"Hongjoong, hari ini Yunho mengajakku makan siang lagi," perkataan Seonghwa keesokan paginya membuat Hongjoong yang hendak menyeruput kopi hitamnya, menatap lelaki itu. Bisa dilihatnya lelaki itu tampak gelisah dan Hongjoong paham, Seonghwa tidak ingin pergi, "Aku...."
"Kalau tidak mau pergi, tidak usah pergi."
"Tapi nanti...."
"Itu aku yang urus." Hongjoong memotong perkataan Seonghwa, meminum kopinya yang tadi sempat tertunda, meletakkannya ke atas piring kecil yang menjadi pasangan gelas kopinya dan kembali menatap Seonghwa. "Aku tanya padamu, mau menemui Yunho atau tidak?"
"...tidak," Seonghwa menjawab dengan pelan, lalu terlihat panik, "Ta-tapi nanti Hongjoong...."
Hongjoong menghela napas dan menatap Seonghwa. "Aku bilang tadi, itu akan kuurus, Seonghwa."
"Tidak apa-apa?" Seonghwa menatap Hongjoong ragu dan sebenarnya itu membuatnya kesal, seolah-olah dirinya tidak memiliki kemampuan untuk melindungi lelaki itu. "Maksudku ... nanti tidak bilang kalau aku tidak mau menemui Yunho, 'kan?"
"Aku tidak akan bilang," Hongjoong bisa melihat Seonghwa yang perlahan mulai tidak terlihat ketakutan dan tegang hanya karena membahas pertemuan dengan Yunho, "Ada lagi yang harus aku lakukan untukmu?"
"Itu ... bisa bilang kalau Hongjoong juga tidak memperbolehkanku melakukan kontak dengan Yunho?"
"Kontak semacam apa?"
Seonghwa kembali tampak gelisah, lalu mengeluarkan HP-nya dan mendorongnya ke arah Hongjoong, membuatnya akhirnya mengerti. "Bilang saja kalau aku tidak bisa membalas pesannya atau mengangkat telponnya karena Hongjoong mengambil HP-ku."
"Aku bisa mengatakannya, tetapi kenapa HP-mu harus diarahkan kepadaku sekarang?"
"Yunho orang yang tidak mudah diyakinkan kalau tidak melihat sendiri sesuatu yang berhubungan dengan pembicaraan ada di depan matanya."
Hongjoong menatap Seonghwa, lalu HP yang disodorkan kepadanya dan mengambilnya. Mengantongi HP itu dan Hongjoong mulai berpikir mungkin dia harus membelikan HP baru untuk Seonghwa agar benar-benar tidak bisa dihubungi oleh Yunho. Melihat reaksi Seonghwa yang membahas Yunho dan percakapan dengan Jongho tadi malam membuat Hongjoong semakin yakin untuk menarik Seonghwa ke sisinya.
Menyelesaikan hal yang seharusnya dilakukannya sejak 10 tahun yang lalu.
"Seonghwa," panggila itu membuat lelaki yang tengah mengunyah roti yang pasti menggunakan selai stroberi dan pipinya sedikit menggembung karena senang mengunyah dalam jumlah banyak, membuat Hongjoong tersenyum karena gemas, "Bagaimana perasaanmu saat bertemu dengan San dan Wooyoung kemarin?"
Seonghwa memberikan isyarat untuk Hongjoong menunggu, lalu yang dilihatnya adalah lelaki itu berusaha dengan cepat mengunyah yang ada di mulutnya dan meminum segelas susu low fat untuk membantunya menelan. Kemudian, Seonghwa menatap Hongjoong sembari tersenyum lebar, membuatnya tidak perlu mendengar jawaban lelaki itu untuk tahu kalau dia merasa senang.
"Aku tidak menyangka akan bertemu dengan mereka lagi. Kupikir tidak akan bisa bertemu dengan mereka selama tiga bulan ke depan."
"Kalau kamu mau, aku bisa mengundang mereka untuk menemuimu setiap hari."
Seonghwa mendengarnya langsung menggeleng cepat dan membuat Hongjoong heran. Bukannya Seonghwa terlihat senang bertemu dengan dua orang itu, jadi lantas mengapa tidak mau ditemui setiap hari meski Hongjoong telah memberikan izin?
"Tidak perlu. Maksudku ... kalau mereka datang setiap hari, aku pasti capek meladeni mereka yang kelebihan energi dan nanti aku tidak punya waktu sendirian untuk menulis atau menggambar."
"Oh," Hongjoong mendengarnya merasa lega, karena tadinya dia berpikir mungkin karena pacar dua orang itu teman baiknya Yunho yang pasti akan membuat Seonghwa mendapatkan pertanyaan titipan tentang tunangannya itu yang tidak bisa bertemu dengannya, tetapi orang lain bisa, "Baiklah kalau itu maumu, aku akan menurutinya, Seonghwa."
Seonghwa menatap Hongjoong sembari tersenyum dan tanpa sadar membuatnya juga ikut tersenyum. "Terima kasih, Hongjoong."
"Sama-sama," lalu Hongjoong teringat dengan selai stroberi yang selalu di makan oleh Seonghwa saat sarapan, "Rasa selaimu bagaimana? Apa masih terlalu manis?"
"Ah, tidak. Rasanya sudah pas! Benar-benar enak, lebih enak dari buatan di rumah ... ah bukan maksudku membandingkan. Maaf ... maaf."
Hongjoong merasa senang sekaligus gemas sendiri dengan Seonghwa. Senang karena hal sesepele selai stroberi buatan pengurus dapurnya lebih enak dari yang biasa Seonghwa makan di rumah Yunho. Gemas sendiri karena Seonghwa yang terlihat panik hanya karena hampir menyebutkan nama Yunho dan sekarang bergumam sendiri kalau dia bodoh karena membanding-bandingkan padahal tahu kalau dibandingkan itu tidaklah menyenangkan.
"Seonghwa," panggil Hongjoong yang membuat lelaki itu menatapnya dan membuatnya tidak bisa menahan tawa karena Seonghwa menatapnya dengan rasa bersalah, padahal tidak ada yang lucu dari tatapan lelaki itu, "Astaga Seonghwa, jangan terlalu serius. Aku yakin orang dapur akan senang mendengarkan selai buatan mereka jauh lebih enak dari yang selama ini kamu makan."
"Tapi dibandingkan itu tidaklah menyenangkan, Hongjoong."
"Sekali-kali kamu harus egois, Seonghwa." Hongjoong tersenyum dan melirik jam tangannya. Tinggal 5 menit lagi waktunya untuk berada di ruang makan sebelum berangkat kerja. Membuat Hongjoong rasanya tidak ingin pergi, tetapi tidak bisa karena hari ini ada rapat besar. "Pikirkan dirimu sendiri sebelum memikirkan orang lain, karena kalau kamu tidak memilih dirimu sendiri sejak awal, siapa lagi?"
Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan Hongjoong memutuskan untuk menghabiskan kopinya. Saat beranjak dari kursinya karena ini waktunya untuk pergi, Hongjoong melewati Seonghwa dan sebelah tangannya dipegang oleh lelaki itu.
Baru mau Hongjoong tanya, Seonghwa berdiri dari duduknya dan berdiri di depannya. Kedua tangannya membuka dasi Hongjoong dan membuatkan simpul yang baru. Membuat Hongjoong bisa mencium aroma Seonghwa dari jarak sedekat ini. Aroma manis stroberi serta samar aroma manis lainnya yang sepertinya dari parfum yang digunakan oleh Seonghwa. Berbeda dari aroma kemarin yang diciumnya saat dirinya dipeluk erat oleh Seonghwa saat baru pulang.
"Sudah selesai," suara riang itu membuat lamunan Hongjoong buyar dan menatap Seonghwa yang tersenyum kepadanya, "Aku pikir hanya perasaanku saja melihat dasi Hongjoong selama ini tidak rapi, ternyata memang dasinya tidak rapi."
"Aku tidak bisa membuat dasi, Seonghwa."
"Lalu bagaimana dengan dasi-dasi yang dipakai Hongjoong selama ini?"
"Aku meminta kepala pelayan Lim membuatkannya agar aku bisa langsung pakai."
"Oh," Seonghwa menganggukkan kepala, "Kalau begitu mulai besok aku buatkan dasi untuk Hongjoong ya."
Seharusnya, Hongjoong menolak karena dia tidak mau membiasakan suatu hal yang nantinya tidak bisa dipertahankannya. Namun, tubuhnya justru memiliki pemikiran sendiri karena Hongjoong menganggukkan kepala dan membuat Seonghwa tersenyum lebih lebar. Sebelah tangannya mengarah ke kepala Seonghwa dan mengusap rambut lelaki itu yang membuatnya tampak kaget. Membuat Hongjoong tidak bisa menahan tawanya karena ekspresi Seonghwa yang terlihat lucu.
"Aku berangkat, Seonghwa."
"Ah, maksudku ... hati-hati di jalan, Hongjoong."
Yunho, maaf.
Hongjoong akan mengambil Seonghwa dari sisinya dengan cara apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...