Seharusnya, dengan semua perhitungan yang telah dibuatnya, Yunho menang. Bukan berada dalam posisi yang kalah seperti ini dan harus siap menyerahkan perusahaan gim yang dirintisnya sejak bangku kuliah hingga berkembang pesat seperti sekarang.
Di depannya, Hongjoong tanpa ekspresi menerima hal-hal yang menjadi taruhan teman-temannya. Yeosang dengan pabrik salah satu komponen motor di Indonesia sana, Jongho dengan salah satu resort yang juga dimilikinya di daerah Indonesia sana dan Mingi dengan memberikan salah satu mall mewah yang berada di Seoul.
Lalu, tatapan Yunho dan Hongjoong bertemu. Di antara semua orang di sini, dia yang memberikan taruhan tertinggi, perusahaan gim buatannya karena biasanya dirinyalah yang menang dalam taruhan-taruhan bodoh yang dibuat oleh teman-temannya ini. Namun, Yunho seharusnya tidak jumawa karena apa pun di dunia ini bisa terjadi dan Hongjoong selama ini tidak pernah ikut taruhan seperti ini.
Salahkan Yeosang yang mencetuskan ide ini, Mingi yang berhasil menyeret Hongjoong untuk ikut dan Yunho terlalu percaya diri akan memenangkan seperti biasanya.
"Kamu tampak tertekan." Komentar Hongjoong yang tidak terdengar simpatik itu hanya bisa membuat Yunho mendengkus. "Tidak rela melepaskan apa yang kamu bangun dengan susah payah?"
"Kau pikir akan mudah?"
"Kamu bisa membangunnya dari awal. Uang orang tuamu banyak," perkataan Hongjoong itu membuat Yunho meremas pegangan gelas lebih kuat dari seharusnya, merasa diremehkan. Hongjoong mana tahu kalau perusahaan gim buatannya itu dia rintis dari awal, bahkan modalnya saja berasal dari pekerjaan paruh waktu yang dilakukannya sejak SMA, "tapi kalau kamu tidak mau menyerahkannya, aku punya penawaran."
"Penawaran apa?"
"Kamu boleh tetap memiliki perusahaanmu, tetapi tunanganmu harus bersamaku selama tiga bulan."
Yunho meletakkan gelas yang dipegangnya ke atas meja dengan menyentak keras. Tidak peduli tadi terdengar suara retak dan tatapan marah Yunho ditunjukkan kepada Hongjoong yang kembali menatap surat-surat pengalihan hak milik kepadanya.
"Apa kau pikir ini lelucon, Hongjoong?!"
"Hidup ini memanglah kumpulan lelucon bagi yang mengalaminya," Hongjoong tidak tampak terganggu dengan terikan Yunho atau dengan kenyataan dirinya tidak dirujuk sebagai 'hyung' sebagai bentuk hormat kepadanya, "Lagipula, hidup harus memilih. Harusnya kamu bersyukur aku berikan kamu pilihan, tidak seperti yang lainnya."
Yunho rasanya ingin melemparkan gelas yang tadi dihentakkan ke meja olehnya, ke kepala Hongjoong. Namun, Mingi tiba-tiba bersuara, "Hyung, kalau itu syarat yang kamu ajukan kepadaku, aku lebih baik menyerahkan apa yang menjadi taruhanku daripada menyerahkan San."
"Dasar budak cinta tolol." Komentar Yeosang membuat Mingi menoleh sembari tersenyum.
"Aku punya rekamanmu bersama Wooyoung. Mungkin kamu butuh refleksi bagaimana sikapmu kepadanya, hm?"
Jongho yang tidak ingin mendengar pertengkaran antara Mingi dan Yeosang itu, hanya bisa berdecak. "Diam kalian yang sama-sama tolol kalau sudah berhubungan dengan kepunyaan masing-masing. Mendingan kalian berpikir cara mendapatkan jatah malam ini sebagai hiburan karena kalah taruhan."
"Astaga mulutnya dijaga, Jongho." Teguran Yeosang membuat Jongho melemparkan serbet ke wajah lelaki itu. "Hei, tidak sopan sekali perbuatanmu kepada hyung-mu, Jongho!"
"Memangnya mulutmu suci?" Mingi melirik Yeosang, lalu dilemparkan serbet oleh Yeosang ke wajahnya. "Kenapa jadi oper-operan serbet begini?"
Sementara tiga orang menjadi berdebat satu sama lain, Yunho merasakan dilema. Di satu sisi, dia tidak ingin menyerahkan hal yang diperjuangkannya sejak lama, tetapi di sisi lain tidak mungkin menyerahkan orang yang dicintainya untuk bersama orang asing selama 3 bulan. Yunho bahkan bisa sakit jika berjauhan terlalu lama dengan tunangannya, jadi bagaimana bisa dirinya bertahan selama itu tanpa kehadirannya?
"Aku tunggu keputusanmu besok sore, Yunho," suara itu memecahkan lamunan Yunho dan membuatnya menatap Hongjoong, "Entah itu memberikan perusahaan gim atau tunanganmu sebelum jam 5. Lewat dari itu, aku akan membawa pengacara untuk mengambil paksa hal yang harusnya menjadi milikku."
Yunho baru kali ini mengerti tentang perkataan tunangannya bahwa taruhan itu adiktif dan biasanya memang orang-orang yang baru memainkannya seringkali menang, hanya untuk kemudian menerima kekalahan demi kekalahan yang membuatnya tidak memiliki apa pun pada akhirnya. Seharusnya Yunho mendengarkan perkataan tunangannya untuk berhenti dari dunia ini sebelum semuanya terlambat.
Namun, semuanya sudah terjadi dan Yunho sekarang hanya bisa memilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]
FanfictionSeharusnya, kalkulasi Yunho tidak salah. Namun, kenyataannya dia kalah dan harus menyerahkan perusahaan gim yang telah dirintisnya susah payah kepada Hongjoong. Kemudian, Hongjoong memberikan tawaran yang membuat hati Yunho berkecambuk. "Kamu boleh...