Hongjoong mengamati Seonghwa selama beberapa hari ini dan rumor tentang lelaki itu terbukti benar adanya. Seonghwa dikendalikan penuh oleh Yunho sehingga bahkan hal-hal sesepele ingin makanan atau minuman apa tidak bisa memilih tanpa memberikan tatapan tanya kepada Hongjoong. Seolah menunggu untuk dipilihkan dan Hongjoong tidak melakukannya, justru membuat Seonghwa memilih meski itu artinya yang harusnya bisa diputuskan kurang dari 1 menit, bisa menjadi 10 menit karena lelaki itu berusaha untuk menyakinkannya bahwa tidak masalah mengikuti ienginannya.
"Tuan Seonghwa sering bertanya kepada saya jam anda pulang," Hongjoong masih teringat perkataan kepala pelayan rumahnya, "Lalu kalau tuan Park menyadari jamnya anda pulang sudah tiba, tuan Park akan membersihkan diri dan berganti pakaian yang gayanya jauh berbeda sebelum anda pulang."
Hongjoong hanya bisa menghela napas dan kemudian ditatap oleh Seonghwa dengan perasaan bersalah. Membuatnya hanya bisa berdecak karena ini pasti Seonghwa berpikiran bahwa Hongjoong kesal karena tidak mengikuti pilihannya.
"Sebelum kamu buka mulutmu, Seonghwa, tidak, ini bukan seperti yang kamu pikirkan," Hongjoong sebenarnya tidak suka menjelaskan apa yang terjadi kepada orang lain, tetapi itu tidak bisa diberlakukan jika berhadapan dengan Seonghwa, "Aku hanya memikirkan beberapa hal dan itu tidak berhubungan dengan pilihanmu yang tidak mengikuti pilihanku."
"Benarkah?"
"Apa aku terlihat seperti pembohong di matamu?"
"Tidak."
"Bagus." Hongjoong merasa hipokrit bilang bahwa dirinya tidak memikirkan Seonghwa, tetapi tidak perlu lelaki itu tahu. "Jangan memberiku tatapan bersalah kalau aku tiba-tiba melengos seperti tadi."
Seonghwa akhirnya kembali kepada kegiatan awalnya, menatap kolam ikan koi dan matanya bergerak-gerak mengikuti pergerakan ikan, seolah tidak pernah melihat eksistensi mahluk itu sebelumnya.
Membuat Hongjoong teringat perkataan kepala pelayan bahwa saat pertama kali masuk ke kamar yang disediakan untuknya, mata Seonghwa berbinar melihat bagian khusus yang diperuntukkan untuk dunia kreatifnya lelaki itu. Juga saat berada di walking closet, Seonghwa tidak sadar bahwa berjalan dengan meloncat-loncat karena terlalu senang melihat pakaian warna hitam dalam jumlah banyak dan binar matanya melihat deretan aksesoris telinga yang disediakannya.
Sebenarnya, Hongjoong berekspetasi Seonghwa akan bertanya kepadanya tentang semua itu. Namun, sepertinya Seonghwa memang orang yang senang menyimpan semuanya sendiri, sehingga seminggu setelah mereka tinggal bersama, tidak ada tanya yang didengar oleh Hongjoong. Mereka bertemu saat sarapan dan makan malam. Kalau hari libur, Hongjoong mengajak Seonghwa jalan-jalan sekitar rumahnya lantaran ditanya ingin pergi ke mana, dia bilang mengikuti keinginannya.
Sejauh apa seorang Yunho mencuci otak Seonghwa sampai benar-benar menjadi boneka hidup?
"Seonghwa," panggilan itu membuatnya menoleh ke arah Hongjoong dan menatapnya dengan tanda tanya, "Apa kamu bahagia?"
"Ya?"
"Apa kamu bahagia di sini?" Hongjoong mengulang pertanyaannya dengan sedikit lebih spesifik. "Apa kamu lebih bahagia di sini bersamaku atau dengan Yunho?"
Sebenarnya, ini pertanyaan bodoh. Kebersamaannya dengan Seonghwa baru seminggu dan itu dilalui dengan canggung. Bagaimana bisa dibandingkan dengan Yunho yang mana mereka berdua mengenal dari umur 5 tahun?
"Aku ... tidak tahu," jawaban ragu itu membuat Hongjoong menaikkan sebelah alisnya, "Tidak pernah ada yang bertanya hal itu kepadaku dan aku tidak yakin pernah merasakannya semenjak orang tuaku meninggal."
Terdengar menyedihkan bagi Hongjoong, tetapi dia mengerti. Kehilangan orang tuanya juga membuat Hongjoong tidak pernah merasakan kebahagiaan yang sama seperti sebelum kepergian mereka untuk selamanya. Membuatnya mengemban tanggung jawab di usia muda dan membuat Hongjoong harus membuat perasaannya berada di urutan kesekian saat berhadapan dengan banyak hal.
Namun, sejak sepuluh tahun yang lalu, selalu ada tempat khusus untuk Seonghwa bagi Hongjoong.
Membuatnya mau melakukan taruhan bodoh yang diinisiasikan oleh Yeosang dan sejak awal sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau menang, Hongjoong akan membawa Seonghwa kepadanya dengan cara apa pun.
"Maaf," suara Seonghwa membuat Hongjoong menatap lelaki itu yang terlihat merasa bersalah, "Harusnya aku memberikan jawaban kalau aku...."
"Aku lebih suka jawaban jujurmu, Seonghwa," Hongjoong sengaja memotong perkataan Seonghwa, "Dan sudah kubilang, aku tidak suka dengan tatapan bersalahmu itu."
"Tapi...."
"Diam seseorang bukan berarti itu salahmu, jadi berhentilah berpikir semua hal adalah tanggung jawabmu, Seonghwa."
Seonghwa tidak mengatakan apa pun dan Hongjoong hanya bisa menghela napas. Menyesap red wine yang di bukakan oleh kepala pelayan, kemudian matanya menatap Seonghwa yang kembali mengamati ikan koi yang ada di kolam. Hari sudah malam dan mereka berada di luar rumah karena kepala pelayan tadi sore saat dirinya pulang kerja, menyampaikan laporan harian tentang Seonghwa dan termasuk dengan gumaman lelaki itu saat mengetik tentang tidak bisa membayangkan rasanya makan malam di luar dekat kolam ikan.
Bodohnya, Hongjoong membuat pelayan-pelayan rumahnya bergerak untuk mewujudkannya. Membuat mereka akhirnya makan malam di luar rumah, dekat dengan kolam ikan yang bahkan Hongjoong tidak pernah ingat eksistensinya lagi semenjak meninggal orang tuanya. Namun, melihat ekspresi Seonghwa yang tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dan malah sibuk menatap kesana kemari sembari menunggu makan malam mereka di antar tadi membuat Hongjoong merasa cukup.
Tadinya itu cukup, tetapi mendengar bahwa Seonghwa bahkan tidak tahu merasa bahagia atau tidak bersamanya justru membuatnya ingin melakukan hal lebih. Membuat Hongjoong ingin melakukan apa pun agar jika dia bertanya suatu saat nanti apakah lebih bahagia bersamanya atau bersama Yunho, maka dirinyalah yang dipilih oleh lelaki itu.
"Hongjoong," panggilan itu membuat Hongjoong yang sudah berjalan beberapa langkah di depan Seonghwa, membalikkan badannya. Dia baru sadar, hari ini Seonghwa memanggil namanya dan ini kali pertamanya, lalu melihat senyuman lelaki itu kepadanya, "Terima kasih."
Seharusnya, itu hanyalah ucapan sepele.
Seharusnya, itu tidak memberikan efek apa pun kepada Hongjoong.
Kenyataanya, Hongjoong juga tersenyum. Jantungnya yang dia pikir tidak akan bisa berdebar dengan kencang seperti orang yang tengah jatuh cinta, nyatanya mematahkan keyakinannya itu. Membuat Hongjoong ingin melakukan hal-hal lainnya agar Seonghwa memanggil namanya dan memberikan senyuman itu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...