08 - kerancuan yang menguntungkan satu pihak

1.1K 240 19
                                    

Seonghwa tidak berbohong tentang Yunho yang terus menghubunginya. Pesan demi pesan masuk ke HP Seonghwa dan bukan sekali atau dua kali Hongjoong melihat kontak bernama Yunho menelepon. Untungnya, sejak awal Seonghwa menggunakan senyap untuk HP-nya sehingga tidak menganggu selama Hongjoong rapat.

Namun, Hongjoong merasa memancing perkara dengan Yunho tidak ada salahnya dan memutuskan mengangkat telpon dari Yunho.

"Seonghwa, kamu pikir lucu mengabaikan semua pesanku dan telponku setelah melarikan diri dariku?!" Hongjoong mendengar omelan Yunho yang tanpa basa-basi itu membuatnya melengos. Sepertinya Yunho masih belum sadar jika yang mengangkat telpon bukanlah Seonghwa karena mendengar lelaki itu mengumamkan kegeramannya. "Kalau nanti siang aku harus menunggumu karena datang terlambat, kamu benar-benar dalam masalah, Seonghwa."

"Oh, jadi begini caramu memperlakukan tunanganmu, Yunho?"

Ada jeda selama beberapa saat, sepertinya Yunho tidak menyangka kalau bukan suara Seonghwa yang didengarnya. "Kenapa HP Seonghwa ada padamu, Hongjoong?!"

"Karena Seonghwa ada di rumahku dan aku kesal kemarin dia pergi untuk menemuimu," Hongjoong masuk ke ruangan kerjanya yang pintunya di bukakan oleh sekretarisnya, "Aku pikir kamu mengerti saat menyerahkan Seonghwa padaku, kamu juga menyerahkan semua wewenang kepadaku."

"Kau gila?! Tentu tidak seperti itu perjanjian kita!"

"Hmm? Benarkah," Hongjoong menarik kursinya dan duduk sembari tersenyum sinis, "Karena kamu tidak tahu, sekalian saja aku luruskan sekarang. Selama Seonghwa bersamaku, kamu tidak punya hak apa pun kepadanya."

"Kamu pikir siapa sampai bisa mengaturku seperti itu?!"

"Orang yang memberikanmu pilihan untuk mempertahankan perusahaan gim Mogseong atau menyerahkan Seonghwa kepadaku," Hongjoong memutar kursinya untuk menatap pemandangan di bawah dari tempatnya berada, "Dan jangan berkata seolah kamu juga tidak sama sepertiku, Yunho. Aku mengatur dengan kekuatan yang kumiliki, tidak ada bedanya denganmu."

"Kau...."

"Serta lebih baik kamu pikirkan sikapmu itu apa pantas dilakukan sebagai tunangan Seonghwa," Hongjoong menghela napas karena sejujurnya dia kesal tadi menyamakan dirinya dengan Yunho. Karena Hongjoong memperlakukan Seonghwa jauh lebih baik dari lelaki yang menjadi tunangan Seonghwa, "Kalau tidak ada yang ingin disampaikan, aku tutup. Oh benar, ini terakhir kalinya kamu bisa menelepon, karena selanjutnya Seonghwa akan memiliki nomor baru dan tentu tidak akan kuberikan akses kepadamu untuk menghubunginya."

"Kim Hongjoong!"

"Jung Yunho, apa kamu tidak pernah diajarkan sopan santun? Aku lebih tua darimu, jadi panggil aku hyung."

Hongjoong bisa mendengar dengkusan dan menurutnya mereka sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, sehingga memutuskan untuk menutup telpon. Hongjoong menatap HP yang dipegangnya, semua notif pesan dan missed call dari Yunho membuatnya muak. Apalagi saat tadi mendengar sendiri bagaimana Yunho memperlakukan Seonghwa, membuatnya merasa memang baiknya untuk mengambil tunangan Yunho itu.

Setidaknya Hongjoong bisa memperlakukannya lebih baik. Tidak, Hongjoong bisa membuat Seonghwa sebagai raja yang bisa melakukan apa pun yang diinginkannya jika berada di sisinya dan bukan seseorang yang menjadi boneka hidup yang dibatasi ruang geraknya dengan alasan cinta.

Karena kenyataanya cinta tidak pernah salah, manusia saja yang berbuat salah dan mengatas namakan cinta sebagai alasannya.

Namun, Hongjoong tidak menduga kalau Yunho akan datang ke kantornya beberapa jam kemudian, saat hendak pulang untuk makan siang. Bisa dilihatnya sekretarisnya mencoba menahan Yunho yang menerobos masuk ke ruangannya tanpa permisi dan Hongjoong mengangkat tangannya sebagai tanda kepada para sekretarisnya itu untuk melepaskan lelaki itu.

"Kalian makan sianglah, dia tamuku," Hongjoong mengatakan hal itu untuk menyakinkan para sekretarisnya, tetapi mereka semua terlihat ragu, "Tidak apa-apa, aku bisa mengurusnya."

"Baik, tuan Kim."

Setelah pintu ruangan mereka tertutup, Hongjoong tidak mempersilahkan Yunho untuk duduk si sofa yang ada di ruangan dan dia sendiri justru tersenyum sinis sembari memperlihatkan HP yang Seonghwa berikan kepadanya. Benar rupanya perkataan Seonghwa tadi pagi tentang Yunho yang baru percaya jika melihat sesuatu yang berhubungan dengan pembicaraan, karena yang dilihat Hongjoong adalah lelaki itu tampak marah, mendelik kepadanya.

"Kau gila, mengambil HP Seonghwa juga?!"

"Itu masalahmu, bukan masalahku," Hongjoong tersenyum, "Baguslah kamu datang kemari, sekalian aku bisa memberikanmu peringatan dengan jelas. Jauhi Seonghwa selama masanya bersamaku atau kamu tahu sendiri konsekuensinya."

"Memangnya apa yang lebih buruk darimu memutuskan kontakku kepada Seonghwa?"

"Mengambil tunanganmu," Hongjoong tidak tersenyum dan menatap sinis kepada Yunho yang mendelik kepadanya, "Kenapa? Kamu pikir aku tidak bisa melakukannya dengan kuasa yang ada."

"Seonghwa tidak akan meninggalkanku. Dia mencintaiku."

"Kalau memang kamu seyakin itu, harusnya kamu diam dan percaya kepadanya selama hidup bersamaku."

"Kau pikir dirimu bisa dipercaya?"

"Benar juga, apa aku bisa dipercaya?" Hongjoong tertawa kecil. "Tapi apa kamu punya pilihan, Yunho? Kamu bahkan sejak awal memilih untuk menyerahkan Seonghwa kepadaku, berarti seharusnya kamu telah setuju dengan konsekuensi itu."

"Kau...."

"Oh benar, tadinya aku tidak ingin mengurusi kehidupanmu dan Seonghwa, tapi aku berubah pikiran." Hongjoong sengaja melempar HP Seonghwa yang ada di tangannya ke lantai dan retakan di layar membuat Yunho yang tadinya menatap HP itu, sekarang menatapnya dengan marah. "Mendengarmu memperlakukan Seonghwa seperti itu membuatku berpikir kalau aku bisa memperlakukannya jauh lebih baik darimu."

"Hongjoong, kalau kamu mau uang, sebutkan jumlahnya kalau itu bisa membuatmu mengembalikan Seonghwa kepadaku."

"Apa aku terlihat butuh uangmu, Yunho?" Hongjoong melengos dan berdiri dari kursinya. Melewati area di mana tadi dia melemparkan HP Seonghwa dan dengan sengaja menginjaknya dengan keras agar bisa merusak benda malang itu lebih parah. "Apa kamu tidak sadar, aku pewaris utama keluarga Kim, manusia yang memiliki hampir setengah perusahaan yang menggerakkan ekonomi Korea." Tatapan keduanya bertemu dan suasana terasa lebih mencekam dari seharusnya. "Semua milikmu saat ini jika kau serahkan kepadaku bahkan tidak ada nilainya kepadaku karena aku bisa mendapatkannya dalam hitungan menit. Karena uang yang bekerja untukku, bukan aku yang bekerja untuk uang."

"Hongjoong!"

"Oh satu lagi, Yunho." Hongjoong bahkan tidak memberikan kesempatan Yunho untuk menyelesaikan perkataannya. "Aku dan Seonghwa lebih tua darimu, jadi belajarlah memanggil kami hyung. Pernah belajar tata krama dasar bukan, Jung Yunho?" Lalu, Hongjoong tersenyum sinis kepada Yunho. "Atau ibumu tidak mengajari tata krama karena terlalu sibuk menyusun rencana untuk tetap menjadi wanita kaya meski berarti harus menghancurkan rumah tangga orang lain?"

"Ini masalah kita, jangan bawa-bawa ibuku!"

"Maka bersikaplah sepantasnya."

"Kau...."

"Turuti semua peraturanku kalau kamu masih ingin melihat Seonghwa pulang kepadamu di akhir masa taruhan." Hongjoong menatap Yunho sinis, meski sebenarnya ingin menambahkan jika Seonghwa ingin pulang kepada lelaki itu. "Sekarang pergi dari hadapanku dan ya, aku memang tengah mengusirmu dengan tidak hormat, Yunho."

Yunho mendelik, lalu beberapa saat kemudian terdengar bunyi pintu ruangannya yang dibanting dengan keras. Membuat Hongjoong menghela napas panjang dan menjauhkan kakinya dari HP Seonghwa yang sejak tadi diinjaknya kuat-kuat. Meski layarnya retak cukup parah, benda itu masih menyala. Menampilkan notifikasi dari Yunho dan latar gambar Seonghwa yang tengah tersenyum.

HP itu persis seperti pemiliknya, meski disakiti separah apa pun, dia masih berusaha untuk tersenyum seolah tidak apa-apa. Seolah memberitahukan kepada dunia bahwa Seonghwa pantas mendapatkannya dan Hongjoong tidak suka dengan kenyataan itu.

"Seonghwa, aku janji tidak akan membuatmu lebih lama bersama bajingan itu."

Dramarama | Joonghwa & Yunhwa [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang