Sebenarnya, Seonghwa merasa aneh harus satu meja dengan Jessica dan Krystal. Dua orang perempuan yang merupakan kakak tirinya Yunho dan memiliki karir masing-masing karena menyadari bahwa sebaik apa pun pencapaian mereka, perusahaan keluarga Jung tidak akan pernah bisa mereka pimpin hanya karena masalah gender.
"Umm ... apa kabar, Jessica nuna dan Krystal nuna?"
"Kabar kami baik, Seonghwa," Jessica tersenyum, sementara Krystal masih sibuk dengan HP-nya, sepertinya membalas pesan yang penting, "Aku dengar kamu baru mengadakan pameran lukisanmu. Aku terluka karena kamu tidak mengundangku, Seonghwa."
"Ah ... ma-maaf, Jessica nuna."
Jessica yang melihat reaksi panik Seonghwa, tidak bisa menahan tawanya dan Krystal melihat kakak perempuannya hanya melengos.
"Eonnie, jangan seperti itu. Kasihan Seonghwa jadi panik."
"Sungguh Kry, reaksinya Seonghwa itu selalu priceless." Tawa KJessica dan menatap Seonghwa sembari tersenyum. "Kenapa dia menggemaskan sekali? Rasanya aku mau punya adik seperti dia daripada Yunho."
"Mereka akan menikah, jadi pada akhirnya akan menjadi adik kita."
Seonghwa mendengarnya merasa tidak nyaman. Tadinya Seonghwa ragu untuk mengatakannya, tetapi menurutnya dia harus melakukannya untuk menghindari kesalah pahaman yang semakin menjadi.
"Nuna," Seonghwa menatap kedua perempuan yang terpaut usia cukup jauh dengannya, "Aku sudah putus dengan Yunho."
"Oh?" Krystal tampak tidak terkejut mendengarnya. "Jadi kalian seperti perkataan orang-orang ya, pacaran lama untuk putus."
Seonghwa mendengarnya hanya meringis dan kemudian Jessica menepuk tangannya untuk membuat dua orang di meja menaruh atensi kepadanya. "Oke, mari kita sudahi pembahasan Yunho. Kita kemari bukan untuk membahas anak itu."
"Benar juga," Krystal kemudian mengeluarkan tiga booklet yang masing-masing dari mereka memegang satu. Seonghwa menerimanya dengan tidak mengerti, tetapi sampul depannya adalah foto dirinya yang tengah menatap salah satu lukisan yang dipamerkannya waktu itu, lalu menatap Krystal, "Seonghwa, bagaimana kalau gambarmu yang dipajang pada ruangan hotel yang tengah aku bangun?"
"Apa?"
"Aku tahu kamu pasti terkejut, Seonghwa," Jessica tersenyum, "Tetapi menurutku, gambarmu terlalu sayang hanya untuk ditunjukkan sesekali saat pameran."
Seonghwa belum memberikan reaksi apa pun, tetapi Krystal menimpali, "Oh iya, karena kamu sudah putus dengan Yunho, kami sepertinya tidak perlu repot memikirkan izin darinya untuk menemui dan berdiskusi denganmu."
"Jessica nuna...," Seonghwa menatap Jessica, kemudian menatap Krystal, "Krystal nuna...."
"Ya, ada apa?" keduanya menyahut bersamaan karena panggilan Seonghwa.
Seonghwa menatap keduanya dengan ragu. "Apa ... apa kalian tidak terlalu berlebihan?"
"Astaga, aku pikir ada hal yang penting," Jessica mendengarnya tertawa pelan, "Seonghwa, percaya dirilah. Kamu mungkin tidak tahu, tapi semua teman-temanku yang mendapat undangan darimu membicarakan gambarmu dan aku iri dengan mereka yang tidak mengenalmu, tetapi dapat undangan."
"Ah ... maafkan aku Jessica nuna."
"Tidak apa-apa, kami mengerti." Krystal mencoba menenangkan Seonghwa. "Kamu pasti kebingungan harus mengirim undangan kepada kami harus kepada siapa. Kamu lebih dari tahu kami tidak pernah tahan satu rumah dengan perempuan ular itu."
Jessica kemudian menimpali, "Perempuan ular itu pasti senang karena Seonghwa sekarang tidak bersama Yunho." Kemudian menghela napas dan menatap Seonghwa. "Apa kalian putus karena perempuan ular itu? Kalau iya, kami akan membantumu untuk kembali bersama Yunho."
Seonghwa langsung panik mendengarnya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak ... bukan karena Nyonya Min kami berakhir putus."
"Benarkah?" Jessica tampak tidak percaya dan Seonghwa menganggukkan kepalanya. "Lalu, kalian putus karena apa?"
"Eonnie, sudahlah," Krystal menyenggol bahu kakak perempuannya, "Urusan mereka bersama atau putus. Bukan hak kita untuk mengetahuinya."
"Kry, apa kamu tidak penasaran dengan rumor yang katanya Seonghwa direbut oleh Hongjoong itu benar atau tidak?"
Seonghwa mendengarnya berdeham pelan, merasa mendadak tenggorokannya gatal karena mendengar rumor yang bisa dibilang benar.
"Hongjoong?" Krystal menatap Jessica, mengkernyit mendengar nama yang familiar. "Kim Hongjoong yang pewaris utama setengah ekonomi Korea Selatan itu?"
Seonghwa rasanya ingin tersedak ludahnya sendiri. Hongjoong memangnya sehebat itu? Mendadak, rasanya Seonghwa tidak percaya diri untuk berada di dekat Hongjoong. Namun, lamunan Seonghwa buyar karena merasa tangannya digenggam dan ternyata Krystal yang melakukannya.
"Jangan berpikir seperti itu, oke." Krystal seolah bisa membaca pikiran Seonghwa, kemudian tersenyum. "Siapa pun yang membuatmu jatuh cinta dan dia membalas cintamu, apa pun di belakangmu tidaklah berarti, Seonghwa."
"Kry benar," Jessica tersenyum kepada Seonghwa, "Jangan kehilangan kepercayaan dirimu, oke, Seonghwa. Saat jatuh cinta, itu hanya tentangmu dan orang yang mencintaimu, hal lainnya tidak perlu dipikirkan."
"Tapi, nuna...."
"Oke, kita sebaiknya kembali ke pembahasa utama." Krystal menepuk tangannya sekali. "Seonghwa, kita sekarang berdiskusi secara profesional, oke."
Kemudian mereka bertiga benar-benar berdiskusi soal lukisan Seonghwa. Tentang Krystal yang memang akan membuka hotel mewah di Jeju dan berpikir untuk memasukkan lukisan-lukisan Seonghwa di kamar utama yang dikhususkan untuk pasangan. Krystal merasa cocok dengan lukisan buatan Seonghwa karena datang ke pameran di hari pertama bersama pacarnya, Kai, yang mendapatkan undangan.
Setelah berdiskusi santai serta Jessica dan Krystal menyakinkan Seonghwa bahwa lukisannya memang sebagus itu, akhirnya mereka sepakat untuk bekerja sama. Soal harga per lukisan, Seonghwa belum bisa memasang harga dan kedua perempuan itu paham karena ini pasti kali pertamanya menghadapi hal seperti ini. Memberikan Seonghwa waktu untuk memikirkan harga dan menjadikan hal tersebut sebagai alasan mereka bertiga bertemu untuk waktu selanjutnya.
Saat berpisah dengan Jessica dan Krystal, tadinya Seonghwa pikir supir yang mengantarnya yang akan menjemputnya. Jadi saat melihat Hongjoong yang keluar dari kursi penumpang di mobil dan menghampirinya, Seonghwa mendadak kebingungan. Melihat jam tangannya dan sekarang sudah jam makan siang, meski sebentar lagi jam makan siang akan berakhir.
"Hongjoong, kenapa kemari?" Seonghwa bertanya karena heran.
Seonghwa bahkan tidak bilang kepada Hongjoong tempatnya pergi. Hanya mengirimkan pesan kalau hari ini tidak bisa makan siang bersama karena menemui Jessica dan Krystal.
"Aku merindukanmu," perkataan Hongjoong yang tersenyum kepada Seonghwa seharusnya tidak sampai membuat wajah Seonghwa memanas dan juga membuatnya ikut tersenyum, "Ayo kuantar pulang."
"Lalu pekerjaan Hongjoong bagaimana?"
"Sesekali aku hanya bekerja setengah hari tidak apa-apa." Seonghwa mendengarnya merasa tidak nyaman, tetapi kemudian menatap tangan Hongjoong yang terulur kepadanya. "Mau bergandengan tangan denganku, Seonghwa?"
Seonghwa tersenyum dan menggandeng Hongjoong. "Mau."
Sepanjang perjalanan pulang, seperti biasanya, Seonghwa pasti memandangi jalanan seperti belum pernah melihatnya sebelumnya. Tangannya masih digenggam oleh Hongjoong dan Seonghwa berusaha menyakinkan diri sendiri bahwa keberasamaannya sekarang dengan lelaki itu memanglah pantas. Namun, ternyata mendengar fakta dari Krystal nyatanya membuat Seonghwa kepikiran dan tidak sepenuhnya menikmati hal-hal yang dilihatnya saat perjalanan pulang.
Seonghwa bertanya-tanya, apa sebenarnya dia pantas bersama Hongjoong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...