36 - persiapan pameran ternyata melelahkan

769 176 3
                                    

Seonghwa pikir, jika sudah menyiapkan gambar yang ingin ditunjukkan kepada orang-orang maka urusannya telah selesai. Ternyata, salah besar, karena memiliki gambar yang ingin ditunjukkan kepada orang-orang hanyalah setengah dari masalah yang terselesaikan. Setengahnya yang belum terselesaikan adalah mencari tempat untuk membuat pameran, mendesain undangan serta memikirkan mengundang orang-orang yang mengerti seni dan belum dengan hal remeh temeh lainnya yang membuat Seonghwa pusing sendiri.

"Wooyoung, apa tidak bisa meminta orang lain untuk mengurusnya?" Seonghwa tahu mengatakan hal ini untuk ke empat kalinya tidak akan mengubah keadaan.

Justru yang ada memanen tatapan galak dari Wooyoung dan di saat seperti ini, Seonghwa berharap ada San di tengah mereka. Sehingga tenaga Wooyoung untuk mengamuk kepada Seonghwa teralihkan kepada San karena keduanya kalau satu ruangan selalu bertengkar. Terkadang, Seonghwa bertanya-tanya dalam hati, sebenarnya San dan Wooyoung itu berteman atau tidak karena intensitas bertengkar mereka seperti musuh yang dipaksa untuk berada pada satu ruangan yang sama.

"Seonghwa hyung, aku sudah bilang ini pameranmu dan yang mengetahui hal-hal yang ingin ditampilkan olehmu adalah dirimu sendiri," Wooyoung berkaca pinggang dan membuat Seonghwa hanya bisa meringis, "Jangan manja, ini demi kebaikanmu sendiri, Seonghwa hyung."

Seonghwa cemberut mendengar perkataan Wooyoung itu. Benar-benar menghubungi Wooyoung bahwa sudah siap untuk menyelenggarakan pameran sepertinya adalah kesalahan. Namun, Seonghwa tidak menyuarakannya karena Wooyoung jelas tahu lebih banyak daripada dirinya karena sudah sering menyelenggarakan pameran dan bahkan memiliki galeri seni sendiri.

Tentu galeri tersebut ada karena Yeosang, tunangannya Wooyoung yang membuatkannya sebagai kado ulang tahun katanya.

Kalau mengingat hal itu, membuat Seonghwa hanya bisa teringat dirinya yang iri setengah mati karena Yunho tidak bisa seperti itu kepadanya. Jangankan memberikannya galeri sebagai ulang tahu, mengetahui Seonghwa menggambar dan mengabaikan pesannya satu kali karena terlalu fokus menggambar, membuatnya kehilangan pentab yang dimenangkannya dengan susah payah di give away yang di adakan di Twitter.

Lalu, Seonghwa merasa bersalah kepada Yunho karena sekarang merasa lebih bahagia tanpa lelaki itu. Padahal dulu pernah berjanji akan selamanya di sisi lelaki itu, tetapi nyata Seonghwa akan mengingkarinya. Ternyata, Seonghwa tidak sekuat itu untuk terus berada di sisi Yunho yang semakin hari semakin mengekangnya dengan mengatas namakan cintanya kepadanya.

"...hyung, Seonghwa hyung....," panggilan itu membuatnya menoleh dan Wooyoung menatapnya khawatir yang membuatnya mengkernyit, "Apa aku terlalu keras sampai Seonghwa hyung hanya diam?"

"O-oh...," Seonghwa kemudian menggelengkan kepalanya, "Tidak ... tidak apa-apa, Wooyoung. Aku hanya terpikirkan seseorang."

Wooyoung mendengarnya, langsung menebak. "Yunho?"

"Iya."

"Wajar kalau Seonghwa hyung masih memikirkannya," Wooyoung tersenyum, "Tidak mudah mengabaikan orang yang sudah bersama hyung selama ini. Meski bukan berarti aku memaafkannya karena sikapnya selama ini."

"Jangan benci Yunho," Seonghwa menatap Wooyoung, kemudian tersenyum meski sebenarnya hatinya merasa ragu mengatakan apa yang dipikirkannya sekarang, "Dia punya alasannya tersendiri."

Wooyoung mendengarnya hanya melengos. "Ya ya ya, alasan tersendiri yang membuatnya seperti penjahat." Karena tidak mau memperpanjang perkara, Wooyoung memutuskan mengubah topik. "Jadi, sejauh ini tempat yang mana Seonghwa hyung sukai?"

Seonghwa sebenarnya ingin berkata bahwa semua tempat sama bagusnya dan memiliki kelebihan masing-masing. Namun, tatapan Wooyoung yang seperti sudah memberikan peringatan untuk tidak mengatakan hal itu membuat Seonghwa hanya bisa tersenyum sembari mengusap tengkuknya.

"Seonghwa hyung, ayo pasti bisa," perkataan Wooyoung membuat Seonghwa menatap lelaki itu, "Aku percaya Seonghwa hyung bisa membuat keputusan sendiri. Apa pun yang Seonghwa hyung putuskan, aku akan mendukungnya, serta orang semenyebalkan San pasti akan mendukungnya."

"Aku ... bingung," Seonghwa mengatakannya dengan ragu, "Aku suka semua tempatnya. Semuanya memiliki kelebihannya."

"Aku tahu Seonghwa hyung akan mengatakannya. Namun, hidup harus memilih."

Seonghwa sejujurnya bingung, karena menyukai semua tempat yang telah mereka kunjungi. Namun, Seonghwa mencoba menyakinkan dirinya kalau memilih tidak akan menyakiti siapa pun dan kemudian terpikirkan satu tempat. Tempat pertama yang Wooyoung ajak Seonghwa untuk melihat-lihat dan dari cerita lelaki itu, tempat tersebut adalah tempat pertama di mana Wooyoung mengadakan pameran karya-karyanya.

"Wooyoung."

"Ya, Seonghwa hyung?"

"Aku ... aku suka tempat yang pertama kali kita datangi."

Wooyoung mendengarnya hanya tersenyum. "Aku sudah menduga Seonghwa hyung akan menyukai tempat itu. Tempatnya memang benar-benar cantik dan menyenangkan."

Seonghwa menganggukkan kepala sebagai tanda persetujuan, lalu mendengar nada dering yang membuatnya mengambil HP dari kantong celananya. Ada nama serta foto Hongjoong yang ditampilkan layar HP-nya, membuat Seonghwa tersenyum lebar dan menggeser tanda hijau untuk mengangkatnya.

"Halo, Seonghwa," sapaan itu membuat Seonghwa semakin tersenyum lebar dan Wooyoung hanya bisa menggelengkan kepala melihatnya, "Apa aku menganggumu."

"Tidak. Hongjoong kenapa menelepon?"

"Aku hendak mengajakmu makan siang, kalau kamu mau tentunya."

"Makan siang?" Seonghwa menatap Wooyoung dan yang ditatap merasa sadar kalau dirinya yang sepertinya akan menjadi penghalang. "Aku sedang bersama Wooyoung dan kemungkinan...."

"Seonghwa hyung, aku mau makan siang dengan Yeosang!" Wooyoung sengaja menyela perkataan Seonghwa. "Aku baru ingat kalau hari ini adalah hari biasanya kami makan siang bersama. Seonghwa hyung pergi makan siang dengan Hongjoong hyung ya."

Seonghwa mengerjapkan matanya beberapa kali, lalu menganggukkan kepalanya. Lalu, tersadar Hongjoong tidak mungkin melihat anggukan kepalanya dan belum tentu mendengar perkataan Wooyoung. Membuatnya akhirnya mengatakan, "Wooyoung bilang, dia mau makan siang dengan Yeosang. Jadi ... aku bisa pergi dengan Hongjoong."

"Apa urusanmu sudah selesai? Kalau sudah, aku jemput ya, Seonghwa."

"Hongjoong memangnya tidak sibuk?"

"Aku selalu punya waktu untukmu, Seonghwa," perkataan Hongjoong itu membuat wajah Seonghwa memanas dan Wooyoung bersiul karena merasa lucu melihat temannya yang wajahnya memerah. Rasanya ingin menggoda Seonghwa, tetapi ditahannya dan memutuskan untuk merekamnya untuk menjadi bahan bercerita bersama Yeosang, "Jadi, Seonghwa, apa urusanmu sudah selesai?"

"Su-sudah, Hongjoong."

"Kirimkan alamatmu, ya. Aku menjemputmu."

Seonghwa mengganggukkan kepalanya, lalu merasa bodoh karena melakukan hal yang tidak bisa dilihat oleh Hongjoong. "Iya, aku akan mengirimkannya."

"Sampai jumpa, Seonghwa."

"Hati-hati di jalan, Hongjoong."

Sambungan telpon terputus dan Seonghwa menatap Wooyoung. Pada akhirnya mereka memutuskan untuk mampir di kafe terdekat dan memesan minuman serta kue untuk Seonghwa karena dia suka makanan manis. Meski bukan Wooyoung kalau tidak menganggu makanan milik orang lain dan Seonghwa pada dasarnya memang pengalah, tentu tidak protes. Justru yang membuat Wooyoung yang gemas sendiri.

"Seonghwa hyung, kalau tidak suka sesuatu milikmu direbut, protes! Jangan malah membiarkan orang lain mengambilnya."

"Tapi kamu temanku, Wooyoung."

"Astaga, aku butuh berbicara dengan San untuk memberikanmu kelas untuk menjadi egois."

Seonghwa hanya tersenyum dan membiarkan Wooyoung mengomel sendiri. Melirik ke luar dan daun berwarna kecoklatan. Barulah dia menyadari kalau sekarang sudah memasuki musim gugur dan rasanya waktu berlalu begitu cepat bagi Seonghwa.

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang