sedikitpun. 

"Ah, nggak seru!" Bibirku mengerucut karena dirinya tidak merasakan geli sekalipun, "Ih, nggak boleh tidur." Seketika aku menangkup wajah tampannya. 

Bibirnya bergerak mencetak senyuman tipis dengan mata tertutup, "Izinkan aku tidur, Tuan Ratu." Suara bass-nya terdengar membuatku tersenyum gemas. 

"Kok lucu sih?" Aku mengetuk-ngetukkan jari di bibirnya, "Cuami aku nggak boleh bobooo," lanjutku berganti menoel-noel hidung mancungnya. 

"Kenapa nggak boleh, hm?" Dengan mata terpejam tangannya menurunkan tanganku yang terus menjahili wajahnya, "Sini, tidur juga." Kemudian dirinya menarik tubuhku hingga terhambur ke dalam dekapannya. 

"Liat deh jidatku, Mas?" Aku tertawa kecil seraya memperlihatkan kepadanya. 

Matanya kini terbuka. Hanya dalam waktu beberapa detik, raut wajahnya langsung berubah tidak tenang. 

"Kenapa bisa begini?" tanyanya khawatir, "Habis kebentur apa?" 

"Kebentur wastafel toilet. Jadi waktu aku mandi tadi pagi, botol sampo aku jatuh, waktu aku ngambil ke bawah, terus dugh, kebentur deh kepalaku." 

"Ceroboh," sahutnya seakan membenci sikapku yang tidak berhati-hati, "Sekarang pusing?" 

Aku menggeleng cepat, "Sama sekalih enggak, Mas. Sakitnya udah hilang dari tadi kok, terus juga udah aku olesin salep, jadi nggak papa hehe ..." 

Detik selanjutnya bibirnya mengecup keningku yang masih terlihat bengkak, "Jangan ceroboh lagi." 

Aku sungguh tidak bisa menghentikan senyuman saat ini, menyaksikan perlakuan manis darinya yang sudah berkali-kali diberikannya padaku. Ya Allah, ribuan kata terima kasih mungkin masih tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan-Mu padaku, terima kasih telah menciptakan sosok imam idaman berwujud suamiku. Terima kasih, Ya Rabb ... 

Mutiara Dalam CangkangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang