09 - momen yang membuatnya mengerti bahwa jarak dan waktu terbuang tidak masalah

1.1K 243 8
                                    

Hongjoong hampir tidak pernah pulang ke rumah saat siang hari. Hampir, karena hanya sekali momen dia pulang lebih awal karena belum menyiapkan barang-barang yang harus dibawanya untuk meeting ke Tokyo meski sebenarnya bisa menyuruh kepala pelayan Lim untuk menyiapkannya. Ini kali keduanya Hongjoong pulang di jam yang tidak wajar. Bukan karena ada barang-barang yang belum dibawanya, tetapi murni hanya ingin makan siang bersama Seonghwa.

Rasanya sekarang Hongjoong mulai mengerti kebiasaan ayahnya yang selalu pulang pada siang hari semasa hidup hanya untuk makan siang. Padahal jarak dari kantor ke rumah memakan waktu setengah jam perjalanan dan bolak-balik menghabiskan waktu 1 jam. Dulu, Hongjoong tidak mengerti mengapa ayahnya mau membuang waktu hanya untuk makan siang di rumah sementara di sekitar kantor ada banyak restoran yang cukup enak untuk disinggahi.

Lalu, sekarang Hongjoong mengerti alasan ayahnya yang rela membuang waktunya. Bukan tentang waktunya atau rasa makanannya, tetapi momen kebersamaan yang bisa membuat seseorang melakukan hal yang menurut orang lain merepotkan.

Melihat Seonghwa yang terus tersenyum sepanjang makan mereka meski tidak mengatakan apa pun itu terasa lebih dari cukup. Hongjoong bahkan tidak tahu kalau Seonghwa bisa memasak dan makanan yang dimakannya sekarang adalah masakan lelaki itu. Seharusnya itu untuk kepala pelayan Lim karena selama ini dialah yang menemani Seonghwa makan siang, hal yang sempat membuatnya panik karena tidak menyangka kepulangannya dan kepala pelayan Lim menyakinkan Seonghwa bahwa tidak masalah hari ini dia tidak makan masakannya.

"Seonghwa," panggilan Hongjoong membuat lelaki itu menatapnya dan dari binar matanya, dia bisa melihat kalau dia senang, "Masakanmu enak."

"Ah, tidak mungkin. Masih enakan masakan kepala koki Jeon," Seonghwa menggelengkan kepalanya dan Hongjoong menghela napas karena lelaki itu selalu meragukan kemampuannya sendiri, "Benar, 'kan? Hongjoong setuju dengan perkataanku."

"Siapa bilang aku setuju?"

"Eh? Tapi tadi Hongjoong menghela napas."

"Itu karena aku sebal kamu mergukan dirimu sendiri," Hongjoong menatap Seonghwa, "Percaya dirilah dengan kemampuanmu, Seonghwa. Seperti aku bilang, kamu harus memilih dirimu sendiri sebelum orang lain yang memilihmu."

"Tapi...."

"Masakan kepala koki Jeon memang enak, tetapi karena dia kepala koki dan bersekolah kuliner. Masakanmu enak, karena itu kemampuan terbaikmu yang diberikan. Kalian terbaik dengan caranya tersendiri," Hongjoong sengaja menyela perkataan Seonghwa karena tidak mau mendengar lelaki itu merendahkan dirinya sendiri, "Dan sekarang aku ingin memujimu, Seonghwa. Aku suka masakanmu."

Seonghwa tidak mengatakan apa pun selama beberapa saat, tetapi senyuman lebarnya membuat Hongjoong tahu kalau lelaki itu tidak marah kepadanya dan itu menyenangkan. Bahkan Hongjoong tidak tahu sejak kapan Seonghwa merasa bahagia adalah prioritasnya. Mungkin karena ingin memberikan kesan bahwa Hongjoong berkali lipat lebih baik dari Yunho. Mungkin karena ingin menyakinkan bahwa Seonghwa tidak perlu kembali dengan Yunho dan bisa datang kepada Hongjoong kapan pun dia ingin.

"Terima kasih, Hongjoong."

"Hmm." Hongjoong tersenyum melihat Seonghwa yang tersenyum kepadanya. Tidak peduli dengan beberapa pasang mata yang terbiasa menontonnya makan selama ini dan yang dipikirkan oleh pasang mata tersebut melihat sikapnya sekarang. "Seonghwa, aku boleh meminta sesuatu darimu?"

"Meminta apa? Kalau uang, aku tidak punya soalnya ... aku bahkan tidak punya rekening atas namaku."

"Bukan uang, tenanglah." Hongjoong tersenyum dan Seonghwa memiringkan kepalanya ke kanan dan menatapnya penuh tanya. "Makan siang ... mulai besok, apa aku boleh pulang dan makan siang bersamamu?"

"Ini rumah Hongjoong, kenapa harus izin kepadaku untuk pulang?"

"Aku hanya ingin memastikan kamu tidak keberatan aku pulang setiap siang," dia bisa melihat Seonghwa yang menatapnya dengan senang, "dan mungkin ... kamu tidak keberatan kalau aku makan masakanmu setiap siang."

"Hah?" Seonghwa yang terlihat kaget mendengar perkataan Hongjoong, lalu menunjuk dirinya dengan telunjuk. "Masakanku ... apa tidak salah Hongjoong mau makan masakanku setiap siang?"

"Ah, pasti merepotkanmu ya, Seonghwa."

"Bu-bukan begitu," Seonghwa menggeleng cepat dan ekspresi paniknya itu membuat Hongjoong ingin tertawa, tetapi dia menahannya, "Maksudku ... benar mau makan masakanku? Setiap siang?"

"Iya, Seonghwa. Aku mau memakannya, tapi kalau itu tidak merepotkanmu."

"Siapa yang bilang merepotkan?!" Perkataan Seonghwa yang lebih nyaring dari biasanya membuat Hongjoong sedikit terkejut, lalu melihat wajah panik lelaki itu membuatnya tidak bisa menahan tawanya. "Hongjoong, jangan menertawakanku."

"Hahaha ... kamu lucu sekali, Seonghwa. Sebentar senang, sebentar panik, seringnya menggemaskan."

Seonghwa mendengarnya langsung membang wajahnya dari Hongjoong, tetapi lelaki itu bisa dengan jelas melihat telinga Seonghwa yang memakai anting yang dibeli olehnya, memerah. Membuat Hongjoong tidak bisa menahan senyuman lebar meski sebenarnya ujung-ujung bibirnya mulai terasa sakit karena tidak begitu terbiasa selalu tersenyum di satu waktu.

Ah, kapan terakhir kali Hongjoong benar-benar tersenyum sepanjang waktu seperti ini? Mungkin 10 tahun yang lalu, saat dirinya dekat dengan Seonghwa, lalu tiba-tiba dipisahkan begitu saja oleh kuasanya Yunho dan dirinya terlalu pengecut untuk mengejar karena mengira Seonghwa bahagia dengan pilihannya.

"Ja-jadi mulai besok kita makan siang bersama," Seonghwa tidak memandang Hongjoong saat mengatakan hal itu, "Hongjoong tidak masalah kalau masakannya hanya masakan Asia, 'kan?"

"Selama kamu yang memasaknya, aku akan memakannya, Seonghwa."

"Jangan bilang begitu. Nanti aku cuma masakin mie instan, tahu."

"Tidak apa-apa, kalau itu yang kamu ingin makan."

Hongjoong bisa melihat telinga Seonghwa semakin memerah dan itu membuat senyumannya semakin lebar. Dia tidak bermaksud menggoda Seonghwa, hanya mengatakan kenyataan. Namun, melihat reaksi Seonghwa yang seperti ini membuat Hongjoong berpikir untuk mencari cara untuk bisa terus menggoda lelaki itu.

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang