Hongjoong tahu kalau Seonghwa itu orang yang tidak akan meminta apa pun. Bahkan kartu kredit yang dia berikan saat awal kedatangannya ke rumahnya tidak pernah dipakai. Pernah Hongjoong bertanya alasannya dan dijawab dengan, "Hongjoong sudah memberikanku apa yang aku butuhkan. Jadi aku harus membeli apa?"
Seharusnya, Hongjoong senang karena Seonghwa itu termasuk orang yang low maintenance. Namun, bohong kalau Hongjoong tidak ingin Seonghwa menghabiskan uangnya untuk dirinya sendiri. Juga bohong kalau Hongjoong tidak ingin menghujani Seonghwa dengan barang-barang yang diinginkannya.
"Mukanya kenapa seperti itu?" teguran itu membuat Hongjoong menoleh dan Yeosang tengah membalik buku menu. Siang ini Hongjoong tidak bisa makan siang dengan Seonghwa karena ada janji dengan Yeosang dan kebetulan Seonghwa makan siang bersama Wooyoung. "Apa Hongjoong hyung memikirkan Seonghwa hyung?"
"Bukan urusanmu."
"Benar, bukan urusanku," Yeosang tampak tidak peduli, "Aku bertanya hanya untuk basa-basi karena Seonghwa hyung teman Wooyoung."
"Aku merasa aneh dua orang yang bertolak belakang itu bisa berteman."
"Wooyoung selalu menemukan caranya," Hongjoong melihat Yeosang tersenyum tanpa sadar dan diam-diam mengamini perkataan Jongho kalau Yeosang termasuk jajaran budak cinta pasangannya, "Sebenarnya, seharusnya yang bertanya bagaimana Hongjoong hyung bisa kenal dengan Seonghwa hyung adalah aku. Rasanya aku tidak pernah melihat kalian bersinggungan selama ini."
"Kami mengenal selama beberapa saat, tetapi kemudian Seonghwa dibawa pergi oleh Yunho."
"Oh, masuk akal sekarang dia tiba-tiba pindah ke sekolahku waktu itu," Yeosang mengangguk singkat, "Ternyata penyebabnya dirimu, hyung."
Hongjoong tidak mengatakan apa pun, karena mengingat hal itu sama dengan mengingat kebodohannya. Bukannya mengejar Seonghwa dan justru memilih mengamati dari jauh. Padahal kalau waktu itu Hongjoong mengejar dan berkonfrontasi dengan Yunho, mungkin sudah sejak lama dia berbahagia bersama dengan Seonghwa.
Memang penyesalan selalu datang belakangan.
Setelah makan siang yang membahas hal-hal seputar pekerjaan yang berujung Hongjoong membeli puluhan unit mobil produksi perusahaan Yeosang, mereka memutuskan berjalan-jalan santai di sekitar. Meski biasanya waktu ini tidaklah ada pembicaraan apa pun lantaran Yeosang bukan tipikal yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.
Namun, Hongjoong menghentikan langkahnya saat Yeosang tanpa ragu membelokkan langkahnya ke toko bunga yang bernama Shade of Azalea. Membuat Hongjoong teringat Seonghwa karena lelaki itu senang sekali dengan bunga. Seringkali di meja makan, Seonghwa bercerita tentang bunga-bunga di taman atau kembali mengingat bunga teratai putih yang diberikannya waktu itu.
"Selama datang di Shade of Azalea," suara salah satu florist menyambut Hongjoong, selain suara lonceng dari pintu saat dibukanya. Membuatnya mendapatkan tatapan heran dari Yeosang, tetapi diabaikan oleh Hongjoong. Salah satu florist yang tadi memberikan kata sambutan, menghampiri Hongjoong, "Tuan ingin membeli bunga seperti apa? Atau mungkin mau saya bantu pilihkan untuk Tuan."
Hongjoong jelas tidak mengerti tentang bunga, tetapi tatapannya terjatuh kepada bunga matahari. Sebenarnya Hongjoong merasa heran di musim gugur seperti ini masih ada bunga matahari yang identik dengan musim panas. Namun, Hongjoong langsung membayangkan Seonghwa melihat bunga matahari itu.
"Bunga itu...," Hongjoong menunjuk vas bunga matahari, "aku ingin buket terbesar yang bisa kalian buat."
"Tuan, bunga itu akan memakan banyak biaya karena sudah bukan musimnya."
"Apa aku terlihat tidak bisa membayarnya?"
Florist tersebut hanya tersenyum dan berlalu sembari membawa vas berisi bunga matahari serta entah apa namanya yang hanyalah daun-daun hijau. Hongjoong menarik salah satu kursi, lalu duduk untuk mengamati sekitar. Membuatnya membayangkan kalau Seonghwa ada di sini sekarang, pastilah akan berjalan dengan sedikit melompat-lompat karena terlalu senang dan bertanya tanpa henti tentang bunga.
Karena tukang kebun di rumahnya Hongjoong memberikan laporan saat Seonghwa bertemu dengannya, akan menanyakan banyak hal tentang bunga yang ditanam. Katanya, Seonghwa teringat ayahnya yang menjadi tukang kebun di rumah Yunho semasa hidupnya. Hongjoong kemudian mengalihkan pandangan dari rak kaca yang berisi bunga, melihat Yeosang yang tampak serius memilih warna untuk kertas pembungkus bunganya.
Padahal hanya kertas pembungkus, tetapi Yeosang bersikap seolah dia tengah berada di rapat penting di mana hidup dan mati perusahaan otomotif keluarganya dipertaruhkan. Namun, Hongjoong mengerti karena saat hendak memberikan sesuatu bagi orang yang dicintai, pasti akan berusaha untuk memberikan hal secara maksimal.
"Tuan," panggilan itu membuat Hongjoong menoleh, "Apa Tuan tidak ingin memilih kertas pembungkusnya?"
"Berikan saja warna yang sepantasnya. Aku percaya pada pilihanmu."
"Baiklah kalau begitu. Tunggulah beberapa saat, Tuan."
Florist tersebut berlalu dari hadapan Hongjoong dan dia kembali mengamati isi toko. Yeosang sekarang juga terlihat serius memilih pita dan diam-diam Hongjoong merasa kasihan dengan florist yang melayani lelaki itu. Mungkin nasibnya sedang sial hari ini sehingga menemukan pelanggan semenyebalkan Yeosang.
Kalau ada yang bisa dibilang untung, hari ini adalah hari Jum'at sehingga Hongjoong bisa pulang lebih awal. Buket bunga yang sudah diserahkan kepadanya juga sudah dibayarkannya dan Hongjoong tidak mengambil pusing dengan harganya, karena uang masih bisa dicari olehnya, tetapi melihat momen Seonghwa tersenyum lebar dan di hari-hari selanjutnya akan membicarakan tentang pemberiannya tidaklah bisa dinilai dengan apa pun.
"Hongjoong pulang," Seonghwa seperti biasanya, menyambutnya pulang, lalu terlihat kebingungan saat Hongjoong menyodorkan buket bunga matahari, "Apa ini untukku?"
"Iya, Seonghwa."
Seonghwa menerimanya tersenyum lebar dan Hongjoong merasa lega memilih bunga matahari sebagai bunga yang diberikan kepada lelaki itu. Apalagi saat mendengar, "Hongjoong tahu tidak, aku sebenarnya paling suka bunga matahari di antara semua bunga."
"Benarkah?"
"Iyaaa...," Seonghwa tertawa pelan, "Soalnya aku suka artinya."
Hongjoong hanya tersenyum, meski memberikan catatan kepada diri sendiri untuk mencari artinya. Setelah berpisah dengan Seonghwa karena pergi ke kamar masing-masing, Hongjoong membuka mesin pencarian di HP dan menemukan makna tentang bunga matahari.
Pemujaan, kesetiaan dan umur yang panjang.
Tidak pernah Hongjoong duga pilihannya hanya karena membayangkan Seonghwa membuatnya mengetahui bunga kesukaan lelaki itu dan beserta artinya yang sangatlah mewakili dirinya kepada Seonghwa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...