"Ternyata bodoh sekali Yunho hyung." Komentar Jongho tanpa basa-basi. "Bahkan untuk hal seremeh kesukaan Seonghwa hyung perlu bertanya kepadaku."
"Kalau kamu tidak mau membantuku, aku akan bertanya pada San atau Wooyoung."
"Memangnya mereka ada di pihak hyung?" pertanyaan Jongho membuat Yunho terdiam. "Kalau hyung tidak bersikap kelewatan menjaga Seonghwa hyung sampai membatasi akses mereka untuk berteman, aku yakin tanpa diminta dua orang itu akan membantu."
"Kamu apa sama seperti mereka, Jongho?"
Jongho mendengarnya hanya bisa menghela napas. "Apa aku harus mendengar pertanyaan bodoh itu?" Namun, melihat Yunho yang menatap kosong di piring apel yang kulitnya telah dikupaskan seluruhnya sejak tadi, membuatnya melengos. "Aku tidak akan di sini kalau memang tidak berniat membantumu, hyung."
"Memangnya tidak menyakitkan, Jongho."
"Apanya yang menyakitkan?"
"Membantuku...," Yunho menggantung perkataannya dan menatap lelaki itu yang menatapnya sembari mengkernyit, "Membantu orang yang kamu cintai untuk bersama orang yang dicintainya."
"Oh," reaksi Jongho untuk ukuran orang yang ketahuan telah menyimpan rasa kepada Yunho terlalu santai, "Jatuh cinta kepadamu adalah urusanku, tetapi memintamu untuk membalas perasaanku adalah langkah egois, Yunho hyung."
"Bukankah cinta seharusnya memiliki?"
"Sayangnya aku tidak pernah bisa melihat masa depan saat mengkhayal jika kita bersama," Jongho mengatakannya dengan terlalu kasual. Namun, justru itu membuat Yunho mendadak merasa tidak nyaman sendiri, "Aku tidak bisa membayangkan diriku di atur sedemikian rupa olehmu seperti yang hyung lakukan selama ini kepada Seonghwa hyung. Aku mungkin bagi duniamu terlalu liar untuk dikendalikan."
"Kamu tidak liar, Jongho," Yunho memandang yang lebih muda darinya itu, tetapi seringnya mereka bersama sejak di New York sampai kembali ke Seoul, "Tapi untuk bagian sulit dikendalikan, memang benar."
"Well, the person who can control me is myself."
Yunho mendengarnya hanya bisa tersenyum, sudah menduga akan mendengar kalimat ikonik itu. Kalimat yang seringkali Yunho dengar dari mantan-mantan Jongho yang mencoba untuk mengatur lelaki itu untuk bisa dikendalikan seperti keinginan mereka. Namun, Jongho dan di atur itu dua kata yang berlawanan, karena dia bisa mematahkan argumen semua orang yang mencoba melakukannya kepadanya.
"Yunho hyung, kalau kamu tidak mau makan apelnya, berikan kepadaku."
Yunho menatap Jongho dengan tersenyum miring. "Ini untukku, kenapa aku harus memberikannya kepadamu?"
"Makanya dimakan, jangan terus ditatap."
"Cerewetnya dirimu, Jongho," Yunho tertawa pelan, melihat Jongho yang mendelik kepadanya, "Astaga, iya ... iya akan kumakan. Ternyata kamu lebih galak dari ibuku."
"Ibu hyung menyebalkan, bukan galak."
"Benar juga, wanita kejam itu menyebalkan, tidak masuk kategori galak."
"Yunho hyung, tahu tidak? Kalau kamu di Indonesia, mungkin sekarang dirimu akan dikatain oleh orang asli sana sebagai Malin Kundang." Perkataan Jongho membuat Yunho mengkernyit. "Itu sebuah cerita rakyat, tentang seorang anak yang tidak mau mengakui ibunya saat sukses dan ibunya mengutuk sebagai batu."
Yunho mendengarnya akhirnya tertawa karena mulai mengerti cerita Jongho. "Astaga, sepertinya kebiasaanmu yang suka mendengarkan cerita rakyat dari daerah yang kamu kunjungi tidak berubah ya, Jongho."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...